LAPORAN PRAKTIKUM
PESTISIDA DAN TEKNIK
APLIKASINYA
“Kalibrasi Penggunaan
Pestisida”
Oleh :
Nama : Satria Eka WIjaya
Stambuk : D1B1 14 071
Kelas :C
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
2017
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Penggunaan pestisida dalam rangka usaha mengendalikan
jasad pengganggu secara kimiawi, terdapat faktor yang sangat menntukan
efektifitasnya. Salah satu penyebab efektifitas adalah alat yang digunakan dalam
aplikasinya. Pengetahuan mengenai alat semprot sangatlah penting bagi seoarang
yang akan melakukan pengendalian terhadapat gangguan OPT. pemakaian alat yang
tepat serta dosis yang sesuai anjuran juga menentukan efektifitas dalam hal
pengendalian jasad penggangggu.
Pestisida pada umumnya
bersifat racun yang dapat membunuh organisme non sasaran yang berguna bagi
pengendalian hama dan penyakit secara alami. Tidak hanya hama dan penyakit non
sasaran yang dapat berdampak negatif tetapi juga nyawa pengguna juga bisa
terancam bila penggunaannya tidak sesuai prosedur. Oleh karena itu, perlu mengetahui sifat larutan dari pestisida itu sendiri sebelum
menggunakannya. Penggunaan pestisida harus mengikuti aturan yang
tertera dalam label pestisida jika tidak mengikuti peraturan yang ada maka
dapat menyebabkan gangguan kesehatan bagi manusia dan berdampak negatif bagi
lingkungan, serta juga dapat merusak ekosistem.
Berbagai jenis dan tipe alat pengendalian yang
digunakan saat ini sebagian besar adalah alat pengendalian untuk
mengaplikasikan pestisida, dan beberapa alat yang digunakan untuk pengendalian
secara fisik atau mekanik. Alat pengendalian untuk aplikasi pestisida bertujuan
untuk menghasilkan butiran-butiran cairan atau percikan-percikan (droplet) yang
berasal dari cairan yang ditempatkan di dalam salah satu bagian dari alat
tersebut. Cairan yang disemprotkan dapat berupa larutan, emulsi, atau suspensi.
Alat aplikasi pestisida yang efisien
dapat menjamin penyebaran bahan yang rata pada sasaran tanpa pemborosan. Selain
itu pekerjaan dapat dilakukan dengan cepat dan dengan jumlah tenaga kerja
minimal. Fungsi utama semua jenis alat pengendalian adalah untuk membantu
mengendalikan suatu organisme pengganggu tanaman sasaran sehingga diperoleh
hasil yang efektif dan efisien.
Alat semprot yang memerlukan tenaga manusia tergolong
dalam alat semprot manual, sedang alat semprot mesin disebut alat semprot
bermotor. Untuk dapat memilih jenis alat yang efisien, serta menggunakannya
dengan baik, maka setiap pemakai alat aplikasi pestisida perlu mengetahui macam
serta fungsi semua komponen yang terdapat pada berbagai macam tipe alat
tersebut. Ada beberapa cara untuk
mengaplikasi pestisida yakni: penyemprotan, penghembusan, penyuntikan,
pengabutan, fumigasi, perlakuan benih, penyebaran butiran, dan juga pemasangan
umpan. Macam aplikasi ini sangat tergantung dari jenis pestisida yang digunakan
demikian juga bentuk formulasinya serta macam sasaran yang akan dikendalikan.
1.2 Tujuan
Tujuan dilaksanakan praktikum acara peralatan aplikasi dan teknik
kalibrasi adalah :
1.
Untuk
mengetahui dan mengenal peralatan aplikasi pestisida.
2.
Untuk
mengetahui teknik kalibrasi sebelum melakukan aplikasi pestisida di lapang.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
Menurut
Sudarmo (1991), pestisida adalah bahan kimia yang digunakan untuk
mengendalikan perkembangan atau pertumbuhan dari hama, penyakit dan gulma.
Tanpa menggunakan pestisida akan terjadi penurunan hasil pertanian yang
signifikan. Pestisida secara umum digolongkan beberapa jenis menurut organisme
yang akan dikendalikan populasinya yaitu Insektisida, herbisida, fungsida dan
nematisida digunakan untuk mengendalikan hama, gulma, jamur tanaman yang
patogen dan nematoda.
Semua alat
yang digunakan untuk mengaplikasikan pestisida dengan cara penyemproan disebut
alat semprot atau sprayer. Apapun bentuk dan mekanisme kerjanya, sprayer
berfungsi untuk mengubah atau memecah larutan semprot yang dilakukan oleh nozzle,
menjadi bagian-bagian atau butiran-butiran yang sangat halus (droplet).
Pada alat pengkabut (miss blower) dimasukkan kedalam pengertian sprayer.
Fogging machine dan cold aerosol generator sebenarnya juga dapat
dianggap sebagai sprayer. Banyak jenis alat penyemprot yang bisa digunakan,
yaitu penyemprot gendong, pengabut bermotor tipe gendong (Power Mist Blower
and Dust), mesin penyemprot tekanan tinggi (High Pressure Power Sprayer),
dan jenis penyemprot lainnya. Penggunaan alat penyemprot ini disesuaikan dengan
kebutuhan terutama yang berkaitan dengan luas areal pertanaman sehingga
pemakaian pestisida menjadi efektif dan efisien (Sukma, Y.
dan Yakup, 1991).
Alat yang
digunakan dalam aplikasi pestisida tergantung formulasi yang digunakan.
Pestisida yang berbentuk butiran untuk menyebarkannya tidak membutuhkan alat
khusus, cukup dengan ember atau alat lainnya yang bisa dugunakan untuk
menampung pestisida tersebut dan sarungtangan agar tangan tidak berhubungan
langsung dengan pestisida. Pestisida berwujud cairan (EC) atau bentuk tepung
yang dilarutkan (WP atau SP) memerlukan alat penyemprot untuk menyebarkannya.
Sedangkan pestisida yang berbentuk tepung hembus bisa digunakan alat
penghembus. Pestisida berbentuk fumigant dapat diaplikasikan dengan alat
penyuntik, misalnya alat penyuntik tanah untuk nematisida atau penyuntik pohon
kelapa untuk jenis insektisida yang digunakan memberantas penggerek batang (Djojosumarto, 2000). Pada dasarnya
semua alat yang digunakan untuk mengaplikasikan pestisida dengan cara
penyemprotan disebut alat semprot atau sprayer. Apapun bentuk dan mekanisme
kerjanya, sprayer berfungsi untuk mengubah atau memecah larutan semprot, yang
dilakukan nozzle, menjadi bagian-bagian atau butiran-butiran yang sangat
halus.
Berdasarkan ketahanannya di lingkungan, maka pestisida
dapat dikelompokkan atas dua golongan yaitu yang resisten dimana meninggalkan
pengaruh terhadap lingkungan dan yang kurang resisten. Menurut Raini (2007)
pestisida yang termasuk organoklorin termasuk pestisida yang resisten pada
lingkungan dan meninggalkan residu yang terlalu lama dan dapat terakumulasi
dalam jaringan melalui rantai makanan, contohnya DDT, Cyclodienes, Hexachlorocyclohexane
(HCH), endrin. Pestisida kelompok organofosfat adalah pestisida yang mempunyai
pengaruh yang efektif sesaat saja dan cepat terdegradasi di tanah, contohnya
Disulfoton, Parathion, Diazinon, Azodrin, Gophacide, dan lain- lain (Manuaba,
2008).
Penyemprot
gendong, baik yang otomatis atau semiotomatis dilengkapi dengan sabuk
penggendong. Sabuk ini berfungsi untuk menaruh alat pada punggung penyemprot.
Bagi penyemprot gendong otomatis, sebelum penyemprotan dimulai maka diperlukan
pemompaan terlebih dulu. Pemompaan dilakukan berulang kali sampai tekanan di
dalam tangki dianggap cukup dengan melihat manometer yang ada pada alat
tersebut. Tekanan yang terlalu tinggi dikhawatirkan bisa meledak. Dan
sebaliknya, apabila tekanan rendah maka air semprotan keluarnya tidak sempurna.
Lain lagi cara penggunaan penyemprotan gendong semiotomatis, jenis penyemprot
ini diperlukan pemompaan yang kontinyu.
Pengabut
bermotor tipe gendong (Power Mist Blower and Dust) adalah alat untuk
mengabutkan atau menghembuskan cairan dari dalam tangki. Untuk melakukan
pekerjaan tersebut masih diperlukan bantuan motor penggerak. Pada dasarnya
system kerjanya sama, yaitu memanfaatkan tekanan, hanya saja tekanan yang
diberikan pada alat ini berasal dari motor penggerak. Mesin penyemprot tekanan
tinggi (High Pressure Power Sprayer) adalah alat yang akan mengeluarkan
cairan semprot bila tekanan di dalam tangki cukup tinggi. Bagian-bagian dari
penyemprot tekanan tinggi adalah unit ruang tekan dan isap, unit pompa, selang,
laras dan nozzle. Alat ini digolongkan menjadi tiga tipe, yaitu tipe penyemprot
yang menggunakan kerangka besi, tipe penyemprot yang diletakkan di atas
gerobak, dan tipe yang diletakkan di atas traktor (Djojosumarto, 2004).
