LAPORAN
PRAKTIKUM
ANALISIS
TANAH, AIR DAN JARINGAN TANAMAN
“Penetapan C-organik”
Oleh:
SATRIA EKA
WIJAYA
D1B114071
MINAT
ILMU TANAH
JURUSAN
AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
HALU OLEO
2017
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Bahan
organik merupakan bahan penting dalam menciptakan kesuburan tanah, baik secara
fisika, kimia maupun biologi tanah. Bahan organik adalah bahan pemantap agregat
tanah yang tiada taranya. Sekitar setengah dari kapasitas tukar kation (KTK)
berasal dari bahan organik. Ia merupakan sumber hara tanaman. Disamping itu
bahan organik adalah sumber energi dari sebagian besar organisme tanah. Dalam
memainkan peranan tersebut bahan organik sangat ditentukan oleh sumber dan
susunannya, oleh karena kelancaran dekomposisinya, serta hasil dekomposisi itu
sendiri (Hakim et al., 1986).
Daerah rawa-rawa seperti daerah rawa-rawa
pasang surut sering dijumpai tanah-tanah dengan kandungan bahan organik yang
sangat tinggi dan tebal. Apabila tanah tersebut mengandung bahan organik lebih
dari 20% (untuk tanah pasir) atau lebih dari 30% (untuk tanah liat) dan
tebalnya lebih dari 40 cm maka tanah tersebut tanah organik atau tanah gambut.
Kandungan bahan organik tanah dihitung dari kandungan C-organik dengan rumus
sebagai berikut (Hardjowigeno, 2003)
Tanah yang banyak mengandung humus atau
bahan organik adalah tanah-tanah lapisan atas atau top soil. Semakin ke lapisan bawah tanah maka kandungan bahan
organik semakin berkurang, sehingga tanah semakin kurus. Oleh karena itu, top soil perlu dipertahankan
(Hardjowigeno, 2003).
Kandungan
bahan orgnik pada masing – masing horison merupakan bentuk besarnya akumulasi
bahan oorganik dalam keadaaan lingkungan yang berbeda.Komponen bahan organik
yang penting adalah C dan N.Kandungan bahan organik itu dengan
mengalihkan ditentukan secara tidak langsung yaitkan u dengan mengalikan
kadar C dengan suatu faktor yang umumnya sebagai berikut :Kandunagn bahan
organik =C *1,724.Bila jumlah C organik dalam tanah dapat diketahui maka
kandungan bahan organik merupakan salah satu indikator tingkat kesuburan
tanah.Dan dalam pengapuran berfungsi dlam mempengaruhi kondisi tanah bereaksi
masam cukup baik untuk pertumbuhan tanaman ,Dan salah satu contoh tanah
mineral dan organik yang bereaksi masam yaitu,Ultisol,Oksisol,Andisol.
B.
Tujuan
dan Kegunaan
Tujuan dari praktikum ini yaitu untuk mengetahui cara penetapan
C-organik pada sampel tanah yang diamati.
Kegunaan
praktikum ini adalah sebagai bahan informasi cara penetapan C-organik tanah
yang diamati yang erat kaitannya dengan tingkat kesuburan tanah dan sekaligus
menjadi bahan pertimbangan mengenai jenis tanaman yang cocok pada tanah yang
diteliti.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
Bahan organik adalah sekumpulan beragam senyawa-senyawa organik kompleks
yang sedang atau telah mengalami proses dekomposisi baik berupa humus hasil
humifikasi maupun senyawa-senyawa organik hasil mineralisasi dan termasuk juga
mikrobia heterotrofik organik dan ototrofik yang terlibat dan berada di dalamnya (Madjid, 2007).
Kandungan bahan organik di dalam tanah dipengaruhi
oleh berbagai macam faktor. Salah satu faktor yang mempengaruhi bahan organik
ialah proses terbentuknya yang terdiri dari 2 sumber, yaitu: Sumber primer
bahan organik adalah jaringan tanaman berupa akar, batang, ranting, daun,
bunga, dan buah. Jaringan tanaman ini akan mengalami dekomposisi dan akan
terangkut ke lapisan bawahserta di inkorporasikan dengan tanah. Tumbuhan tidak
saja sumber bahan organik tanah, tetapi sumber bahan organik dari seluruh
makhluk hidup (Hakim et al., 1986)
· Sumber sekunder bahan organik adalah
binatang. Fauna atau binatang terlebih dahulu harus menggunakan bahan organik
tanaman. Setelah itu barulah binatang menyumbangkan pula bahan organiknya.
