PROPOSAL PROGRAM
KREATIVITAS MAHASISWA
JUDUL
PROGRAM
PUPUK
PELET ASRIZ UNTUK PENINGKATAN
PRODUKSI CABAI RAWIT LOKAL SULTRA DI TANAH MARGINAL
BIDANG
KEGIATAN:
PKM-PENELITIAN[S1]
Diusulkan
oleh:
Muh. Andi sukarono
Ketua; D1B114170;Angkatan
2014
Muammar
Syaputra Anggota1; D1B14117;Angkatan 2014
Wa
Ode Surniati Anggota 2; D1B116124; Angkatan 2016
Catatan
cari satu anggota fakultas lain
UNIVERSITAS
HALU OLEO
KENDARI
2016
PENGESAHAN USULAN PKM-PENELITIAN
1.
|
Judul Kegiatan
|
:
|
Bubuk Komba- Komba Sebagai Pengaktif
Mikro Organisme Rhizosfer Kacang Tanah di Tanah Tambang.
|
|
2.
|
Bidang Kegiatan
|
:
|
PKM-P
|
|
3.
|
Ketua Pelaksana Kegiatan
|
|||
a.
|
Nama Lengkap
|
:
|
Muh. Andi Sukartono
|
|
b.
|
NIM
|
:
|
D1B1 14 170
|
|
c.
|
Jurusan
|
:
|
Agroteknologi
|
|
d.
|
Universitas
|
:
|
Halu Oleo
|
|
e.
|
Alamat dan No Telp/HP
|
:
|
Lorong kawat.
HP. 085394948778
|
|
f.
|
E-mail
|
:
|
||
4.
|
Anggota Pelaksana Kegiatan
|
:
|
2 Orang
|
|
5.
|
Dosen Pendamping
|
:
|
||
a.
|
Nama Lengkap dan Gelar
|
:
|
Dr. Laode Harjoni
Kilowasid, SP.M.Si
|
|
b.
|
NIDN
|
:
|
0001066905
|
|
c.
|
Alamat dan No Telp/HP
|
:
|
||
6.
|
Biaya Kegiatan
Total
|
|||
a.
|
Kemristekdikti
|
:
|
Rp. 12.500.000
|
|
b.
|
Sumber lain
|
:
|
-
|
Kendari, 25 Oktober 2017
Menyetujui
Ketua
Jurusan Agroteknologi
Fakultas Pertanian, Ketua Pelaksana Kegiatan,
Dr. Ir. Tresjia C. Rakian,M.P Muh. Andi Sukarono
NIP. 19631112 1989022 001 NIM.
D1B114 114
Wakil
Rektor Bidang Kemahasiswaan
dan Alumni Universitas Halu Oleo,
Dosen Pendamping,
Dr. Nur
Arafah,S.P.M.Si. Dr.L.M.Harjoni Kilowasid,SP.M.Si
NIP.
197010181998021001 NIDN.
0001066905
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..........................................................................................
i
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................ ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... iii
BAB 1.
PENDAHULUAN..............................................................................
1
1.1. Latar Belakang......................................................................................
1
1.2. Rurumusan Permasalahan......................................................................
2
1.3. Tujuan Penelitian...................................................................................
3
1.4. Luaran...................................................................................................
3
1.5. Kontribusi dalam Agroteknologi...........................................................
3
BAB 2.
TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................
3
BAB 3.
METODE PENELITIAN....................................................................
4
3.1. Waktu dan Tempat..............................................................................
4
3.2. Bahan dan alat.....................................................................................
5
3.3. Rancangan Penelitian...........................................................................
5
3.4. Pelaksanaan.......................................................................................... 5
3.5. Variabel
Pengamatan............................................................................
7
3.6. Analisis
Data.........................................................................................
7
BAB 4. BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN................................................
