Jumat, 24 Februari 2017

Preparasi Media Kultur Jaringan



LAPORAN PRAKTIKUM MINGGUAN
 Preparasi Media Kultur Jaringan






 
















OLEH :

SATRIA EKA WIJAYA
  D1B1 14 071







PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
2016

I.      PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Media adalah faktor utama dalam perbanyakan dengan kultur jaringan dan berpengaruh sangat besar terhadap pertumbuhan dan perkembangan eksplan serta bibit yang dihasilkannya (Tuhuteru et al.,2012). Media ½ MS adalah media MS yang konsentrasi unsur hara makro dikurangi menjadi ½ dari konsentrasi yang umum dipakai. Media ini memiliki konsentrasi garam mineral yang tinggi dan senyawa N dalam bentuk NO3- dan NH4+. Media  New Phalaenopsis (NP) yang diciptakan oleh Ichihashi adalah media yang diformulasikan khusus untuk kultur in vitro anggrek. Potassium nitrat, ammonium nitrat, kalsium nitrat dan magnesium nitrat berfungsi sebagai sumber nitrat. Zat pengatur tumbuh (ZPT) yang digunakan adalah BAP (6-benzyl amino purine). BAP termasuk ZPT golongan sitokinin yang berfungsi meningkatkan pembelahan sel, proliferasi pucuk, dan morfogenesis pucuk (Zulkarnain, 2009).
Kultur jaringan tanaman adalah suatu teknik isolasi bagian-bagian tanama. seperti jaringan, organ, ataupun embrio, lalu dikultur pada medium buatan yang steril sehingga bagian-bagian tanaman tersebut mampu beregenerasi dan berdiferensisi menjadi tanaman  lengkap. Jaringan yang sering digunakan dalam teknik kultur jaringan tanaman  adalah kalus, sel, dan protoplas; sedangkan organ tanamannya meliputi pucuk, bunga, daun dan akar.
Teknik kultur jaringan tanaman memiliki prospek yang lebih baik daripada metode perbanyakan tanaman secara vegetative konvesional dikarenakan keuntungan-keutungan berikut ini. Pertama, jutaan klon dapat dihasilkan dalam waktu setahun hanya dari sejumlah kecil material awal. Dengan metode vegetative konvensional diutuhkan waktu bertahun-tahun untuk menghasilkan tanaman dalam jumlah yang sama dan jumlah bahan awal yang diperlukan pun lebih besar. Kedua, teknik kultur jaringan menawarkan suatu alternativ bagi spesies-spesies yang resisten terhadap sistemp perbanyakan vegetativ konvensional dengan melakukan manipulasi terhadap faktor-faktor lingkungan, termasuk penggunaan zat pengatur tumbuh (ZPT). Ketiga, kemungkinan untuk mempercepat pertukaran bahan tanaman di tingkat internasional. Apabila ditangani secara hati-hati, status aseptik dari bahan tanaman mengurangi kemungkinan bagi introduksi ataupun penyebaran penyakit tanaman. Keempat, teknik kultur jaringan tidak tergantung pada musim. Dari uraian diatas maka perlu dilakukan praktikum Preparasi Media Kultur Jaringan agar mahasiswa dapa mengetahui manfaat dari media kultur jaringan itu sendiri.
B. Tujuan dan Kegunaan
Praktikum teknik aseptik pada kultur jaringan ini bertujuan untuk mengetahui terkait metode dan bahan sterilat yang digunakan untuk sterilisasi, serta dapat melakukan (praktek) sterilisasi pada peralatan, media kultur, bahan tanam dan ruangan yang dipergunakan selama kultur jaringan.
            Kegunaan dari praktikum teknik aseptik pada kultur jaringan ini yaitu agar dapat mengetahui terkait metode dan bahan sterilat yang digunakan untuk sterilisasi, serta dapat melakukan (praktek) sterilisasi pada peralatan, media kultur, bahan tanam dan ruangan yang dipergunakan selama kultur jaringan.

II.    TINJAUAN PUSTAKA
Kultur jaringan merupakan suatu metode untuk mengisolasi bagian dari tanaman seperti protoplasma, sel, sekelompok sel, jaringan dan organ, serta menumbuhkannya dalam keadaan aseptik, sehingga bagian-bagian tersebut dapat memperbanyak diri dan beregenerasi menjadi tanaman utuh kembali (Maliyo, 2007).
Kultur jaringan atau biakan jaringan merupakan teknik pemeliharaan jaringan atau bagian dari individu secara buatan (artifisial). Yang dimaksud secara buatan adalah dilakukan di luar individu yang bersangkutan. Karena itu teknik ini sering kali disebut kultur In Vitro, sebagai lawan dari In Vivo. Dikatakan In Vitro (bahasa Latin, berarti "di dalam kaca") karena jaringan dibiakkan di dalam tabung inkubasi atau cawan petri dari kaca atau material tembus pandang lainnya. Kultur jaringan secara teoretis dapat dilakukan untuk semua jaringan, baik dari tumbuhan maupun hewan (termasuk manusia) namun masing-masing jaringan memerlukan komposisi media tertentu (Mardin S, 2011).
Media merupakan faktor penentu  dalam perbanyakan dengan kultur jaringan. Komposisi media yang digunakan tergantung dengan jenis tanaman yang akan diperbanyak. Media yang digunakan biasanya terdiri dari garam mineral, vitamin dan hormon. Selain itu, diperlukan juga bahan tambahan seperti agar, gula (sebagai sumber energi), dan lain-lain. ZPT (hormon) yang ditambahkan juga bervariasi, baik jenis maupun jumlahnya, tergantung dengan tujuan dari kultur jaringan yang dilakukan. Media yang sudah jadi ditempatkan pada tabung reaksi atau botol-botol kaca. Media yang digunakan juga harus disterilkan dengan cara memanaskannya menggunakan autoklaf (Yuniastuti, 2012).
Keberhasilan kultur jaringan ditentukan oleh media tanam dan jenis tanaman. Campuran media yang satu mungkin cocok dengan jenis tanaman tertentu, namun tidak cocok untuk jenis tanaman yang lain. Hal ini disebabkan karena setiap spesies tanaman dan bagian dari tanaman mempunyai kemampuan yang tidak sama dalam mensintesa atau merombak zat- zat yang menyusun media. Oleh karena itu tidak ada formulasi yang sesuai untuk semua jenis tanaman yang  menyebabkan diciptakannya berbagai macam media yang disesuaikan dengan jenis tanaman yang akan dikulturkan  (Herawan dan M. Naim, 2008).

