LAPORAN
PRAKTIKUM
ANALISIS
TANAH, AIR DAN JARINGAN TANAMAN
“Kadar Air Tanah”
Oleh:
SATRIA EKA
WIJAYA
D1B114071
MINAT
ILMU TANAH
JURUSAN
AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
HALU OLEO
2017
BAB
1
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Sifat
fisik dan kimia tanah pada suatu tempat itu berbeda-beda. Perbedaan tersebut
disebabkan oleh faktor-faktor pembentuk tanah seperti iklim, bahan induk,
organisme, topografi (relief) dan waktu. Oleh karena itu, apabila akan
mempelajari keadaan tanah di suatu tempat perlu dilakukan pengambilan contoh
tanah untuk dianalisis yang betul-betul dapat mewakili sampel tanah pada daerah
tersebut.
Sifat
fisik tanah sangat perlu diketahui karena mempengaruhi pertumbuhan dan produksi
tanaman; menentukan penetrasi akar di dalam tanah, retensi air, drainase,
aerasi dan nutrisi tanaman serta mempengaruhi sifat kimia dan biologi tanah.
Demikian
pula halnya dengan sifat kimia tanah, karena tanah mirip suatu laboratorium
yang hidup, tiap hari proses kimia terjadi, mineral dan batuan mengalami
pelapukan fisik, kimia dan biologis dan senyawa baru dibebaskan sebagai hasil
pelapukan. Dilapisan tanah atas jasad hidup tanah berkembang biak dan
menguraikan bahan organik, menghasilkan senyawa baru yang dilepaskan kedalam
tanah dan diserap oleh tanaman bagi keperluan faal atau fisiologisnya.
Bedasarkan
uraian diatas maka perlu adanya sebuah makalah yang membahas cara pengambilan
sampel tanah hingga analisis laboratorium bobot isi tanah (Bulk density),
total porositas tanah, penentuan nilai pF, permeabilitas, dan kadar air tanah.
B.
Tujuan
Tujuan dari pembuatan
makalah ini yaitu :
1. Menjelaskan
prosedur kerja, alat dan bahan pengambilan sampel tanah
2. Menjelaskan
proses analisis kadar air tanah dengan menggunakan kurva pF
3.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
Kadar air tanah dinyatakan dalam persen
volume yaitu persentase volume air terhadap volume tanah. Jumlah air yang
bergerak melalui tanah berkaitan dengan ukuran pori-pori pada tanah. Air
tambahan berikutnya akan bergerak ke bawah melalui proses penggerakan air
jenuh. Penggerakan air tidak hanya terjadi secara vertikal tetapi juga
horizontal. Gaya gravitasi tidak berpengaruh terhadap penggerakan horizontal
(Hakim, dkk, 1986).
Kandungan
air tanah dapat ditentukan dengan beberapa cara. Sering dipakai istilah-istilah
nisbih, seperti basah dan kering. Kedua-duanya adalah kisaran yang tidak pasti
tentang kadar air sehingga istilah jenuh dan tidak jenuh dapat diartikan yang
penuh terisi dan yang menunjukkan setiap kandungan air dimana pori-pori belum
terisi penuh. Jadi yang dimaksud dengan kadar air tanah adalah jumlah air yang
bila dipanaskan dengan oven yang bersuhu 105oC hingga diperoleh
berat tanah kering yang tetap.
Berdasarkan gaya yang bekerja pada air tanah yaitu gaya
adhesi, kohesi dan gravitasi maka air tanah dibedakan menjadi :
1.
Air
Higroskopis
Air higroskopis adalah air yang diadsorbsi oleh tanah dengan
sangat kuat, sehingga tidak tersedia bagi tanaman. Jumlahnya sangat sedikit dan
merupakan selaput tipis yang menyelimuti agregat tanah. Air ini terikat kuat
pada matriks tanah ditahan pada tegangan antara 31-10.000 atm (pF 4,0 – 4,7).
2.
Air
Kapiler
Air kapiler merupakan air tanah yang ditahan akibat adanya
gaya kohesi dan adhesi yang lebih kuat dibandingkan gaya gravitasi. Air ini
bergerak ke samping atau ke atas karena gaya kapiler. Air kapiler ini menempati
pori mikro dan dinding pori makro, ditahan pada tegangan antara 1/3 – 15 atm
(pF 2,52 – 4,20). Air kapiler dibedakan menjadi:
a.
Kapasitas
lapang, yaitu air yang dapat ditahan oleh tanah setelah air gravitasi turun
semua. Kondisi kapasitas lapang terjadi jika tanah dijenuhi air atau setelah
hujan lebat tanah dibiarkan selama 48 jam, sehingga air gravitasi sudah turun
semua. Pada kondisi kapsitas lapang, tanah mengandung air yang optimum bagi
tanaman karena pori makro berisi udara sedangkan pori mikro seluruhnya berisi
air. Kandungan air pada kapasitas lapang ditahan dengan tegangan 1/3 atm atau
pada pF 2,54.
b.
