PESTISIDA DAN TEKNIK APLIKASI
OLEH:
SATRIA EKA WIJAYA
D1B1 14 071
AGT- C
PROGRAM
STUDI AGROTEKNOLOGI
JURUSAN
AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
HALU OLEO
2017
LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM
PESTISIDA DAN TEKNIK APLIKASI
“Pengenalan
Bentuk dan Formulasi Pestisida Serta
Kalibrasi Penggunaan Pestisida”
OLEH:
SATRIA EKA WIJAYA
D1B1 14 071
AGT- C
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Mengikuti
Ujian Praktikum
Mekanisasi Pertanian
PROGRAM
STUDI AGROTEKNOLOGI
JURUSAN
AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
HALU OLEO
2017
HALAMAN PENGASAHAN
Judul : Laporan Lengkap Pestisida dan Teknik Aplikasi
Nama : Satria Eka Wijaya
NIM : D1B1 14 071
Program
Studi : Agroteknologi
Jurusan : Agroteknologi
Kendari,
Juni 2017
Menyetujui,
Koordinator Asisten Mata Kuliah
Pestisida dan Teknik Aplikasi
Muhammad Botek, S.P, M.P
|
Hari/Tanggal/Pengesahan: Juni 2017
DAFTAR ISI
Halaman sampul................................................................................................ i
Halaman judul................................................................................................... ii
Halaman
pengesahan........................................................................................ iii
Daftar isi............................................................................................................ iv
Daftar tabel........................................................................................................ v
1.PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang............................................................................................. 1
B. Tujuan dan Manfaat..................................................................................... 3
II.
TINJAUAN
PUSTAKA
A. Pestisida....................................................................................................... 3
B. Formulasi...................................................................................................... 4
C. Kalibrasi....................................................................................................... 6
III.
METODE PRAKTIKUM
A. Waktu dan Tempat....................................................................................... 7
B. Alat dan Bahan............................................................................................ 7
C. Prosedur Kerja............................................................................................. 7
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil............................................................................................................. 10
B. Pembahasan.................................................................................................. 11
V.
PENUTUP
A. Kesimpulan.................................................................................................. 15
B. Saran............................................................................................................ 15
DAFTAR
PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Jenis-Jenis Pestisida dan Formulasi Pestisida.................................. 10
Tabel 2. Kalibrasi Penggunaan Pestisida........................................................ 10
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Pestisida adalah substansi kimia dan bahan lain serta jasad
renik dan virus yang digunakan untuk mengendalikan berbagai hama. Yang dimaksud
hama di sini adalah sangat luas, yaitu serangga, tungau, tumbuhan pengganggu,
penyakit tanaman yang disebabkan oleh fungi (jamur), bakteria dan virus,
kemudian nematoda (bentuknya seperti cacing dengan ukuran mikroskopis), siput,
tikus, burung dan hewan lain yang dianggap merugikan. Pestisida juga diartikan
sebagai substansi kimia dan bahan lain yang mengatur dan atau menstimulir
pertumbuhan tanaman atau bagian-bagian tanaman
Sesuai
konsep Pengendalian Hama Terpadu (PHT), penggunaan pestisida ditujukan bukan
untuk memberantas atau membunuh hama, namun lebih dititik beratkan untuk
mengendalikan hama sedemikian rupa hingga berada dibawah batas ambang ekonomi
atau ambang kendali. Selama ini, kita mengetahui bahwa pestisida sangat berguna
dalam membantu petani merawat pertaniannya. Pestisida dapat mencegah lahan
pertanian dari serangan hama. Hal ini berarti jika para petani menggunakan
pestisida, hasil pertaniannya akan meningkat dan akan membuat hidup para petani
menjadi semakin sejahtera. Dengan adanya pemahaman tersebut, pestisida sudah
digunakan di hampir setiap lahan pertanian. Namun sekarang ini banyak pemahaman
yang salah tentang penggunaan dosis dari pestisida ini. Para petani tidak
mengindahkan anjuran pemakaian yang telah diterapkan oleh pemerintah.