III.    METODE PRAKTIKUM
A.    Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Selasa, 18 Oktober 2016 pada pukul 13 WITA – 15.00 WITA, bertempat di Laboratorium Agroteknologi Unit In Vitro Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo.
B.     Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu erlenmeyer 500 ml, spatula, kertas label, Pengaduk magnetic, aluminium foil, hot plate, karet gelang, gelas ukur 100 cc, timbangan analitik dan kamera.
Bahan yang digunakan yaitu MnSO4.4H2O, ZnSO4.4H2O, H3BO3, Kl, Na2MoO4.2H2O, CuSO4.5H2O, dan CoC12.6H2O
C.    Prosedur Kerja
1.   Membuat larutan Stok Mikronutrien 500 ml
a.    Timbang bahan-bahan kimia tersebut degan timbangan analitik
b.   Larutkan bahan-bahan tersebut satu persatu ke dalam erlenmeyer 500 ml yang telah diisi dengan 300 ml akuadest.
c.    Gojog erlenmeyer setiap kali penambahan bahan kimia, sampai larut.
d.   Setelah semua bahan kimia masuk dan terlarut, tambahkan akuadest sampai volume larutan menjadi 200 ml.
e.    Untuk  membuat 1 liter medium MS diperlukan 10 ml larutan stok Mikro..
f.    Beri label : MS MIKRO , 20 X, 10 ml/lt
Artinya : untuk membuat 1 liter  MS, di perlukan 10 ml stok
g.   Simpan dalam lemari es.

IV.    HASIL DAN PEMBAHASAN
A.    Hasil
Hasil pada praktikum kali ini yaitu :




1




Mikronutrien





Nutrisi yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah kecil

B.     Pembahasan
            Media adalah tempat  tumbuh eksplan yang di dalamnya mengandung banyak nutrisi untuk menunjang kehidupan dan pertumbuhan eksplan. Media merupakan faktor penentu keberhasilan dalam perbanyakan tanaman dengan kultur jaringan.
    Pada hasil diatas bahan yang digunakan yaitu MnSO4.4H2O 2.23 gr, ZnSO4.4H2O 0.86 gr, H3BO3 0.62 gr, Kl 0.083 gr, Na2MoO4.2H2O 0.025 gr, CuSO4.5H2O 0.025 gr, dan CoC12.6H2O 0.025 gr. Kondisi penyimpan larutan stok perlu diperhatikan, sebab ada beberapa bahan yang tidak tahan dalam suhu tinggi atau cahaya.  Larutan stok kadang-kadang juga ditumbuhi oleh mikroorganisme, larutan stok yang terkontaminasi ini tidak dapat digunakan lagi. 

           
V. PENUTUP
A.    Kesimpulan
Media merupakan faktor utama dalam perbanyakan dengan kultur jaringan. bahan yang digunakan MnSO4.4H2O 2.23 gr, ZnSO4.4H2O 0.86 gr, H3BO3 0.62 gr, Kl 0.083 gr, Na2MoO4.2H2O 0.025 gr, CuSO4.5H2O 0.025 gr, dan CoC12.6H2O 0.025 gr.

B.        Saran
Saran yang dapat saya ajukan untuk asisten agar pada saat praktikum tolong tegas, agar tidak dipandang enteng oleh praktikan dan seharusnya yang menentukan waktu ACC adalah asisten itu sendiri bukan praktikan, tolong jangan pernah mau diatur oleh praktikan.

DAFTAR PUSTAKA
Herawan dan M. Naim. 2008. pengaruh Jenis Madia dan Konsentrasi ZPT Kinetin Terhadap Perakaran Pada Kultur Jaringan Cendana (Santalum album Linn). Agrosains Volume 19 ( 2 ) : 198.
Maliyo, 2007. Respon Subkultur Pisang Canvedish Terhadap Naphtalene Acetic Acid dan Benzil Aminopuryn. Buletin Pertanian dan Peternakan. Vol 3(5):1-10.
Mardin. S. 2011. Handout Kultur Jaringan Tanaman Hortikultura. Fakultas Pertanian Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto.
Tuhuteru, S., M.L. Hehanussa, dan S.H.T. Raharjo. 2012. Pertumbuhan dan
Perkembangan Anggrek Dendrobium anosmum pada Media Kultur In
Vitro dengan Beberapa Konsentrasi Air Kelapa. Agrologia 1(1) : 1-12.
Yuniastuti dan Endang. 2012. Petunjuk Praktikum Kultur Jaringan. Surakarta
Zulkarnain. 2009. Kultur Jaringan Tanaman. Bumi aksara, Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar