Sabtu, 31 Maret 2018

Laporan Praktikum Penetapan C-Organik



LAPORAN PRAKTIKUM
ANALISIS TANAH, AIR DAN JARINGAN TANAMAN
“Penetapan C-organik”






 

 

Oleh:

SATRIA EKA WIJAYA
D1B114071




MINAT ILMU TANAH
JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
2017

 BAB I
PENDAHULUAN
A.      LATAR BELAKANG
            Bahan organik merupakan bahan penting dalam menciptakan kesuburan tanah, baik secara fisika, kimia maupun biologi tanah. Bahan organik adalah bahan pemantap agregat tanah yang tiada taranya. Sekitar setengah dari kapasitas tukar kation (KTK) berasal dari bahan organik. Ia merupakan sumber hara tanaman. Disamping itu bahan organik adalah sumber energi dari sebagian besar organisme tanah. Dalam memainkan peranan tersebut bahan organik sangat ditentukan oleh sumber dan susunannya, oleh karena kelancaran dekomposisinya, serta hasil dekomposisi itu sendiri (Hakim et al., 1986).
            Daerah rawa-rawa seperti daerah rawa-rawa pasang surut sering dijumpai tanah-tanah dengan kandungan bahan organik yang sangat tinggi dan tebal. Apabila tanah tersebut mengandung bahan organik lebih dari 20% (untuk tanah pasir) atau lebih dari 30% (untuk tanah liat) dan tebalnya lebih dari 40 cm maka tanah tersebut tanah organik atau tanah gambut. Kandungan bahan organik tanah dihitung dari kandungan C-organik dengan rumus sebagai berikut (Hardjowigeno, 2003)
            Tanah yang banyak mengandung humus atau bahan organik adalah tanah-tanah lapisan atas atau top soil. Semakin ke lapisan bawah tanah maka kandungan bahan organik semakin berkurang, sehingga tanah semakin kurus. Oleh karena itu, top soil perlu dipertahankan (Hardjowigeno, 2003).
Kandungan bahan orgnik pada masing – masing horison merupakan bentuk besarnya akumulasi bahan oorganik dalam keadaaan lingkungan yang berbeda.Komponen bahan organik yang penting adalah C dan N.Kandungan bahan organik itu dengan mengalihkan  ditentukan secara tidak langsung yaitkan u dengan mengalikan kadar C dengan suatu faktor yang umumnya sebagai berikut :Kandunagn bahan organik =C *1,724.Bila jumlah C organik dalam tanah dapat diketahui maka kandungan bahan organik merupakan salah satu indikator tingkat kesuburan tanah.Dan dalam pengapuran berfungsi dlam mempengaruhi kondisi tanah bereaksi masam  cukup baik untuk pertumbuhan tanaman ,Dan salah satu contoh tanah mineral dan organik yang bereaksi masam  yaitu,Ultisol,Oksisol,Andisol.
B.     Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dari praktikum ini yaitu untuk mengetahui cara penetapan C-organik pada sampel tanah yang diamati.
Kegunaan praktikum ini adalah sebagai bahan informasi cara penetapan C-organik tanah yang diamati yang erat kaitannya dengan tingkat kesuburan tanah dan sekaligus menjadi bahan pertimbangan mengenai jenis tanaman yang cocok pada tanah yang diteliti.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Bahan organik adalah sekumpulan beragam senyawa-senyawa organik kompleks yang sedang atau telah mengalami proses dekomposisi baik berupa humus hasil humifikasi maupun senyawa-senyawa organik hasil mineralisasi dan termasuk juga mikrobia heterotrofik organik dan ototrofik yang terlibat dan berada di dalamnya (Madjid, 2007).
            Kandungan bahan organik di dalam tanah dipengaruhi oleh berbagai macam faktor. Salah satu faktor yang mempengaruhi bahan organik ialah proses terbentuknya yang terdiri dari 2 sumber, yaitu: Sumber primer bahan organik adalah jaringan tanaman berupa akar, batang, ranting, daun, bunga, dan buah. Jaringan tanaman ini akan mengalami dekomposisi dan akan terangkut ke lapisan bawahserta di inkorporasikan dengan tanah. Tumbuhan tidak saja sumber bahan organik tanah, tetapi sumber bahan organik dari seluruh makhluk hidup (Hakim et al., 1986)
·              Sumber sekunder bahan organik adalah binatang. Fauna atau binatang terlebih dahulu harus menggunakan bahan organik tanaman. Setelah itu barulah binatang menyumbangkan pula bahan organiknya. Berbeda sumber bahan organik tanah tersebut akan berbeda pula pengaruh yang disumbangkannya ke dalam tanah. Hal itu berkaitan erat dengan komposisi atau susunan dari bahan organik tersebut (Hakim  et al., 1986)
            Kandungan organik tanah biasanya diukur berdasarkan kandungan C-organik kandungan karbon (C) bahan organik bervariasi antara 45 sampai 60% dan konversi C-organik menjadi bahan = % C-organik x 1,724. Kandungan bahan organik dipengaruhi oleh arus akumulasi bahan asli dan arus dekomposisi dan humifikasi yang sangat tergantung kondisi lingkungan (vegetasi, iklim, batuan, timbunan, dan praktik pertanian). Arus dekomposisi jauh lebih penting dari pada jumlah bahan organik yang ditambahkan. Pengukuran kandung bahan organik tanah dengan metode walkey and black ditentukan berdasarkan kandungan C-organik (Foth, 1984).
            Pengaruh bahan organik terhadap tanah dan kemudian terhadap tanaman tergantung pada laju proses dekomposisinya. Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi laju dekomposisi ini meliputi faktor bahan organik dan faktor tanah. Faktor bahan organik meliputi komposisi kimiawi, kadar lignin dan ukuran bahan, sedangkan faktor tanah meliputi temperatur, kelembaban, tekstur, struktur dan suplai oksigen, serta reaksi tanah dan ketersediaan hara (Hanafiah, 2010).
            Umumnya, penambahan jumlah sisa-sisa organik setiap tahun ke tanah ditingkatkan, disini terjadi suatu peningkatan dalam kandungan bahan organik total. Dengan meningkatnya curah hujan dan diiringi meningkatnya produksi bahan organik setiap tahun, terjadi suatu peningkatan kandungan bahan organik tanah. Penyebab umum adalah laju peningkatan kegiatan mikrobia dan perombakan bahan organik dengan meningkatnya temperature (Foth, 1988).
            Bahan organik memainkan beberapa peranan penting di tanah. Sebab bahan organik berasal dari tanaman yang tertinggal, berisi semua unsur-unsur hara yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman. Bahan organik mempengaruhi struktur tanah dan cenderung menjaga menaikkan kondisi fisik yang diinginkan. Hewan-hewan tanah tergantung pada bahan organik untuk makanan dan mendukung kondisi fisik yang diinginkan dengan mencampur tanah membentuk alur-alur. Umumnya banyak hal-hal menarik dalam mengelola bahan organik agar tanah lebih produktif (Foth, 1988).

BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
A.                Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Rabu, 15 November 2017. Bertempat dilaboratorium  Ilmu Tanah Fakultas Pertanian, Universitas Halu Oleo.
B.       Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu imbangan analitik, pipet tetes, gelas ukur 50 ml, pipet 5 ml dan pipet titrat.
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu sampel tanah 2 gr, kalium dikromat 3 ml, H2SO4 5 ml, indikator DA 3 tetes, aquades 65 ml dan FeSo4 0,2 n.
C.      Cara Kerja
Adapun cara kerja pada praktikum ini yaitu :
1.        Timbang 0,2 gr sampel tanah, Tambahkan 3 ml kalium dikromat
2.        Tambahkan 5 ml H2SO4, Kemudian dinginkan sampai 30 menit
3.        Tambahkan 3 tetes indikator DA, Tambahkan aquades sampai volumenya mencapai 50 ml
4.        Kemudian pipet larutan dalam botol sampel, Masukan kedalam enlemeyer 50 ml
5.        Tambahkan 15 ml aquades, Setelah itu titrat dengan FeSo4 0,2 n sampai berwarna hijau.

DAFTAR PUSTAKA
Buckman, H. O. dan N. C. Brady., 1982. Ilmu Tanah. Jakarta : Bhatara Karya Angkasa.
Foth, D Henry, 1984. Dasar-Dasar Ilmu Tanah.Yogyakarta: Gadjamada University.
Foth, D Henry, 1988. Dasar-Dasar Ilmu Tanah.Yogyakarta: Gadjamada University.
Hakim. N, Yusuf Nyakpa, A. M Lubis, S. G. Nugroho, Rusdi Saul, Amin Diha, Go Bang Hong, H. H. Bailey, 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Lampung: Universitas Lampung.
Hanafiah, 2010. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Jakarta: PT.Rajagra Findo Persada.
Madjid, Abdul. 2007. Bahan Organik Tanah. Palembang: Universitas Sri wijaya.