Penggunaan pestisida sintetik oleh sebagian besar petani Indonesia
cenderung pada satu jenis tertentu saja
dan takaran dosisnya berlebih, sehingga selain berdampak pencemaran lingkungan
juga berakibat terjadinya kekebalan dari hama atau penyakit tanaman yang ada.
Penyemprotan pestisida sintetik juga menyebabkan matinya musuh alami hama maupun
mikrobia antagonis sehingga akan mempermudah terjadinya ledakan hama ataupun
penyakit tertentu dan juga
dipercepat oleh pemusnahan musuh alami oleh insektisida yang
sebelumnya manahan spesies-spesies pada tingkat terkendali. Petani selama ini
tergantung pada penggunaan pestisida kimia untuk mengendalikan hama dan
penyakit tanaman. Selain yang harganya mahal, pestisida kimia juga banyak
memiliki dampak buruk bagi lingkungan dan kesehatan manusia. Dampak negatif
dari penggunaan pestisida kimia antara lain adalah: (1) hama menjadi kebal
(resisten); (2) peledakan hama baru (resurjensi); (3) penumpukan residu bahan
kimia di dalam hasil panen; (4)
terbunuhnya musuh alami; (5) pencemaran lingkungan oleh residu bahan kimia
Dari
Uraian diatas maka perlu adanya praktikum mengenai cara kalibrasi pestisida,
agar pengamplikasiannya tidak melebihi dari dosis yang telah ditentukan
B.
Tujuan
dan Kegunaan
Tujuan
dari praktikum ini adalah untuk mengetahui bentuk fisik pestisida, formulasi pestisida dan kalibrasi.
Kegunaan
dari praktikum ini adalah praktikan dapat
mengetahui bentuk fisik pestisida, formulasi pestisida dan kalibrasi.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
A.
Pestisida
Pestisida merupakan bahan kimia yang
digunakan untuk membunuh hama, baik insekta, jamur maupun gulma. Pestisida
telah secara luas digunakan untuk tujuan memberantas hama dan penyakit tanaman
dalam bidang pertanian. Pestisida juga digunakan dirumah tangga untuk
memberantas nyamuk, kecoa dan berbagai serangga penganggu lainnya. Dilain pihak
pestisida ini secara nyata banyak menimbulkan keracunan pada orang (Kementan,
2007).
Menurut Butarbutar (2009), pestisida
dalam bentuk teknis (technical grade) sebelum digunakan perlu diformulasikan
dahulu. Formulasi pestisida merupakan pengolahan (processing) yang ditujukan
untuk meningkatkan sifat-sifat yang berhubungan dengan keamanan, penyimpanan,
penanganan (handling), penggunaan, dan keefektifan pestisida. Pestisida yang
dijual telah diformulasikan sehingga untuk penggunaannya pemakai tinggal
mengikuti petunjuk-petunjuk yang diberikan dalam manual. Yang dimaksud dengan
formulasi (formulated product), ialah komposisi dan bentuk pestisida yang
dipasarkan. Pestisida yang terdapat dipasaran umumnya tidaklah merupakan bahan
aktif 100%, karena selain zat pengisi atau bahan tambahan yang tidak aktif
100%, karena selain zat pengisi atau bahan tambahn yang tidak aktif (inert
ingridient) juga da yang berisi campuran dari 2 atau lebih pestisida.
Pestisida adalah semua zat atau campuran zat yg khusus digunakan
untuk mengendalikan,mencegah,atau menangkis gangguan serangga,binatang
mengerat,nematoda,gulma,virus,bakteri,jasad renik yg dianggap hama. Dalam peraturan
menteri pertanian nomor : 07 /permentan /sr. 140 /2 /2007 mendefinisikan bahwa
pestisida adalah zat kimia atau bahan lain dan jasad renik
serta
virus yang digunakan untuk:
·
Memberantas atau
mencegah hama-hama tanaman,
bagian-bagian tanaman atau hasil-hasil pertanian,
·
Memberantas rerumputan,
·
Mematikan daun dan
mencegah pertumbuhan tanaman yang tidak
diinginkan,
·
Mengatur atau
merangsang pertumbuhan tanaman atau bagian-bagian tanaman, tidak termasuk pupuk,
·
Memberantas atau
mencegah hama-hama luar pada hewan-hewan
piaraan dan ternak,
·
Memberantas dan
mencegah hama-hama air,
·
Memberantas atau
mencegah binatang-binatang dan jasad-jasad renik dalam
·
rumah tangga, bangunan
dan alat-alat pengangkutan,dan
·
Memberantas atau mencegah binatang-binatang yang dapat
menyebabkan penyakit pada manusia atau binatang yang perlu dilindungi dengan
penggunaan pada tanaman, tanah atau air (Djojosumarto, 2008).