8
4.1. Anggaran Biaya...................................................................................
8
4.2. Jadwal Kegiatan..................................................................................
8
BAB 5. DAFTAR PUSTAKA
BAB 6. LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran1. BiodataKetua,AnggotaPelaksanadanDosenPendamping
Lampiran2.JustifikasiAnggaran
Lampiran3.SusunanOrganisasiTim PenelitidanPembagianTugas
Lampiran4.SuratPernyataanKetuaPeneliti/Pelaksana
|
1.1.
Latar Belakang
Cabai rawit merupakan tanaman
hortikultura yang banyak digemari oleh masyarakat di Sulawesi Tenggara saat ini[S3] .Hal ini dikarenakan buah cabai rawit Sulawesi Tenggara
memiliki rasa dan tingkat kepedasan yang khas[S4] . Selain itu, cabai rawit mengandung
zat gizi antara lain lemak, protein, karbohidrat, kalsium, fosfor, besi,
vitamin A, B1, B2, C, dan senyawa alkaloid seperti capsaicin, oleoresin,
flavanoid, dan minyak esensial (Ikpeme et al., 2014[S5] ).Tingginya kandungan gizi tanaman cabai
rawit tersebut, maka sangat penting untuk dikembangkan untuk peningkatan
perekonomian masyarakat.Tidak heran kebutuhan cabai rawit di Sulawesi Tenggara
semakin meningkat setiap tahunnya.Namun peningkatan permintaan tersebut tidak
diimbangi oleh peningkatan produktivitas tanaman cabai rawit. Tercatat produksi
tanaman cabai rawitpada tahun 2014 yaitu sebesar 6,819 t.ha-1 dan
pada tahun 2015 sebesar 3,5919 t.ha-1. Produksi cabai rawit tahun
2015 mengalami penurunan sangat tinggi bila dibandingkan dengan produksi cabai
rawitrawit tahun 2014 yaitu sebesar 2,5797 t.ha-1 (BPS, 2015[S6] ).
Rendahnya produktivitas tanaman cabai
rawitdisebabkan oleh kesuburan tanah yang rendah dimana didominasi lahan
marginal.Riwandiet al. (2014),
bahwa lahan marginal memiliki
unsur hara makro dan unsur hara mikro yang sangat rendah dan juga banyak
mengandung unsur hara toksik berupa aluminium, mangan dan besi yang sangat
tinggi sehingga dapat membahayakan tanaman yang tumbuh.Selain kesuburan tanah
rendah, ketersediaan
pupuk organik[S7] juga menjadi faktor
pembatas dalam budidaya tanaman cabai rawit.Kurangnya ketersediaan pupuk
organik menyebabkan pengelolaan tanaman cabai rawit di masyarakat menggunakan
pupuk anorganik.Padahal dengan penambahan pupuk anorganik dapat meninggalkan residu
yang membahayakan kesehatan manusia dan mematikan mikroorganisme dalam tanah.Selain
itu juga,sistem aplikasi pupuk pada masyarakat belum efektif dan tidak tepat
dosis anjuransehingga menyebabkan pupuk yang diaplikasi tidak efektif dan efisien diserap oleh
tanaman.Jika kondisi ini dibiarkan secara terus menerus maka berimplikasi
terhadap penurunan produksi tanaman dan penurunan kualitas lingkungan.[S8]
Salah satu inovasi yang akan
dilakukan untuk meningkatkan produksi tanaman cabai rawitlokalSulawesi Tenggara
adalah dengan memanfaatkan pupuk organik dalam bentuk pelet yang bersumber dari
ampas sagu. Ampas sagu banyak tersebar di Sulawesi Tenggara (Gambar 1), namun
belum termanfaatkan sepenuhnya.Padahal berpotensi sebagai pupuk organik dan material
pembawa rizobakteri pemacu tumbuh tanaman.Wahida dan
Lambongan(2015),melaporkan bahwa kompos ampas
sagu memiliki kandungan C-Organik 23,1 %, Nitrogen 1,73 %, Fosfor 1,3 % dan
kalium 1,5 %.Tingginya kandungan unsur hara ampas sagu dapat diolah menjadi
pupuk alternatif berupa pupuk pelet melalui fermentasi mikroorganisme yang
berfungsi sebagai dekomposer dan bermanfaat bagi pertanian.Selain sebagai pupuk
organik, ampas sagu juga dapat dijadikan sebagai agen pembawa rizobakteri yang
berperan sebagai pemacu tumbuh tanaman.
|
||||
Gambar
1.Ampas sagu dari olahan petani tradisional di Lameuru, Kec. Ronomeeto Kab.
