LAPORAN
PRAKTIKUM
ANALISIS TANAH, AIR DAN JARINGAN TANAMAN
“Penetapan
Fospor Ekstrak HCL 25%”
Oleh:
SATRIA EKA WIJAYA
D1B114071
MINAT ILMU TANAH
JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
2017
I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Fosfor
adalah zat yang dapat berpendar karena mengalami fosforensis. Unsur fosfor
merupakan unsur kimia yang memiliki lambang P dengan nomor atom 15. Fosfor
berupa non logam termasuk golongan nitrogen, banyak ditemui dalam batuan fosfat
anorganik dan dalam semua sel hidup tetapi tidak pernah ditemui dalam bentuk
unsur bebasnya.
Fosfat
merupakan salah satu bahan galian yang sangat berguna untuk pembuatan pupuk.
Sekitar 90% konsumsi fosfat dunia dipergunakan untuk pembuatan pupuk, sedangkan
sisanya dipakai oleh industri ditergen dan makanan ternak. Mineral-mineral
fosfat adalah batuan dengan kandungan fosfor yang ekonomis. Kandungan fosfor
pada batuan dinyatakan dengan BPL (bone phosphate of lime) atau TPL
(triphosphate of lime) yang didasarkan atas kandungan P2O5. Sebagian besar
fosfat komersial yang berasal dari mineral apatit {Ca5 (PO4)3 (F,Cl,OH)} adalah
kalsium fluo-fosfat dan kloro-fosfat dan sebagian kecil wavelit (fosfat
aluminium hidros). Sumber lainnya berasal dari jenis slag, guano, krandalit
(CaAl3(PO4)2(OH)5 .H2O), dan milisit {(Na,K) CaAl6 (PO4)4 (OH)9 3H2O}.
Penetapan
fosfor tanah bagi tanaman khususnya untuk pertumbuhan telah banyak dilakukan.
Pengujian tanah dilakukan sebanyak dua tahapyaitu persiapan dari larutan
ekstrasi P dan pengujian kandungan P dalam larutan. Beberapa metode kalori
meter tersedia untuk menguji P tersedia dalm larutan. Penilaian ini tergantung
pada besarnya konsentrasi P dalam larutan, kandungan, dan asam khususnya
digunakan dalam pengujian analitik.
Pengujian tanah
mempunyai dua tahap yaitu persiapan dario larutan ekstraksi P dan pengujian
kandungan P dalam larutan. Beberapa metode kalorimetri tersedia untuk menguji P tersedia dalam
larutan. Penilaian ini tergantung pada
besarnya konsentrasi P dalam larutan, kandungan, dan asam khususnya digunakan
dalam pengujian analitik.
Ketersediaan
P dalam tanah merupakan P yang ada didalam tana sehingga dapat langsung diserap
oleh tanah. Fosfor merupakan salah satu sumber untuk hara bagi tananaman,
karena dibutuhkan dalam jumlah yang banyak dan bersifat essensial, sangat
penting, dan tidak dapat digantikan. Fosfor menjadi masalah karena
ketersediaannyayang rendah. Berdasarkan pernyataan tersebut, maka dilakukan
praktikum ini untuk menentukan kandungan fosfor yang tersedia dalam tanah.
Dalam praktikum ini metode yang digunakan untuk menetapkan fosfor tersedia
adalah metode ekstraksi Bray and Kurtz dimana metode ini dikembangkan untuk
tanah masam, tetapi juga baik untuk tanah-tanah netral.
B.
Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui
kandungan fosfor tersedia dalam tanah.
2. Menetapkan
fosfor tersedia dengan metode ekstraksi Bray and Kurtz.
3. Mengetahui
peranan fosfor pada tanaman.
4. Mengetahui
gejala kekutangan fosfor dan gejala kelebihan fosfor pada tanaman.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
Fosfor merupakan
unsur hara esensial makro yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman. Tanaman
memperoleh unsur P seluruhnya berasal dari tanah atau dari pemupukan serta
hasil dekomposisi dan mineralisasi bahan organik. Jumlah P total dalam tanah
cukup banyak, namun yang tersedia bagi tanaman jumlahnya rendah hanya 0,01 –
0,2 mg/kg tanah (Handayanto dan Hairiyah, 2007).
Peranan P pada
tanaman penting untuk pertumbuhan sel, pembentukan akar halus dan rambut akar,
memperkuat tegakan batang agar tanaman tidak mudah rebah,pembentukan bunga ,
buah dan biji serta memperkuat daya tahan terhadap penyakit. Tanaman jagung
menghisap unsur P dalam bentuk ion sebanyak 17 kg/ha untuk menghasilkan berat
basah tanaman 4200 kg/ha (Premono,2002).
Analisis P-tanah metode Bray dan Kurtz P-1 diperkenalkan
oleh Roger Bray dan Touby Kurtz dari Stasiun Percobaan Pertanian Illionis pada
tahun 1945 dan sampai sekarang banyak digunakan di Midwestern dan Utara Sentral
Amerika Serikat (Bray and Kurtz, 1945; Frank et al., 1998).
Ketersedian P dalam tanah merupakan P tang ada di
dalam tanah larutan tanah sehingga ia dapat diserap oleh tanah. Fosfor merupakan salah satu unsur hara bagi
tanaman, karena dibutuhkan dalam jumlah yang banyak dan bersifat esensial. Sangat penting dan tidak dapat
digantikan. Fosfor menjadi masalah
karena ketersediaannya yang rendah (Indranada, 1994).