Beberapa studi menunjukkan
bukti kontribusi pajanan pestisida terhadap terjadinya beberapa gangguan
kesehatan dan penyakit. Studi mengenai pajanan pestisida yang dilakukan
dipakistan menunjukkan fungsi hati yang lebih buruk terjadi pada kelompok
pekerja yang terpajan pestisida dibandingkan kelompok pekerja yang tidak terpajan pestisida, sedangkan
kadar kolinesterase pada kelompok
pekerja yang terpajan pestisida menunjukkan angka yang lebih rendah
dibandingkan kelompok pekerja yang tidak terpajann pestisida. Pajanan bahan
toksik seperti pestisida, yang berlangsung terus menerus dalam jangka waktu
yang lama maupun gangguan fungsi hati yang kronis dapat meningkatkan risiko
kejadian sirosis hati (budiawan, 2000).
B.
Formulasi
Menurut Djojosumarto dalam Runia (2008), produk jadi yang
merupakan campuran fisik antara bahan aktif dan bahan tambahan yang tidak aktif
dinamakan formulasi. Formulasi sangat menentukan bagaimana pestisida dengan
bentuk dan komposisi tertentu harus digunakan, berapa dosis atau takaran yang
harus digunakan, berapa frekuensi dan interval penggunaan, serta terhadap jasad
sasaran apa pestisida dengan formulasi tersebut dapat digunakan secara efektif.
\
Formulasi sangat menentukan
bagaimana pestisida dengan bentuk dan komposisi tertentu harus digunakan,
berapa dosis atau takaran yang harus digunakan, berapa frekuensi dan interval
penggunaan, serta terhadap jasad sasaran apa pestisida dengan formulasi tersebut
dapat digunakan secara efektif. Selain itu, formulasi pestisida juga menentukan
aspek keamanan penggunaan pestisida dibuat dan diedarkan dalam banyak macam
formulasi, yaitu Formulasi Padat seperti Wettable Powder (WP), Soluble
Powder (SP), Butiran, Water Dispersible Granule (WG atau WDG), Soluble
Granule (SG) dan Tepung Hembus. Dan Formulasi Cair seperti Emulsifiable Concentrate atau
Emulsible Concentrate (EC), Water
Soluble Concentrate (WCS), Aquaeous
Solution (AS), Soluble Liquid (SL) dan Ultra Low Volume (ULV)
(Djojosumarto,
2008).
Keracunan kronis lebih sulit dideteksi karena tidak segera terasa
dan tidak menimbulkan gejala serta tanda yang spesifik. Namun, Keracunan kronis
dalam jangka waktu yang lama bisa menimbulkan gangguan kesehatan. Beberapa
gangguan kesehatan yang sering dihubungkan dengan penggunaan pestisida
diantaranya iritasi mata dan kulit, kanker, keguguran, cacat pada bayi, serta
gangguan saraf, hati, ginjal dan pernapasan. Berdasarkan studi litelatur bahwa
dampak dari paparan pestisida dapat menyebabkan Multiple myeloma, sarkoma,
kanker prostat dan pankreas, kanker rahim,
pankreas serta Hodgkin (Rich, 2006). Pemakaian pestisida mempunyai
risiko meningkatnya penyakit diabetis millitus gestasional pada istri pemakai
pestisida ditrisemester pertama.(Saldana, 2007)
Dampak negatif dari penggunaan pestisida
oleh petani tidak menyurutkan petani untuk mengurangi penggunaan pestisida hal
ini dapat diketahui dari beberapa hasil penelitian Nafees (2008).