Konawe Selatan, Prov. Sulawesi Tenggara (Foto oleh LM.Hardjoni Kilowasid,
2016).
Beberapa rizobakteri yang dapat
digunakan dalam meningkatkan hasil tanaman yaitu rizobakteri dari golongan Bacillus
spp., Pseudomas fluorescens dan Serratia sp (Sutariati dan Safuan, 2012; Sutariati et al., 2014).
Kemampuan rizobakteri dalam mensintesis hormon IAA dan melarutkan fosfat serta
memfiksasi nitrogen dari udara merupakan bukti rizobakteri mampu memacu
pertumbuhan tanaman dan meningkatkan produksi tanaman (Sutariati et al., 2014;
Saylendra dan Firnia (2013).
Berdasarkan keunggulan dari ampas
sagu dan rizobakteri untuk memacu pertumbuhan tanaman maka potensial
dikembangkan dalam bentuk pupuk PELET ASRIZ (Ampas Sagu dan
Rizobakteri).Aplikasi pupuk PELET ASRIZ masih jarang dilakukan
dan dikembangkan untuk peningkatan produksi tanaman dan agen pembawa
rizobakteri pemacu tumbuh. Oleh karena itu,
penting dilakukan penelitian ini guna untuk mengetahui pengaruh efektifitas penggunaan
pupuk PELET ASRIZ terhadap produksi tanaman cabai rawit khas Sultra
di tanah marginal.
1.2.
Rumusan
Permasalahan
Menurunnya
produksi tanaman cabai sejalan dengan menurunnya karbon organik dan populasi
mikroba tanah yang berperan penting dalam kesuburan tanah yang diolah secara
intensif.Untuk mengatasi hal tersebut, saat ini digunakan rizobakteri sebagai
bioteknologi untuk peningkatan produksi pertanian secara berkelanjutan.Namun
kendala utama yang dihadapi adalah aplikasi produk biofertilizer rizobakteri komersial
kemasan cair dan padat kurang efektif pada tingkat petani.Salah satu inovasi yang
dilakukan adalah dengan memformulasi dalam bentuk pelet dengan menggunakan limbah
ampas sagu yang berlimpah sebagai bahan pembawa rizobakteri, khususnya untuk
aplikasi pada tingkat petani di Sulawesi Tenggara.
|
Penelitian
ini bertujuan untuk
memelajaripengaruh ampas sagu dan rizobakteri (ASRIZ) sebagai pupuk organik pelet dan bahan
pembawa rizobakteri pembacu tumbuh tanaman yangdapat meningkatkan
produksi tanaman cabai lokal kendari.[S9]
1.3. Luaran
Luaran
(output)yangdiharapkan dari kegiatan PKMPiniadalah:
1.
Formula pupuk pelet
organik berbasis ampas sagu dan rizobakteri (ASRIZ) yang dapat meningkatkan
produksi tanaman cabai lokal Sulawesi Tenggara
2.
Artikel
ilmiah
untuk dipublikasikan padajurnal
nasional
terindeks di google scholar.
1.4. Kontribusi dalam Agroteknologi
Pelelitian
ini dapat berkontribusi dalam pengembangan teknologi di bidang agronomi
(agroteknologi) melalui pemanfaatan rizobakteri lokal dan material organik
ditingkat petani sebagai bahan pembawa rizobakteri dalam bentuk pelet untuk
peningkatan produktivitas pertanian di wilayah pedesaan yang memiliki vegetasi
sagu.