Titik
layu permanen, yaitu kandungan air tanah paling sedikit dan menyebabkan tanaman
tidak mampu menyerap air sehingga tanaman mulai layu dan jika hal ini dibiarkan
maka tanaman akan mati. Pada titik layu permanen, air ditahan pada tegangan 15
atm atau pada pF 4,2. Titik layu permanen disebut juga sebagai koefisien layu
tanaman.
3.
Air
Gravitasi
Air gravitasi merupakan air yang tidak dapat ditahan oleh
tanah karena mudah meresap ke bawah akibat adanya gaya gravitasi. Air gravitasi
mudah hilang dari tanah dengan membawa unsur hara seperti N, K, Ca sehingga
tanah menjadi masam dan miskin unsur hara (Hardjowigeno, 1993).
Menurut
Hanafiah, 2007 bahwa koefisien air tanah yang merupakan koefisien yang
menunjukkan potensi ketersediaan air tanah untuk mensuplai kebutuhan tanaman,
terdiri dari:
1.
Jenuh atau retensi maksimum, yaitu
kondisi dimana seluruh ruang pori tanah terisi oleh air.
2.
Kapasitas lapang adalah kondisi dimana
tebal lapisan air dalam pori-pori tanah mulai menipis sehingga tegangan antar
air-udara meningkat hingga lebih besar dari gaya gravitasi.
3.
Koefisien layu (titik layu permanen)
adalah kondisi air tanah yang ketersediaannya sudah lebih rendah ketimbang
kebutuhan tanaman untuk aktivitas dan mempertahankan turgornya.
4.
Koefisien higroskopis adalah kondisi
dimana air tanah terikat sangat kuat oleh gaya matrik tanah.
Kadar air dalam tanah dapat dinyatakan dalam
persen volume yaitu persen volume air terhadap volume tanah. Cara ini mempunyai
keuntungan karena dapat memberikan gambaran tentang ketersediaan air pada
pertumbuhan pada volume tanah tertentu. Cara penetapan kadar air tanah dapat
digolongkan dengan beberapa cara penetapan kadar air tanah dengan gravimetrik,
tegangan atau hisapan, hambatan listrik dan pembauran neutron. Daya
pengikat butir-butir tanah
inseptisol terhadap air adalah besar dan dapat menandingi kekuatan tanaman yang
tingkat tinggi dengan baik begitupun pada tanah Alfisol dan Vertisol, karena itu tidak semua air tanah dapat diamati dan
ditanami oleh tumbuhan (Hardjowigeno, S., 1993).
Pemadatan tanah adalah
penyusunan partikel-partikel padatan di dalam tanah karena ada gaya tekan pada
permukaan tanah sehingga ruang pori tanah menjadi sempit (Pamungkas, 2004).
Damanik (2007) menuturkan bahwa pemadatan tanah adalah penyusutan
partikel-partikel padatan di dalam tanah karena gaya tekan pada permukaan tanah
sehingga ruang pori tanah menjadi sempit. Pemadatan tanah merupakan hal yang
tidak diinginkan dalam pertanian karena dapat mengurangi aerasi tanah,
mengurangi ketersediaan air bagi tanaman dan menghambat pertumbuhan akar dan
perkecambahan tanaman.
Tanah yang padat akan
mengurangi kapasitas memegang air, mengurangi kandungan udara, memberikan
hambatan fisik yang besar pada penerobosan akar sehingga mengendalikan
kapasitas kemampuannya memanen air, udara, dan hara (Wilson, 2006). Hardjowigeno
(2002) menyatakan bahwa bobot isi menunjukan perbandingan antara berat tanah
kering dengan volume tanah termasuk volume pori-pori tanah.
Kondisi Air
Tanah
Kandungan di
dalam tanah dapat ditentukan dengan beberapa cara. Sering dipakai
istilah–istilah nisbi, seperti basah dan kering. Kedua – duanya adalah kisaran
yang tidak pasti tentang kandungan air dan karena itu dapat ditafsirkan
barmacam – macam. Begitu pula dengan adanya istilah jenuh dan tidak jenuh.
Jenuh menunjukkan pori–pori penuh berisi air dan tidak jenuh menunjukkan setiap
kandungan air kurang dari jenuh
(Hardjowigeno, 1993).
Segera setelah
pembasahan, tanah yang dalam dan dreinase baik akan memiliki lebuh banyak air
pada lapisan permukaan daripada di lapisan bawah permukaan. Dengan demikian
gradian potensial tetap ada dan menyebabkan aliran ke bawah terus berlangsung
meskipun setelah infiltrasi permukaan berhenti. Aliran ini memindahkan air dari
horison atas yang lebih basah ke lapisan–lapisan di bawah yang lebih kering.