Peningkatan penggunaan pestisida khususnya endosulfan dan
cypermethrin, hal ini dapat berdampak pada bahaya kesehatan serta berbahaya
pada lebah madu, ikan, burung serta pengembangbiakan insektisida. Perlu adanya
perhatian dalam pencampuran dalam menggunakan pestisida serta kesadaran dan
pencegahan. 19 % petani di Vietnam masih menggunakan pestisida kelas I yang
berbahaya bagi kesehatan petani, konsumen serta organisme lain. (Van Hoi,
2009).
C.
Kalibrasi
Kalibrasi adalah menghitung atau mengukur kebutuhan air
suatu alat semprot untuk luasan areal tertentu. Kalibrasi harus dilakukan pada
setiap kali akan melakukan penyemprotan. Hal ini dilakukan untuk menghindari
pemborosan herbisida, memperkecil terjadinya keracunan pada tanaman akibat
penumpukan herbisida dan memperkecil pencemaran lingkungan (Pramuhadi
G. 2012).
Kalibrasi
merupakan kunci untuk menyeragamkan setiap perlakuan herbisida. Jika dosis
rekomendasi tidak diaplikasikan secara merata, karena cara aplikasi yang tidak
benar, maka akan terjadi dua hal yang tidak diinginkan, yaitu: gulma tidak akan
mampu dikendalikan di areal yang teralikasi herbisida dengan dosis yang lebih
sedikit dari dosis rekomendasi dan gulma dan tanaman budidaya akan mati di
areal yang teraplikasi herbisida dengan dosis lebih tinggi dari dosis rekomendasi
(Djojosumarto ,2008).
Tujuan
kalibrasi adalah untuk mencapai ketertelusuran pengukuran. Hasil pengukuran
dapat dikaitkan/ditelusur sampai ke standar yang lebih tinggi/teliti (standar
primer nasional dan / internasional), melalui rangkaian perbandingan yang tak
terputus. Manfaat kalibrasi adalah untuk mendukung sistem mutu yang diterapkan
di berbagai industri pada peralatan laboratorium dan produksi yang dimiliki dan
dengan melakukan kalibrasi, bisa diketahui seberapa jauh perbedaan
(penyimpangan) antara harga benar dengan harga yang ditunjukkan oleh alat ukur
(Wibowo, 2007).
BAB III
METODE
PRAKTIKUM
A.
Waktu dan Tempat
Pelaksanaan
praktikum pengenalan Jenis-Jenis Pestisida dan Kalibrasi dilakikan pada tanggal
25 Mei 2017, praktikum dimulai pada pukul 10.00 WITA sampai selesai, di Desa
Alebo, Kelurahan Konda, Kabupaten Konawe Selatan dan di Laboratorium Unit Hama
dan Penyakit.
B. Alat dan Bahan
Alat
yang digunakan pada praktikum ini adalah kamera dan alat tulis.Sedangkan bahan
yang digunakan adalah berbagai jenis golongan pestisida (Insektisida,
Bakterisida, Nematisida dan Herbisida).
C.
Prosedur Kerja
1. Penggolongan Pestisida
Prosedur kerja pada praktikum ini adalah sebagai berikut ;
a. Menyiapkan berbagai jenis pestisida
b. Melakukan pengenalan atau pengamatan
deskripsi pestisida (Jenis Pestisida ,
Formulasi, Nama dagang, Bahan aktif, Kandungan Bahan Aktif, Konsentrasi
aplikasi dan Organism atau sasaran target pestisida.
c. Mengambil
gambar atau dokumentasi dari masing-masing jenis pestisida tersebut.
2. Uji Kalibrasi
a. Penentuan kecepatan curah semprot
1. Memasukkan air
ke dalam alat semprot dan melakukan pemompaan secukupnya kumudian melakukan
penyemprotan kedalam ember plastik selama 1 menit.
2. Mengukuyr vjumblah larutan yang
keluar selama 1 menit menggunakan gelas ukur.