Berbeda sumber bahan organik tanah tersebut akan berbeda pula pengaruh yang
disumbangkannya ke dalam tanah. Hal itu berkaitan erat dengan komposisi atau
susunan dari bahan organik tersebut (Hakim
et al., 1986)
Kandungan
organik tanah biasanya diukur berdasarkan kandungan C-organik kandungan karbon
(C) bahan organik bervariasi antara 45 sampai 60% dan konversi C-organik
menjadi bahan = % C-organik x 1,724. Kandungan bahan organik dipengaruhi oleh
arus akumulasi bahan asli dan arus dekomposisi dan humifikasi yang sangat
tergantung kondisi lingkungan (vegetasi, iklim, batuan, timbunan, dan praktik
pertanian). Arus dekomposisi jauh lebih penting dari pada jumlah bahan organik
yang ditambahkan. Pengukuran kandung bahan organik tanah dengan metode walkey and black ditentukan berdasarkan
kandungan C-organik (Foth, 1984).
Pengaruh bahan organik terhadap tanah dan
kemudian terhadap tanaman tergantung pada laju proses dekomposisinya. Secara
umum faktor-faktor yang mempengaruhi laju dekomposisi ini meliputi faktor bahan
organik dan faktor tanah. Faktor bahan organik meliputi komposisi kimiawi,
kadar lignin dan ukuran bahan, sedangkan faktor tanah meliputi temperatur,
kelembaban, tekstur, struktur dan suplai oksigen, serta reaksi tanah dan
ketersediaan hara (Hanafiah, 2010).
Umumnya, penambahan jumlah sisa-sisa
organik setiap tahun ke tanah ditingkatkan, disini terjadi suatu peningkatan
dalam kandungan bahan organik total. Dengan meningkatnya curah hujan dan
diiringi meningkatnya produksi bahan organik setiap tahun, terjadi suatu
peningkatan kandungan bahan organik tanah. Penyebab umum adalah laju
peningkatan kegiatan mikrobia dan perombakan bahan organik dengan meningkatnya
temperature (Foth, 1988).
Bahan organik memainkan beberapa peranan
penting di tanah. Sebab bahan organik berasal dari tanaman yang tertinggal, berisi
semua unsur-unsur hara yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman. Bahan organik
mempengaruhi struktur tanah dan cenderung menjaga menaikkan kondisi fisik yang
diinginkan. Hewan-hewan tanah tergantung pada bahan organik untuk makanan dan
mendukung kondisi fisik yang diinginkan dengan mencampur tanah membentuk
alur-alur. Umumnya banyak hal-hal menarik dalam mengelola bahan organik agar
tanah lebih produktif (Foth, 1988).
BAB III
METODOLOGI
PRAKTIKUM
A.
Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari
Rabu, 15 November 2017. Bertempat dilaboratorium Ilmu Tanah Fakultas Pertanian, Universitas
Halu Oleo.
B.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu imbangan
analitik, pipet tetes, gelas ukur 50 ml, pipet 5 ml dan pipet titrat.
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu sampel
tanah 2 gr, kalium dikromat 3 ml, H2SO4 5 ml, indikator DA 3 tetes, aquades 65
ml dan FeSo4 0,2 n.
C.
Cara Kerja
Adapun cara kerja pada praktikum ini yaitu :
1.
Timbang 0,2 gr sampel tanah, Tambahkan 3
ml kalium dikromat
2.
Tambahkan 5 ml H2SO4, Kemudian dinginkan
sampai 30 menit
3.
Tambahkan 3 tetes indikator DA, Tambahkan
aquades sampai volumenya mencapai 50 ml
4.
Kemudian pipet larutan dalam botol
sampel, Masukan kedalam enlemeyer 50 ml
5.
Tambahkan 15 ml aquades, Setelah itu
titrat dengan FeSo4 0,2 n sampai berwarna hijau.
DAFTAR
PUSTAKA
Buckman, H. O. dan N. C. Brady., 1982. Ilmu Tanah. Jakarta :
Bhatara Karya Angkasa.
Foth, D Henry, 1984. Dasar-Dasar Ilmu Tanah.Yogyakarta: Gadjamada
University.
Foth, D Henry, 1988. Dasar-Dasar Ilmu Tanah.Yogyakarta: Gadjamada
University.
Hakim. N, Yusuf Nyakpa, A. M Lubis, S. G. Nugroho, Rusdi Saul,
Amin Diha, Go Bang Hong, H. H. Bailey, 1986. Dasar-dasar Ilmu
Tanah. Lampung: Universitas Lampung.
Hanafiah, 2010. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Jakarta:
PT.Rajagra Findo Persada.
Madjid, Abdul. 2007. Bahan Organik Tanah. Palembang: Universitas Sri
wijaya.