Minggu, 01 April 2018

Laporan Praktikum Kalibrasi Penggunaan Pestisida



LAPORAN PRAKTIKUM
PESTISIDA DAN TEKNIK APLIKASINYA
“Kalibrasi Penggunaan Pestisida”


 








Oleh  :

Nama              : Satria Eka WIjaya
Stambuk         : D1B1 14 071
Kelas               :C


PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
2017






BAB 1. PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang
Penggunaan pestisida dalam rangka usaha mengendalikan jasad pengganggu secara kimiawi, terdapat faktor yang sangat menntukan efektifitasnya. Salah satu penyebab efektifitas adalah alat yang digunakan dalam aplikasinya. Pengetahuan mengenai alat semprot sangatlah penting bagi seoarang yang akan melakukan pengendalian terhadapat gangguan OPT. pemakaian alat yang tepat serta dosis yang sesuai anjuran juga menentukan efektifitas dalam hal pengendalian jasad penggangggu.
Pestisida pada umumnya bersifat racun yang dapat membunuh organisme non sasaran yang berguna bagi pengendalian hama dan penyakit secara alami. Tidak hanya hama dan penyakit non sasaran yang dapat berdampak negatif tetapi juga nyawa pengguna juga bisa terancam bila penggunaannya tidak sesuai prosedur. Oleh karena itu, perlu mengetahui sifat larutan dari pestisida itu sendiri sebelum menggunakannya. Penggunaan pestisida harus mengikuti aturan yang tertera dalam label pestisida jika tidak mengikuti peraturan yang ada maka dapat menyebabkan gangguan kesehatan bagi manusia dan berdampak negatif bagi lingkungan, serta juga dapat merusak ekosistem.
Berbagai jenis dan tipe alat pengendalian yang digunakan saat ini sebagian besar adalah alat pengendalian untuk mengaplikasikan pestisida, dan beberapa alat yang digunakan untuk pengendalian secara fisik atau mekanik. Alat pengendalian untuk aplikasi pestisida bertujuan untuk menghasilkan butiran-butiran cairan atau percikan-percikan (droplet) yang berasal dari cairan yang ditempatkan di dalam salah satu bagian dari alat tersebut. Cairan yang disemprotkan dapat berupa larutan, emulsi, atau suspensi.  Alat aplikasi pestisida yang efisien dapat menjamin penyebaran bahan yang rata pada sasaran tanpa pemborosan. Selain itu pekerjaan dapat dilakukan dengan cepat dan dengan jumlah tenaga kerja minimal. Fungsi utama semua jenis alat pengendalian adalah untuk membantu mengendalikan suatu organisme pengganggu tanaman sasaran sehingga diperoleh hasil yang efektif dan efisien.
Alat semprot yang memerlukan tenaga manusia tergolong dalam alat semprot manual, sedang alat semprot mesin disebut alat semprot bermotor. Untuk dapat memilih jenis alat yang efisien, serta menggunakannya dengan baik, maka setiap pemakai alat aplikasi pestisida perlu mengetahui macam serta fungsi semua komponen yang terdapat pada berbagai macam tipe alat tersebut. Ada beberapa cara untuk mengaplikasi pestisida yakni: penyemprotan, penghembusan, penyuntikan, pengabutan, fumigasi, perlakuan benih, penyebaran butiran, dan juga pemasangan umpan. Macam aplikasi ini sangat tergantung dari jenis pestisida yang digunakan demikian juga bentuk formulasinya serta macam sasaran yang akan dikendalikan.

1.2    Tujuan
Tujuan dilaksanakan praktikum acara peralatan aplikasi dan teknik kalibrasi adalah :
1.      Untuk mengetahui dan mengenal peralatan aplikasi pestisida.
2.      Untuk mengetahui teknik kalibrasi sebelum melakukan aplikasi pestisida di lapang.



BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

Menurut Sudarmo (1991), pestisida adalah bahan kimia yang digunakan untuk mengendalikan perkembangan atau pertumbuhan dari hama, penyakit dan gulma. Tanpa menggunakan pestisida akan terjadi penurunan hasil pertanian yang signifikan. Pestisida secara umum digolongkan beberapa jenis menurut organisme yang akan dikendalikan populasinya yaitu Insektisida, herbisida, fungsida dan nematisida digunakan untuk mengendalikan hama, gulma, jamur tanaman yang patogen dan nematoda.
Semua alat yang digunakan untuk mengaplikasikan pestisida dengan cara penyemproan disebut alat semprot atau sprayer. Apapun bentuk dan mekanisme kerjanya, sprayer berfungsi untuk mengubah atau memecah larutan semprot yang dilakukan oleh nozzle, menjadi bagian-bagian atau butiran-butiran yang sangat halus (droplet). Pada alat pengkabut (miss blower) dimasukkan kedalam pengertian sprayer. Fogging machine dan cold aerosol generator sebenarnya juga dapat dianggap sebagai sprayer. Banyak jenis alat penyemprot yang bisa digunakan, yaitu penyemprot gendong, pengabut bermotor tipe gendong (Power Mist Blower and Dust), mesin penyemprot tekanan tinggi (High Pressure Power Sprayer), dan jenis penyemprot lainnya. Penggunaan alat penyemprot ini disesuaikan dengan kebutuhan terutama yang berkaitan dengan luas areal pertanaman sehingga pemakaian pestisida menjadi efektif dan efisien (Sukma, Y. dan Yakup, 1991).
Alat yang digunakan dalam aplikasi pestisida tergantung formulasi yang digunakan. Pestisida yang berbentuk butiran untuk menyebarkannya tidak membutuhkan alat khusus, cukup dengan ember atau alat lainnya yang bisa dugunakan untuk menampung pestisida tersebut dan sarungtangan agar tangan tidak berhubungan langsung dengan pestisida. Pestisida berwujud cairan (EC) atau bentuk tepung yang dilarutkan (WP atau SP) memerlukan alat penyemprot untuk menyebarkannya. Sedangkan pestisida yang berbentuk tepung hembus bisa digunakan alat penghembus. Pestisida berbentuk fumigant dapat diaplikasikan dengan alat penyuntik, misalnya alat penyuntik tanah untuk nematisida atau penyuntik pohon kelapa untuk jenis insektisida yang digunakan memberantas penggerek batang (Djojosumarto, 2000). Pada dasarnya semua alat yang digunakan untuk mengaplikasikan pestisida dengan cara penyemprotan disebut alat semprot atau sprayer. Apapun bentuk dan mekanisme kerjanya, sprayer berfungsi untuk mengubah atau memecah larutan semprot, yang dilakukan nozzle, menjadi bagian-bagian atau butiran-butiran yang sangat halus.
Berdasarkan ketahanannya di lingkungan, maka pestisida dapat dikelompokkan atas dua golongan yaitu yang resisten dimana meninggalkan pengaruh terhadap lingkungan dan yang kurang resisten. Menurut Raini (2007) pestisida yang termasuk organoklorin termasuk pestisida yang resisten pada lingkungan dan meninggalkan residu yang terlalu lama dan dapat terakumulasi dalam jaringan melalui rantai makanan, contohnya DDT, Cyclodienes, Hexachlorocyclohexane (HCH), endrin. Pestisida kelompok organofosfat adalah pestisida yang mempunyai pengaruh yang efektif sesaat saja dan cepat terdegradasi di tanah, contohnya Disulfoton, Parathion, Diazinon, Azodrin, Gophacide, dan lain- lain (Manuaba, 2008).
Penyemprot gendong, baik yang otomatis atau semiotomatis dilengkapi dengan sabuk penggendong. Sabuk ini berfungsi untuk menaruh alat pada punggung penyemprot. Bagi penyemprot gendong otomatis, sebelum penyemprotan dimulai maka diperlukan pemompaan terlebih dulu. Pemompaan dilakukan berulang kali sampai tekanan di dalam tangki dianggap cukup dengan melihat manometer yang ada pada alat tersebut. Tekanan yang terlalu tinggi dikhawatirkan bisa meledak. Dan sebaliknya, apabila tekanan rendah maka air semprotan keluarnya tidak sempurna. Lain lagi cara penggunaan penyemprotan gendong semiotomatis, jenis penyemprot ini diperlukan pemompaan yang kontinyu.
Pengabut bermotor tipe gendong (Power Mist Blower and Dust) adalah alat untuk mengabutkan atau menghembuskan cairan dari dalam tangki. Untuk melakukan pekerjaan tersebut masih diperlukan bantuan motor penggerak. Pada dasarnya system kerjanya sama, yaitu memanfaatkan tekanan, hanya saja tekanan yang diberikan pada alat ini berasal dari motor penggerak. Mesin penyemprot tekanan tinggi (High Pressure Power Sprayer) adalah alat yang akan mengeluarkan cairan semprot bila tekanan di dalam tangki cukup tinggi. Bagian-bagian dari penyemprot tekanan tinggi adalah unit ruang tekan dan isap, unit pompa, selang, laras dan nozzle. Alat ini digolongkan menjadi tiga tipe, yaitu tipe penyemprot yang menggunakan kerangka besi, tipe penyemprot yang diletakkan di atas gerobak, dan tipe yang diletakkan di atas traktor (Djojosumarto, 2004).




BAB 3. METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat
Pelaksanaan praktikum acara Pengenalan Alat-alat Aplikasi Pestisida dan Kalibrasi dilakukan pada tanggal  25 Mei 2017. Praktikum dimulai pada pukul 10.00 WITA sampai dengan selesai, di Desa Alebo, Kelurahan Konda, Kabupaten Konawe Selatn.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
1.      Alat tulis
2.   Kamera
3.   Kalkulator
3.2.2 Bahan
1.      Air
2.      Kertas A4
3.3 Cara Kerja
3.3.1 Peralatan Aplikasi
1.      Mengamati peralatan aplikasi yang terdapat di laboratorium
2.      Menggambar peralatan dan bagian-bagiannya.
3.      Memberi keterangan dan cara kerja alat tersebut
3.3.2 Kalibrasi Peralatan
a.      Penentuan kecepatan curah semprot
1.      Memasukkan air ke dalam alat semprot dan melakukan pemompaan secukupnya kemudian melakukan penyemprotan ke dalam ember plastik selama 1 menit.
2.      Mengukur jumlah larutan yang keluar selama 1 menit dengan menggunakan gelas ukur.
3.      Mengulang prosedur di atas sebanyak 3 kali ulangan, selanjutnya menghitung kecepatan curah per-menit (A)
b.      Penentuan lebar gawang penyemprotan
1.      Melakukan penyemprotan pada ketinggian nozel 60 cm dari muka tanah ke permukaan tanah yang kering.
2.      Mengukur lebar penyemprotan yang dihasilkan oleh nozel yang digunakan dengan mengukur jarak tepi ke tepi (B meter)
c.       Penentuan kecepatan jalan
1.      Meletakkan alat semprot di punggung dan melakukan penyemprotan sambil berjalan secara teratr sejauh 10 meter.
2.      Menghitung waktu yang diperlukan untuk menempuk jarak 10 mter dengan menggunakan stopwatch.
3.      Melakukan hal yang sama sebanyak 3 kali, kemudian menghitung rata-rata waktu yang diutuhkan untuk menempuh jarak tersebut.
4.      Menghitung kecepatan jalan (C meter/menit)
d.      Penentuan jumlah volume larutan (liter) yang diperlukan untuk menyemprot seluas 1 hektar (D)
D =                                   
Ket:D = Jumlah Volume (liter/ha)
 A = Kecepatan curah (liter/menit)
B = Lebar gawang semprot (meter)
C = Kecepatan jalan (meter/menit)


BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1  Hasil
Hasil dari praktikum ini adalah :
No.
Parameter

Jumlah
1.
Disemprotkan 30 detik 1
300 ml
2.
Disemprotkan 30 detik 2
523 ml
3.
Disemprotkan 30 detik 3
647 ml
4.
Disemprotkan 30 detik 4
680 ml
5.
Disemprotkan 30 detik 5
730 ml