BAB 3. METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu
dan Tempat
Pelaksanaan praktikum acara Pengenalan Alat-alat
Aplikasi Pestisida dan Kalibrasi dilakukan pada tanggal 25 Mei 2017. Praktikum dimulai pada
pukul 10.00 WITA sampai dengan selesai, di Desa Alebo, Kelurahan Konda,
Kabupaten Konawe Selatn.
3.2 Alat dan
Bahan
3.2.1 Alat
1. Alat tulis
2.
Kamera
3.
Kalkulator
3.2.2 Bahan
1. Air
2. Kertas A4
3.3 Cara
Kerja
3.3.1
Peralatan Aplikasi
1. Mengamati
peralatan aplikasi yang terdapat di laboratorium
2. Menggambar
peralatan dan bagian-bagiannya.
3. Memberi
keterangan dan cara kerja alat tersebut
3.3.2
Kalibrasi Peralatan
a. Penentuan kecepatan curah semprot
1. Memasukkan
air ke dalam alat semprot dan melakukan pemompaan secukupnya kemudian melakukan
penyemprotan ke dalam ember plastik selama 1 menit.
2. Mengukur
jumlah larutan yang keluar selama 1 menit dengan menggunakan gelas ukur.
3. Mengulang
prosedur di atas sebanyak 3 kali ulangan, selanjutnya menghitung kecepatan
curah per-menit (A)
b. Penentuan lebar gawang penyemprotan
1. Melakukan
penyemprotan pada ketinggian nozel 60 cm dari muka tanah ke permukaan tanah
yang kering.
2. Mengukur lebar
penyemprotan yang dihasilkan oleh nozel yang digunakan dengan mengukur jarak
tepi ke tepi (B meter)
c. Penentuan kecepatan jalan
1. Meletakkan
alat semprot di punggung dan melakukan penyemprotan sambil berjalan secara
teratr sejauh 10 meter.
2. Menghitung
waktu yang diperlukan untuk menempuk jarak 10 mter
dengan menggunakan stopwatch.
3. Melakukan
hal yang sama sebanyak 3 kali, kemudian menghitung rata-rata waktu yang
diutuhkan untuk menempuh jarak tersebut.
4. Menghitung
kecepatan jalan (C meter/menit)
d. Penentuan jumlah volume larutan (liter) yang
diperlukan untuk menyemprot seluas 1 hektar (D)
D =
Ket:D = Jumlah
Volume (liter/ha)
A = Kecepatan curah (liter/menit)
B = Lebar gawang semprot (meter)
C = Kecepatan jalan (meter/menit)
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Hasil dari praktikum ini adalah :
No.
|
Parameter
|
Jumlah
|
1.
|
Disemprotkan 30 detik 1
|
300 ml
|
2.
|
Disemprotkan 30 detik 2
|
523 ml
|
3.
|
Disemprotkan 30 detik 3
|
647 ml
|
4.
|
Disemprotkan 30 detik 4
|
680 ml
|
5.
|
Disemprotkan 30 detik 5
|
730 ml
|
Jumlah
|
2880 ml
|
|
Rerata
|
576 ml
|
Waktu yang diperlukan di hitung
dengan rumus :
T detik = 250 ml x 30 detik
Volume rata-rata kalibrasi (ml)
= 250 ml x 30 detik
576 ml
= 39 detik
4.2 Pembahasan
Kalibrasi
merupakan hal yang harus dilakukan ketika seorang akan melakukan pengendalian
terhadap OPT menggunakan alat semprot. Karena pada setiap alat semprot
memililki perbedaan volume yang keluar. Selain itu factor manusia juga dapat
menyebaakan perubahan tersebut. Alat semprot yang menyebabkan perubahan adalah
dari nozel, yang kemudian akan menyebabkan volume curah yang keluar, dan nozel
menyebabkan perbedaan lebar gawang. Faktor dari manusia (penyemprot) yang
menyebabkan perubahan adalah kecepatan jalan, karena setiap orang memiliki
kemampuan yang berbeda-beda, kemudian lebar gawang dan tekanan. Oleh karena itu
kalibrasi diperlukan karena pertimbangan hal tersebut, dengan kalibrasi maka
akan didapatkan volume air per hektar.