Hal ini tidak hanya menyebabkan distribusi air yang lebih seragam dalam profil,
tetapi juga memperkecil kandungan air rata–rata yang menyebabkan hantaran
hidrolik dan drainase bertambah kecil. Sesudah dua sampai tiga hari, laju
drainase menjadi sangat lambat dan kandungan air hampir konstan. Kandungan air
pada saat ini dinamakan kapasitas lapang, dan dapat didefenisikan sebagai
jumlah air yang dapat ditahan tanah setelah pembasahan dan drainase penuh.
Kapasitas lapang diperlakukan sebagai konstanta air tanah, artinya setiap kali
tanah dibasahi dan didrainase, tanah akan menahan kembali jumlah air (Hardjowigeno, 1993).
2.3 Faktor -
Faktor Yang Mempengaruhi Kadar Air
Faktor-faktor
yang mempengaruhi kadar air tanah adalah tekstur tanah, iklim, topografi,
adanya gaya kohesi, adhesi, dan gravitasi. Tanah-tanah yang bertekstur pasir,
karena butiran butirannya berukuran lebih besar, maka setiap satuan berat
(gram) mempunyai luas permukaan yang lebih kecil sehingga sulit menyerap air dan
unsur hara. Tanah-tanah yang bertekstur liat, karena lebih halus maka setiap
satuan berat mempunyai luas permukaan yang
lebih besar sehingga kemampuan menahan air dan menyediakan unsur hara lebih
tinggi. Tanah bertekstur halus lebih aktif dalam reaksi
kimiadibanding tanah bertekstur kasar (Soetedjo dan Kartasapoetra, 2002).
Faktor tumbuhan
dan iklim mempunyai pengaruh yang berarti pada jumlah air yang dapat diabsorpsi
dengan efisien tumbuhan dalam tanah. Kelakukan akan ketahanan pada kekeringan,
keadaan dan tingkat pertumbuhan adalah faktor tumbuhan yang berarti. Temperatur
dan perubahan udara merupakan perubahan iklim dan berpengaruh pada efisiensi
penggunaan air tanah dan penentuan air yang dapat hilang melalui saluran
evaporasi permukaan tanah. Diantara sifat khas tanah yang berpengaruh pada air
tanah yang tersedia adalah hubungan tegangan dan kelembaban, kadar garam,
kedalaman tanah, strata dan lapisan tanah. Daya pengikat butir-butir tanah
Inceptisol terhadap air adalah besar dan dapat menandingi kekuatan tanaman yang
tingkat tinggi dengan baik begitupun pada tanah Inceptisol karena itu tidak
semua air tanah dapat diamati dan ditanami oleh tumbuh-tumbuhan (Buckman and
Brady, 1982).
Banyaknya
kandungan air tanah berhubungan erat dengan besarnya tegangan air (moisture
tension) dalam tanah tersebut. Kemampuan tanah dapat menahan air antara lain
dipengaruhi oleh tekstur tanah. Tanah-tanah yang bertekstur kasar mempunyai
daya menahan air yang lebih kecil dari pada tanah yang bertekstur halus. Pasir
umumnya lebih mudah kering dari pada tanah-tanah bertekstur berlempung atau
liat. (Hardjowigeno, 1993).
DAFTAR
PUSTAKA
Buckman,
H. O., and Brady. 1982. Ilmu Tanah.
Bharata Karya Aksara : Jakarta.
Cipta. Jakarta.
Damanik, P. 2007. Perubahan kepadatan tanah dan
produksi tanaman kacang tanah akibat intensitas lintasan traktor dan dosis
bokasi. Skripsi. Departemen Teknik Pertanian. Fakultas Teknologi Pertanian.
Institut Pertanian Bogor
Hakim. N., dkk. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah.
Penerbit Universitas Lampung : Lampung.
Hanafiah,
Kumparg & Sutherland, R.A. 2007. “Spatial variability of 137Cs and
influence of sampling on estimates of sediment redistribution”, Catena, 21, Page:57 – 71.
Hardjowigeno, S.
1993. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Jakarta: Aka Press.
Hardjowigeno,
S. 2002. Ilmu Tanah. Jakarta: Akademika Presindo.
Hardjowigeno. S., 1993. Ilmu Tanah. Penerbit Akademika Pressindo Jakarta.
Pamungkas,
M.Y. 2004. Pengaruh tingkat kepadatan tanah terhadap pertubuhan tanaman dan
karakteristik umbi lobak. Skripsi. Departemen Teknik Pertanian. Fakultas
Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
Sutedjo dan Kartasapoetra AG.
2002. Pengantar Ilmu Tanah. Penerbit Rineka
Wilson,
E. 2006. Kepadatan tanah akibat penyaradan oleh forwarder dan pengaruhnya
terhadap pertumbuhan semai. Skripsi. Departemen Hasil Hutan. Fakultas
Kehutanan. Institut Pertanian Bogor