BAB
2. TINJAUAN PUSTAKA
Rizobakteri
adalah bakteri yang di isolasi rizosfer tanaman yang mengolonisasi akar tanaman
yang berfungsi sebagai pemacu pertumbuhan tanaman.Rizobakteri indigenos berupa
kelompok Bacillus spp, P. Flourenscens dan serratia spp.
mampu mensintesis IAA, melarutkan fosfat dan memfiksasi nitrogen serta memacu
pertumbuhan tanaman di Lahan Kering Marjinal (Sutariati dan Wahab, 2012).Selain
itu, Bacillus sp. CKD061 juga mampu
menghasilkan senyawa siderofor dan HCN yang dapat berperan sebagai
bioprotektan. Khaeruni dan Gusnawati (2012), melaporkan bahwa aplikasi agens
biokontrol berupa campuran dua atau lebih isolat Bacillus spp. dapat dapat
memacu pertumbuhan tanaman cabai rawit dan menekan perkembangan jamur Fusarium oxiforum.
Aplikasi
rizobakteri dalam formula cair kurang efektif, sehingga banyak dikembangkan formula
padat dari rizobakteri dengan menggunakan berbagai bahan pembawa.Berbagai bahan
pembawarizobakteri yang umun digunakan adalah tanah, pupuk kandang dan sekam
(Firdausi et al., 2016).Selain itu
juga penggunaan media pembawa yang digunakan adalah kompos dan vermikulit dalam
bentuk pelet pada perkembangbikan jamur mikoriza arbuskula (David et al.,
2015).Media pembawa juga yang digunakan adalah tanah gambut dengan memacu
perkembangan bakteri rhizobium (Rebah et al., 2007).Pupuk kandang unggas (PM) dan limbah pisang (BW)sebagai
pembawa inokulan dari konsorsium bakteri yang dibentuk oleh strainbakteri Azospirillum,
Azotobacter dan P-solubiliser (Cruz et al., 2008). Penggunaan berbagai media
pembawa tersebut tidak cukup tersedia dan susah dicari di Sulawesi Tenggara.
Media pembawa pada umumnyamengandung sukrosadan
bahan organik tinggi (Daza et al., 2008). Salah satu inovasi bahan pembawa dalam bentuk pelet
dengan menggunakan ampas.Ampas sagu ini mengadung bahan karbohidrat (pati) dan
sukrosa (gula) yang tinggi (Matsumoto et
al., 1998).
|
Pemberian Kompos
ampas sagu dapat memperbaiki struktur tanah dan sifat kimia tanah.Humus yang
menjadi asam humat atau jenis asam lainnya dapat melarutkan zat besi (Fe) dan
aluminium (Al), dimana kedua unsur ini sering mengikat senyawa fosfat yang
merupakan sumber fosfor bagi tanaman, sehingga fosfor tidak dapat diserap
tanaman. Adanya humat yang dapat melarutkan besi dan aluminium menyebabkan senyawa fosfat
terlepas menjadi senyawa yang tersedia dalam tanah dan dapat diserap tanaman. Pemberian Kompos ampas sagu juga dapat
meningkatkan pH tanah mendekati netral dan kapasitas tukar kation akan semakin
meningkat sehingga unsur hara yang ditambahkan lewat Kompos ampas sagu lebih
tersedia bagi tanaman (Sulistiowaty, 2011).
Hasil
penelitian Wijayanto et al. (2016), menunjukan bahwa dengan pemberian kompos ampas sagu 10 t.ha-1dan
arang sekam padi dapat meningkatkan komponen hasil dan produksi kedelai sebesar
3,1 t.ha-1. Habiet al. (2014), bahwa dengan pemberian pupuk
kombinasi empulur sagu, kompos dan pupuk
anorganik dapat meningkatkan hasil tanaman jagung 30-47% dibandingkan dengan
pupuk pemberian pupuk anorganik atau kompos secara mandiri. Kaya (2012), bahwa
pemberian kompos ampas sagu 10 t.ha-1 dapat meningkatkan pertumbuhan
tanaman jagung berupa tinggi tanaman 76, 63 cm dibandingkan dengan perlakuan 5
t.ha-1 yaitu 65, 53 cm dan kontrol 54,23 cm.