Pada pratikum ini dilakukan kalibrasi dengan
menggunakan alat semprot punggung semi otomatis
tuas atas. Pada awalnya dilakukan perhitungan kecepatan jalan dengan 3 ulangan
dengan jarak 10 meter. Tahap kedua adalah melakukan penghitungan kecepatan jalan sejauh 10 meter.
Keceptan dihitung dari jarak yang ditempuh dibagi dengan banyaknya waktu yang
dihabiskan. Tahap terakhir adalah penghitungan lebar gawang. Lebar gawang
dihitung dalam satuan meter, yaitu mengukur lebar tanah yang terkena semprot
menggunakan meteran. Dari hasil pengukuran meteran didapatkan hasil bahwa lebar
gawang 1,58 m.
Jadi hasil
kalibrasi alat semprot punggung semi otomatis
adalah 334,28 L/ha.
Dengan kebutuhan air tersebut maka akan dibutuhkan dosis pestisida yang akan
diaplikasikan dilahan dapat dihitung jumlahnya agar dapat efisiensi penggunaan
pestisida.
Alat-alat
semprot pestisida memiliki berbagai macam bentuk. Berikut beberapa macm alat
semprot pestisida yang umum dilakukan oleh petani beserta cara penggunaannya
dan perawatannya:
BAB 5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pratikum yang
telah dilakukan dengan acara Alat-alat Aplikasi Pestisida dan Kalibrasi dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1.
Tujuan utama dari kalibrasi adalah mencari
volume air/ ha.
2.
Penyebab dilakukannya kalibrasi adalah adanya
perubahan yang disebabkan dari nozel yang selanjutnya akan menyebabakan
perubahan curah dan lebar gawang.
3.
Manusia juga merupakan salah satu faktor penyebab perubahan yang disebabkan karena
perbedaan kecepatan jalan dari masing-masing orang yang tidak sama, kemudian
lebar gawang dan tekanan yang diberikan dari masing-masing orang juga tidak
sama.
4.
Alat-alat
semprot yang banyak digunakan oleh petani maupun orang lain memiliki berbagai
macam seperti alat semprot tekanan udara otomatis, alat semprot tekanan udara
semiotomatis, handsprayer (manual) dan fogging serta memiliki berbagai tujuan
yang berbeda-beda setiap alat yang digunakan.
5.
Dengan
menggunakan alat semprot semi otomatis
didapat nilai penggunan air dalam pencampuran bahan pestisida sebesar 334,28 L/ha.
5.2 Saran
Sebaiknya sebelum melakukan aplikasi pestisida dilapangan dilakukan
kalibrasi terlebih dahulu agar penggunaan dapat efektif dalam mengendalikan OPT
sasaran. Selain itu kalibrasi juga akan menghemat biaya pengedalian karena
jumlah pestida yang dikeluarkan sesuai dengan kebutuhan.
DAFTAR PUSTAKA
Djojosumarto,
P. 2000. Teknik Aplikasi Pestisida
Pertanian. Kanisius.
Yogyakarta.
Djojosumarto, Panut. 2004. Teknik
Aplikasi Pestisida Pertanian. Kanisius. Yogyakarta.
Kartika,
Yuyun. 2012. Faktor Risiko yang Berkaitan dengan Kejadian Keracunan Pestisida
pada Petani Penyemprot Tanaman Bawang Merah di Desa Sengon Kecamatan Tanjung
Kabupaten Brebes. Unnes Journal of Public
Health 2 (1): 72-79.
Manuaba, I.
B. P. 2008. Cemaran Pestisida Fosfat-Organik di Air Danau Buyan Buleleng Bali. Jurnal Kimia, 2(1): 7-14.
Parlyna,
Ryna. 2011. Konsumsi Pangan Organik: Meningkatkan Kesehatan Konsumen. Econosains, 9(2): 157-165.
Raini,
Mariana. 2007. Toksikologi Pestisida dan Penanganan Akibat Keracunan Pestisida.
Media Litbang Kesehatan, 17(3):
10-18.
Sudarmo, S.
1991. Pestisida. Penerbit Kanisius.
Yogyakarta.
Sukma, Y.
dan Yakup, 1991, Gulma Dan Teknik
Pengendaliannya, Rajawali Press, Jakarta.