Sabtu, 31 Maret 2018

Laporan Praktikum Penetapan Daya Hantar Listrik



LAPORAN PRATIKUM
ANALISIS TANAH DAN JARINGAN TANAMAN
Penetapan Daya Hantar Listrik








OLEH


SATRIA EKA WIJAYA
D1B1 14 071






PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
2017


I.                   PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Tanah adalah produk transformasi mineral dan bahan organik yang terletak dipermukaan sampai kedalaman tertentu yang dipengaruhi oleh faktor-faktor genetis dan lingkungan, yakni bahan induk, iklim, organisme hidup (mikro dan makro), topografi, dan waktu yang berjalan selama kurun waktu yang sangat panjang, yang dapat dibedakan dari cirri-ciri bahan induk asalnya baik secara fisik kimia, biologi, maupun morfologinya. Tanah merupakan elemen dasar yang tidak terpisahkan dalam dunia pertanian, dalam skala luas masih lebih ekonomis dan efisien menggunakan media tanah. Mengingat pentingnya peranan tanah dalam usahatani, maka pengelolaan tanah untuk usahatani haruslah dilakukan sebaik mungkin guna menjaga kesuburan tanahnya. Tanah yang memenuhi syarat agar pertumbuhan tanaman bisa optimal tentulah harus memiliki kandungan unsur hara yang cukup,mengandung banyak bahan organik yang menguntungkan.
Dalam tanah  terdapat garam-garam terlarut yang dapat berfungsi sebagai penghantar listrik. Jumlah daya elektron sebanding dengan garam yang ada. Pengukur hantaran (konduktivitas) listrik tersebut merupakan indikasi konsentrasi senyawa-senyawa yang terionisasi dengan tingkat ketelitian tinggi. Tanah memiliki kanduang garam-garam yang berfungsi sebagai penghantar listrik. Pada tanah jumlah daya elektron sebanding dengan garam yang terkandung dalam tanah. Pengukuran hantaran listrik tersebut merupakan indikasi konsentrasi senyawa-senyawa yang terionisasi dengan tingkat ketelitian tinggi. Penentuan hantaran listrik ini disebut dengan daya hantar listrik (DHL). Nilai DHL suatu tanah dapat diukur menggunakan alat ukur yang disebut dengan konduktormeter.
B.     Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dari praktikum kali ini yaitu agar mahasiswa dapat mengetahui cara penetapan daya hantar listrik.
Kegunaan dari praktikum kali ini yaitu agar mahasiswa dapat memahami cara penetapan daya hantar listrik.
II.                TINJAUAN PUSTAKA
Peneteapan DHL tanah dilaksanakan berdasarkan tahanan listrik antara elektrode-elektrode paralel yang dicelupkan dalam suspensi dengan perbandingan contoh tanah dan pelarut 1:1 pada sistem ini larutan yang terletak diantara elektrode bertindak sebagai penghantar listrik, dan hukum fisika yang berhubungan dengan hambatan dapat diterapkan. Konduktivitas larutan dinyatakan dalam satuan mili atau mikron per cm.
Tingginya DHL pada tanah ini disebabkan oleh oksidasi pirit yang menghasilkan H2SO4. Nilai pH tanah yang sangat rendah dapat menghancurkan liat sehingga membebaskan Al dan kation-kation lain. Larutan tanahnya didominasi oleh Al2(SO4)3 dan kation lain. Dalam keadaan ekstrim di musim kering, H2SO4 bebas dapat ditemukan, dalam musim banjir FeSO4 dapat menjadi dominan (Adhi, dkk, 1997).
Air murni merupakan penghantar listrik yang buruk, tapi daya hantar listriknya mengalami kenaikan sebesar banyaknya garam yang terlarut dalam air tanah. Demikianlah, daya hantar listrik larutan tanah memberikan kepada kita suatu pengukuran secara tak langsung terhadap kadar garam. Daya hantar listrik diukur melalui baik metode langsung ataupun metode laboratorium. Yang diukur dengan satuan  mmhos/cm (Brady and Ray, 2000).
Pada tanah tergenang yang normal, nilai DHL tertinggi antara 2-4 dS/m, tetapi pada tanah pasir yang kaya bahan organik dan tanah sulfat masam dapat mencapai >4 dS/m yang merupakan ambang bahaya bagi padi. Nilai DHL 2 dS/m baik untuk tanaman padi. Kation yang digantikan oleh Fe+, Mn2+, dan NH4 dalam keadaan reduksi dapat hilang bersama air perkolasi. Pada keadaan kering oksidasi Fe2+ dan NH4 dapat mengasamkan tanah(Hardjowigeno dan Rayes, 2005).
Metode ekstrak pasta jenuh adalah metode yang paling sering digunakan dalam uji laboratorium. Contoh tanah yang telah dijenuhkan oleh air distilasi dan dicampurkan menjadi  tanah dengan konsistensi pasta. Setelah didiamkan selama satu malam untuk melarutkan garam, daya hantar listrik air tanah yang diekstrakkan dari pasta tadi diukur. Metode di lapangan mencakup pengukuran daya hantar listrik secara langsung di lapangan. Metode ini melibatkan penetrasi empat sensor berupa elektroda ke dalam tanah di gerakkan oleh kendaraan seperti
traktor pertanian (Brady and Ray, 2000).
Salinitas merupakan tingkat keasinan atau kadar garam terlarut dalam air. Salinitas juga dapat mengacu pada kandungan garam dalam tanah. Kandungan  garam pada sebagian besar danau, sungai, dan aluran air alami sangat kecil sehingga air di tempat ini dikategorikan sebagai air tawar. Kandungan garam sebenarnya pada air ini, secara defenisi, kurang dari 0,05%. Jika lebih dari itu, air dikategorikan sebagai air payau atau menjadi saline bila konsentrasinya 3 sampai 5% (Suriadikarta dan Sutriadi, 2007).
Salinitas tanah menunjukkan besarnya kandungan garam mudah larut dalam tanah, sedang sodisitas menunjukkan tingginya kadar garam Na dalam tanah. Keracunan tanaman dapat terjadi bila kandungan garam mudah larut terlalu tinggi. Tanah salin adalah tanah yang mempunyai sifat – sifat berikut : (a). Daya hantar listrik tanah jenuh air (DHL) > 4 dS/m, (b). Persen Na dapat ditukar (ESP) < 15 dan (c). pH < 8,5. Ion – ion yang dominan pada tanah salin ialah : Na+ , Ca2+, Mg2+, Cl-, SO42-. NaCl merupakan penyebab salinitas utama. Pada tanah sulfat masam muda mengandung Al2(SO4)3 dan FeSO4 yang tinggi tetapi juga memenuhi syarat sebagai tanah salin (Hardjowigeno dan Rayes, 2005).
Garam-garam yang dapat dipertukarkan akan mempengaruhi sifat-sifat tanah jika terdapat dalam keadaan yang berlebihan dalam tanah. Kekurangan unsur Na+ dan Cl- dapat menekan pertumbuhan dan mengurangi produksi. Peningkatan konsentrasi garam terlarut di dalam tanah akan meningkatkan tekanan osmotik sehingga menghambat penyerapan air dan unsur-unsur hara yang berlangsung melalui proses osmosis. Jumlah air yang masuk ke dalam akar akan berkurang sehingga mengakibatkan menipisnya jumlah persediaan air dalam tanaman (Buckman and Brady, 1982).