Penggunaan Kompos ampas sagu dapat
meningkatkan produksi tanaman kacang tanah berupa peningkatan jumlah polong,
jumlah ginofor dan bobot 100 biji kacang tanah dibandingkan dengan pemberian
pupuk kandang dan kontrol (Kalay dan Wijayanti, 2011).Tingginya kandungan unsur
hara Kompos ampas sagu maka potensial dapat digunakan untuk meningkatkan
produksi tanaman cabai rawit.
BAB 3. METODE
PENELTIAN
3.1
Waktu dan Tempat
PKM-P
akan dilaksanakan segera setelah memperoleh informasi bahwa kegiatan ini
mendapatkan pembiayaan dari Ristek Dikti. Penelitian akan dilaksanakan di kebun
Percobaan II dan Laboratorium Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo.
|
Bahan
yang akan digunakan pada pelaksanaan PKM-P ini meliputi: benih cabai rawit, ampas
sagu, dedak, EM4, gula pasir, aquades, spiritus, alkohol 70%, TSB, agar, isolat
agens hayati Bacillus sp. CKD061,
(Koleksi Ibu Prof. Dr. Ir. Gusti Ayu K. Sutariati, M.Si), label, kapur, tissue,
plastik wrap, alumenium foil dan kapas. Alat yang akan digunakan pada
pelaksanaan PKM-P meliputi: pacul, skopang, terpal, waring net, laminar air
flow cabinet, hot, plate, autoclave, Bunsen, jarum ose, petridish, batang
penyebar, timbangan analitik, mistar, pacul, gelas ukur, kamera digital dan
alat tulis menulis.
3.3
Rancangan Penelitian
Rancangan
penelitian yang akan dilakukan pada pelaksanaan PKM ini yaitu menggunakan
rancangan acak kelompok dengan 6 perlakuan yaitu:
P0
= tanpa perlakuan
P1
= Aplikasi bentuk pelet ampas sagu5 g.tanaman-1dan rizobakteri
P2
= Aplikasi bentuk pelet ampas sagu 10 g.tanaman-1dan rizobakteri
P3
= Aplikasi bentuk pelet ampas sagu 15 g.tanaman-1 dan rizobakteri
P4=
Aplikasi bentuk sistem sebar ampas dan rizobakteri
P5
= Aplikasi bentuk sistem larikan ampas sagu dan rizobakteri
P6
= Aplikasi bentuk tugal ampas sagu dan rizobakteri.
Tiap
perlakuan ini diulangi sebanyak 3 kali sehingga total unit percobaan diperoleh 21
unit percobaan.
3.4
Pelaksanaan
Pembersihan
lahan dapat dilakukan dengan memberikan semua vegetasi yang ada di lahan
percobaan penelitian.Sedangkan pengolahan tanah dapat dilakukan pengemburan
tanah dengan memacul tanah lahan percobaan tersebut.
b. Pembuatan Petak Percobaan
Pembuatan
petak percobaan dapat dilakukan dengan membuat bedengan ukuran 2x2 m dengan
jarak antar petak kelompok 50 cm dan antar petak perlakuan 40 cm yang
disesuaikan dengan denah percobaan.
c. Pembuatan Media Perbanyakan Isolat
Rizobakteri
Untuk
perbanyakan rizobakteri disiapkan media TSA dan Kings’B. Media TSA ini dibuat dari campuran agar 20 g dan Trypthic Soy Broth 30g.
Sedangkan untuk pembuatan media Kings’B terdiri dari campuran agar 20g, protease peptone 20 g, glycerol
15 ml, K2HPO4 2,5 g dan MgSO4.7H2O 6
g.