Fosfor terjadi diddalam tanah
berubah menurut waktu, beberapa mineral fosfor diubah menjadi fosfor
oragnik. Konsentrasi yang sangat rendah
dalam larutan tanah pada setiap waktu tertentu berarti bahwa pencucian
memindahkan sedikit fosfor dari tanah (Tan.
H. Kim, 1998).
Penetapan P mempunyai dua tahap
yaitu persiapan larutan ekstrasi P dan penguji kandungan P dalam larutan. Pemilih metode ini tergantung pada
konsentrasi P dalam larutan dan khususnya asam digunakan dala pengujian
analitik (Kuswandi, 1993).
Spektrofotometer
sesuai dengan namanya adalah alat yang terdiri dari spketrometer dan fotometer.
Spektrofometer menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang
tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang
ditransmisikan atau yang diabsorpsi. Jadi spektrofotometer digunakan untuk
mengukur energi secara relatif jika energi tersebut ditransmisikan,
direfleksikan atau diemisikan sebagai fungsi dari panjang gelombang. Kelebihan
spektrofotometer dibandingkan dengan fotometer adalah panjang gelombang dari
sinar putih dapat lebih terseleksi dan ini diperoleh dengan alat pengurai
seperti prisma, grating ataupun celah optis. Suatu spektrofotometer tersusun
dari sumber spektrum tampak yang kontinu, monokromator, sel pengabsorpsi untuk larutan
sampel atau blangko dan suatu alat untuk mengukur perbedaan absorpsi antara
sampel dan blangko
(Khopar, 1990).
BAB II
METODOLOGI PRAKTIKUM
A.
Waktu dan
Tempat
Praktikum ini
dilaksanakan pada hari Rabu, 8 November 2017. Bertempat dilaboratorium Ilmu Tanah Fakultas Pertanian, Universitas
Halu Oleo.
B.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu neraca analitik, botol kocok, mesin kocok bolak-balik, alat sentrifus, tabung reaksi, dispenser 10 ml, pipet volume 0,5 ml, pipet volume 2 ml, pipet ukur 10 ml, spektrofotometer uv-vis, flamefotometer
Adapun bahan yang digunakan dalam
praktikum ini yaitu HCl
25 %, Pereaksi P pekat, Pereaksi
pewarna P, tandar induk 1.000 ppm PO4 (Titrisol), Standar induk 200 ppm PO4, Standar induk 1.000 ppm K (Titrisol), Standar 200 ppm K, Deret standar PO4 (0; 4; 8; 16; 24; 32 dan 40 ppm), Deret standar K (0; 2; 4; 8; 12; 16; dan 20 ppm)
C. Prosedur Kerja
Timbang 2,000 g contoh tanah ukuran <2 mm, dimasukkan ke dalam botol kocok dan ditambahkan 10 ml HCl 25% lalu kocok dengan mesin kocok selama 5 jam. Masukan ke dalam tabung reaksi dibiarkan semalam atau disentrifuse. Pipet 0,5 ml ekstrak jernih
contoh ke dalam tabung reaksi. Tambahkan 9,5 ml
air bebas ion (pengenceran 20x) dan dikocok. Pipet 2 ml ekstrak
contoh encer dan deret standar
masing-masing dimasukkan
ke dalam tabung reaksi,
kemudian
ditambahkan 10 ml larutan pereaksi pewarna P dan dikocok. Dibiarkan selama 30 menit, lalu ukur absorbansinya dengan spektrofotometer
pada panjang gelombang 693 nm. Untuk kalium, ekstrak
contoh
encer
dan deret standar K diukur
langsung dengan alat flamefotometer.
Perhitungan
Kadar P potensial
mg P2O5 (100 g)-1
= ppm kurva x (ml ekstrak/1.000 ml) x (100 g/g contoh) x fp x (142/90)
x fk
=
ppm kurva x 10/1.000
x 100/2 x 20 x 142/90 x fk
=
ppm kurva x 10 x 142/190 x fk
Kadar K potensial
mg K2O
(100g)-1
= ppm kurva x 10 x 94/78 x fk
Keterangan:
ppm kurva = kadar contoh yang didapat dari kurva hubungan
antara kadar deret standar
dengan pembacaannya setelah dikoreksi blanko.
fk = faktor koreksi kadar air =
100/(100 – % kadar air)
fp = faktor pengenceran (20)
142/190
= faktor konversi
bentuk PO4 menjadi P2O5
94/78
= faktor konversi
bentuk K menjadi K2O
DAFTAR PUSTAKA
Handayanto, E. 2007. Biologi Tanah
Landasan Pengelolaan Tanah Sehat. Pustaka Adipura. Jakarta.
Premono. 2002. Pengaruh BPF Terhadap
Serapan Kalium Unsur Mikro Tanaman Jagung
Pada Tanah Masam. Penerbit Angkasa Presindo. Bandung.
Bray R.H., and
L.T. Kurtz. 1945. Determination of total, organic and available forms of
phosphorus in soils. Soil Sci. 59:39-45.
Frank, K.D.
Beegle, and J. Denning. 1998. Phosphorus. p. 21-30. In J. R. Brown (ed.) Recommended Chemical Soil Test Procedures for the
North Central Region. North Central Reg. Res. Publ. No. 221 (revised).
Indranada.
1994. Pengelolaan kesuburan
tanah. Bumi Aksara. Jakarta.
Kuswandi.
1993. Pengapuran tanah
pertanian.kenisius. Yogyakarta.
Tan, H. K. 1998.
Dasar-dasar ilmu kimia tanah.
Univesitas gajah mada.
Yogyakarta.
S. M. Khopkar, 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta:
UI-Press, h. 225