III.             METODOLOGI PRAKTIKUM
A.    Tempat dan Waktu
Praktikum ini dilakasanakan di Laboratorium Jurusan Ilmu Tanah Universitas Halu Oleo pada tanggal 25 Oktober 2017 dan pukul 08.00 WITA sampai selesai.
B.     Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum kali ini yaitu timbangan analitik, botol kocok 100 ml, gelas ukur 50 ml, labu semprot, konduktor dengan sel platina dan pH meter.
Bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini yaitu sampel tanah, aquades, NaCl.
C.    Prosedur Praktikum
1.      Menimbang 10 g sampel tanah dan masukan pada botol kocok.
2.      Menambahkan 50 ml aquades dan dikocok selama 30 menit kemudian didiamkan selama 24 jam.
3.      Setelah itu diukur daya hantar listrik sampel tanah yang telah didiamkan selama 24 jam, dengan menggunakan alat pH meter.

IV.             HASIL DAN PEMBAHASAN
A.    Hasil
No
Nilai
Keterangan
1
2
3
361
5.09
29.3
µ s
pH
oC

B.     Pembahasan
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan bahwa nilai penetaoan daya hantar listrik dengan sampel tanah RD bahwa untuk nilainya yaitu 361 micron sekon (µs), 5.09 pH ini menandakan kondisi tanahnya agak masam dengan suhu yang ada 29oC

DAFTAR PUSTAKA
Adi. 1997 . Penentuan Zonasi Tataguna Air Tanah di Kabupaten Bantul, Daerah

Brady, N. C dan Ray R. Weil. 2008. The Nature and Properties Of Soil. Pearson

Buckman dan Nyle.C. Brady., 1982. Ilmu Tanah. Bhatara Karya Aksara. Jakarta

Hardjowigeno, S. Dan L. Rayes. 2005. Tanah Sawah: Karakteristik, Kondisi dan Permasalahan Tanah Sawah di Indonesia. Bayumedia Publishing, Malang.

Hardjowigeno. S dan L. Rayes. 2005. Tanah Sawah. Bayumedia. Malang.
Hardjowigeno. S. H. Subagyo., dan L. Rayes. 2005. Morfologi dan Klasifikasi Tanah Sawah. Bayumedia. Malang.

Istimewa Yogyakarta. Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam vol. 7 No. 4. Prentice Hall, Ohio.

Suriadikarta, D.A., dan Mas Teddy Sutriadi. 2007. Jenis – Jenis Lahan Berpotensi Untuk Pengembangan Pertanian Di Lahan Rawa. Balai Penelitian Tanah Bogor, Jurnal Litbang Pertanian, 26(3).Hal. 115-122.