Isolat
rizobakteri ditumbuhkan dalam media TSA (bakteri kelompok Bacillus spp.) atau King`s B
(bakteri kelompok Pseudomonas
spp./Isolat PKLK) padat dan di inkubasi selama 48 jam. Koloni bakteri yang
tumbuh disuspensikan dalam aquades steril hingga mencapai kerapatan populasi 109
cfu/ml.
d. Pembuatan Pupuk PeletASRIZ
Pembuatan
pupuk pelet organik ASRIZadalah sebagai berikut:
1.
Bahan organik ampas
sagu dilakukan fermentasi terlebih dahulu:
·
|
·
Bahan ampas sagu sebanyak 200 kg dan dedak sebanyak 20 kg
dicampur secara merata. Kemudian bahan tersebut ditambahkan bioaktivator berupa
mikroorganisme lokal sebanyak 100 ml, gula pasir 0,5 kg dan air sebanyak 10
liter, kemudian dicampur secara merata.
·
Kemudian bahan yang sudah dicampur dilakukan fermentasi
dengan ditumpuk dan ditutup menggunakan terpal.
·
Bahan yang difermentasi dibalik pada setiap 2 hari.
Tujuannya adalah agar bioaktivator bekerja dengan baik dan mengontrol suhu pada
saat fermentasi berlangsung. Pembalikkan Kompos dilakukan selama 1 bulan dan
sesudah itu pupukKompos ampas sagu siap
diaplikasikan di lapangan.
2.
Kompos ampas sagu hasil fermentasi yang telah dianalisis
kandungan kimia (C, N, P, K dan pH) dibuat dalam bentuk pelet dengan tahapan
sebagai berikut:
· Kompos ampas sagu hasil fermentasi
tersebut ditimbang sebanyak 4 kg kemudian dimasukkan kedalam baskom.
· Kemudian membuat larutan perekat
untuk pembentukan pupuk pelet berupa tepung kanji sebanyak 2 kg kemudian ditambahkan suspensi rizobakteri
secukupnya diaduk sampai mengental.
· Kemudian larutan kanji dan
rizobakteri tersebut dicampur dengan kompos ampas sagu, kemudian diaduk hingga
merata.
· Selanjutnya dilakukan pembuatan
adonan kemudian dicetak dalam bentuk pelet dengan alat pencentak.
e. Persemaian
Benih disemai pada bak
kecambah yang berisi arang
sekam, tanah dan pupuk kandang steril (1:2:1). Selanjunya
benih dibiarkan tumbuh hingga berumur dua
minggu setelah tanam, bibit siap
dipindahkan di lapangan.
f. Penanaman
Penanaman
dapat dilakukan dengan mengambil bibit yang telah disemaikan dan ditanam dengan
jarak tanam 40 cm x 60 cm.
g. Pemeliharaan
Pemeliharaan
tanaman meliputi penyiangan, penyiraman dan penyulaman. Penyiangan dilakukan
bila areal penanaman tanaman cabai rawitterdapat jenis rumput lain. Penyiangan
dilakukan dengan mencabut atau membersihkan rumput yang tumbuh dipetak
percobaan, agar tidak terjadi kompetisi serapan hara dan tidak terdapat
pengaruh gulma dengan tanaman cabai rawit.Penyiraman dilakukan untuk mempertahankan
kondisi kapasitas lapang.Penyiraman dilakukan setiap hari pada pagi dan sore
hari jika tidak terjadi hujan atau meskipun terjadi hujan tetapi tidak sampai
kapasitas lapang tetap dilakukan penyiraman.
|
Variabel
yang akan diamati pada pelaksanaan PKM-P ini yaitu:
a.