Jumlah
2880 ml

Rerata
576 ml

Waktu yang diperlukan di hitung dengan rumus :
T detik  = 250 ml x 30 detik
Volume rata-rata kalibrasi (ml) 
 = 250 ml x 30 detik
     576 ml
 = 39 detik
4.2    Pembahasan
Kalibrasi merupakan hal yang harus dilakukan ketika seorang akan melakukan pengendalian terhadap OPT menggunakan alat semprot. Karena pada setiap alat semprot memililki perbedaan volume yang keluar. Selain itu factor manusia juga dapat menyebaakan perubahan tersebut. Alat semprot yang menyebabkan perubahan adalah dari nozel, yang kemudian akan menyebabkan volume curah yang keluar, dan nozel menyebabkan perbedaan lebar gawang. Faktor dari manusia (penyemprot) yang menyebabkan perubahan adalah kecepatan jalan, karena setiap orang memiliki kemampuan yang berbeda-beda, kemudian lebar gawang dan tekanan. Oleh karena itu kalibrasi diperlukan karena pertimbangan hal tersebut, dengan kalibrasi maka akan didapatkan volume air per hektar.
Pada pratikum ini dilakukan kalibrasi dengan menggunakan alat semprot punggung semi otomatis tuas atas. Pada awalnya dilakukan perhitungan kecepatan jalan dengan 3 ulangan dengan jarak 10 meter. Tahap kedua adalah melakukan penghitungan kecepatan jalan sejauh 10 meter. Keceptan dihitung dari jarak yang ditempuh dibagi dengan banyaknya waktu yang dihabiskan. Tahap terakhir adalah penghitungan lebar gawang. Lebar gawang dihitung dalam satuan meter, yaitu mengukur lebar tanah yang terkena semprot menggunakan meteran. Dari hasil pengukuran meteran didapatkan hasil bahwa lebar gawang 1,58 m.
Jadi hasil kalibrasi alat semprot punggung semi otomatis adalah 334,28 L/ha. Dengan kebutuhan air tersebut maka akan dibutuhkan dosis pestisida yang akan diaplikasikan dilahan dapat dihitung jumlahnya agar dapat efisiensi penggunaan pestisida.
Alat-alat semprot pestisida memiliki berbagai macam bentuk. Berikut beberapa macm alat semprot pestisida yang umum dilakukan oleh petani beserta cara penggunaannya dan perawatannya:




BAB 5. PENUTUP

5.1    Kesimpulan
Berdasarkan  pratikum yang telah dilakukan dengan acara Alat-alat Aplikasi Pestisida dan Kalibrasi dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1.        Tujuan utama dari kalibrasi adalah mencari volume air/ ha.
2.        Penyebab dilakukannya kalibrasi adalah adanya perubahan yang disebabkan dari nozel yang selanjutnya akan menyebabakan perubahan curah dan lebar gawang.
3.        Manusia juga merupakan salah satu faktor  penyebab perubahan yang disebabkan karena perbedaan kecepatan jalan dari masing-masing orang yang tidak sama, kemudian lebar gawang dan tekanan yang diberikan dari masing-masing orang juga tidak sama.
4.        Alat-alat semprot yang banyak digunakan oleh petani maupun orang lain memiliki berbagai macam seperti alat semprot tekanan udara otomatis, alat semprot tekanan udara semiotomatis, handsprayer (manual) dan fogging serta memiliki berbagai tujuan yang berbeda-beda setiap alat yang digunakan.
5.        Dengan menggunakan alat semprot semi otomatis didapat nilai penggunan air dalam pencampuran bahan pestisida sebesar 334,28 L/ha.

5.2    Saran
Sebaiknya sebelum melakukan aplikasi pestisida dilapangan dilakukan kalibrasi terlebih dahulu agar penggunaan dapat efektif dalam mengendalikan OPT sasaran. Selain itu kalibrasi juga akan menghemat biaya pengedalian karena jumlah pestida yang dikeluarkan sesuai dengan kebutuhan.


DAFTAR PUSTAKA

Djojosumarto, P. 2000. Teknik Aplikasi Pestisida Pertanian. Kanisius. Yogyakarta.

Djojosumarto, Panut. 2004. Teknik Aplikasi Pestisida Pertanian. Kanisius. Yogyakarta.

Kartika, Yuyun. 2012. Faktor Risiko yang Berkaitan dengan Kejadian Keracunan Pestisida pada Petani Penyemprot Tanaman Bawang Merah di Desa Sengon Kecamatan Tanjung Kabupaten Brebes. Unnes Journal of Public Health 2 (1): 72-79.

Manuaba, I. B. P. 2008. Cemaran Pestisida Fosfat-Organik di Air Danau Buyan Buleleng Bali. Jurnal Kimia, 2(1): 7-14.

Parlyna, Ryna. 2011. Konsumsi Pangan Organik: Meningkatkan Kesehatan Konsumen. Econosains, 9(2): 157-165.

Raini, Mariana. 2007. Toksikologi Pestisida dan Penanganan Akibat Keracunan Pestisida. Media Litbang Kesehatan, 17(3): 10-18.

Sudarmo, S. 1991. Pestisida. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Sukma, Y. dan Yakup, 1991, Gulma Dan Teknik Pengendaliannya, Rajawali Press, Jakarta.