Tinggi Tanaman dan Diameter Batang
Pengamatan tinggi dan diameter batang tanaman dilakukan
pada umur tanaman 14 hari setelah pindah tanam (hsp), 21 hsp, 28 hsp, 35 hsp
dan 42 hsp.
b. Luas daun
Luas daun dihitung pada umur tanaman 14 hari setelah pindah tanam (hsp), 21
hsp, 28 hsp, 35 hsp dan 42 hsp dengan rumus : L = P x L x C.
Ket: L = Luas daun, P = Panjang daun, C = Konstanta
(0,53).
c.
Indeks luas daun. Indeks luas daun diamati pada 14, 28, 42
dan 56 HST dihitung dengan menggunakan
persamaan: ILD = LD/LA. LD = Luas daun (cm2) yang dihitung melalui
persamaan LD = P x L x P; P = Panjang daun (cm) L = Lebar daun (cm) dan C
(Konstanta = 0,53) LA = Luas areal yang ditanami (cm2).
d.
Bobotkering (BK) brangkasan. Bobot kering diukur dengan
mengambil sampel pada masing perlakuan dan diovenkan pada suhu 600C
selama 2 x 24 jam dan kemudian menimbang tanaman yang telah dioven tersebut.
e.
Laju Pertumbuhan
Relatif/Relatif Growth Rate (RGR) (g..g-1.hari-1),
dengan menggunakan rumus (Sugito, 2009) :
RGR= In w2-In w1
t2 -
t1
Keterangan:
In w1 =
Logaritma dari berat awal
In w2 =
Logaritma dari berat akhir
t1 dan t2 = Interval waktu
f. Jumlah bunga
Jumlah bunga dihitung berdasarkan
bunga yang telah mekar.
g.
Jumlah Hari Berbunga 80%
Jumlah hari berbunga 80% dihitung pada setiap petakan waktu
berbunga 80 % dari keseluruhan tanaman.
h. Jumlah Cabang Primer
Jumlah cabang primer dihitung pada setiap cabang
yang muncul pada batang primer yang dilakukan
pada umur tanaman 14 hari setelah pindah tanam (hsp), 21 hsp, 28 hsp, 35 hsp
dan 42 hsp.
i. Jumlah buah dan berat buah
Jumlah buah dan berat buah
dihitung dan ditimbang beratnya berdasarkan perlakuan yang diuji.
3.6
Analisis Data
Data
hasil pengamatan akan dianalisis menggunakan analisis ragam. Hasil analisis
yang menunjukkan pengaruh nyata dilanjutkan dengan UJBD pada taraf nyata
α=0.05, untuk mengetahui efektivitas perlakuan yang diuji.
|
|
KEMENTERIAN
RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN
TINGGIUNIVERSITAS HALU OLEO
Kampus Bumi Tridharma, Anduonohu
Kendari Telp. (0401) 3190914
SURAT PERNYATAAN KETUA
PELAKSANA
Yang bertanda tangan di
bawah ini:
Nama :
NIM :
Program Studi :
Fakultas :
Dengan
ini menyakan bahwa proposal (PKM-Penelitian) saya dengan judulIntegrate Ampas Sagu dan Gulma Chromolaena
odorata sebagai Pupuk Organik untuk Meningkatkan Pertumbuhan dan Produksi
Tanaman Jagung, yang diusulkan untuk tahun anggaran 2017 bersifat original dan belum pernah
dibiayai oleh lembaga atau sumber dana lain.
Bilamana
dikemudian hari ditemukan ketidaksesuaian dengan pernyataan ini, maka saya
bersedia dituntut dan diproses sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan
mengembalikan seluruh biaya pelaksanaan yang sudah diterima ke kas Negara. Demikian
pernyataan ini dibuat dengan sesungguhnya dan dengan sebenar-benarnya.
Kendari, 9 November 2016
Mengetahui,
Ketua Jurusan
Agroteknologi
Fakultas Pertanian Yang
menyatakan,
[S9]Kalimat ini masih sulit dipahami, mana variabel bebabsnya dan mana
variabel tergantung (mana subyek risetnya dan mana obyek risetnya)