3. Mengulang prosedur di atas sebanyak 3 kali ulangan,
selanjutnya menghitung kecepatan curah per-menit (A).
b.
Penentuan lebar gawang penyemprotan
1. Melakukan penyemprotan pada ketinggian
nozel 60 cm dari muka tanah ke permukaan tanah yang kering.
2. Mengukur lebar
penyemprotan yang dihasilkan oleh nozel yang digunakan dengan mengukur jarak
tepi ke tepi (B meter).
c.
Penentuan kecepatan jalan
1. Meletakkan alat semprot di punggung kemudian melakukan
penyemprotan sambil berjalan secara teratur sejauh 10 meter.
2. Menghitung waktu yang diperlukan untuk menempuh jarak 10
meter dengan menggunakan stopwatch.
3. Melakukan hal yang
sama sebanyak 3 kali, kemudian menghitung rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk
menempuh jarak tersebut.
4. Menghitung
kecepatan jalan (C meter/menit)
d. Penentuan jumblah
volume laritan (liter) yang diperlukan umtuk menyemprot sluas 1 hektar (D).
Ket : D = jumblah Volume
(liter/ha)
A= Kecepatan Curah
(liter/menit)
B= Lebar Gawang Swmprot
(meter)
C= Kecepatan Jalan
(meter/menit).
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil
Tabel.
1 Hasil jenis-jenis pestisida dan formulasi pestisida
No
|
Jenis
|
Sasaran
|
Dosis
|
Bahan
Aktif
|
Nama dagang
|
1
|
Insektisida
|
Serangga
|
1-1,5 kg/ha
|
Delta metrin 25g/l
|
Decis 25 EC
|
2
|
Insektisida
|
Serangga
|
1-1,5
kg/ha
|
Karboril 85%
|
Sevin 85 SP
|
3
|
Fungisida
|
Fungi
|
Kakao = 8 g/l
Cabai = 2 g/l
|
Tembaga hidroksida 77%
|
Copcide 77 WP
|
4
|
Insektisida
|
Serangga
|
1-1,5
ml/l
|
Klorpirifos 410 g/l
|
Sergap 410 EC
|
5
|
Rodentisida
|
Binatang
pengerat
|
1-2%
|
Seng fosfida 80%
|
Kovinplus 80 P
|
6
|
Insektisida
|
Serangga
|
Bawang
merah = 1,5 -2 ml/l
Kentang
= 0,25 – 0,5 ml/l
Padi
= 0,5-1 ml
|
Monosultap 450 9/l
|
Trisula 450 SL
|
7
|
insektisida/
nematoda
|
Serangga
/ nematode
|
5-10 g/l
|
Karbofuran 3%
|
Furadan 3 Gr
|
8
|
Fungisida
|
Fungi
|
2-4
g/l
|
Simoksanil 8% + mankozeb 64%
|
Victory Mix 8/64 Wp
|
9
|
Insektisida biologi
|
Serangga
|
1-2 g/l
|
Delta endofoksin
|
Turex WP
|
10
|
Insektisida
|
Serangga
|
Jeruk = 2-4 l/ha
Kedelai
= 0,5-1 l/ha
k.
sawit = 2-4 l/ha
kubis = 1-2 l/ha
|
Diazinon 600 g/l
|
Sidiazion 600 EC
|
Tabel 2. Hasil dari pengamatan yang dilakukan dapat
dilihat pada tabel
berikut ini:
NO
|
Parameter
|
Jumblah
|
1
|
Disemprotkan
30 detik 1
|
300
ml
|
2
|
Disemprotkan
30 detik 2
|
523
ml
|
3
|
Disemprotkan
30 detik 3
|
647
ml
|
4
|
Disemprotkan 30 detik 4
|
680 ml
|
5
|
Disemprotkan 30 detik 5
|
730 ml
|
|
JUMLAH
|
2880
ML
|
|
RATA-RATA
|
576
ml
|
Waktu yang diperlukan dihitung dengan rumus :
Ø (Kj)
= Flow rate x luas areal / dosis larutan
x Lebar gawang.
Ø
Ø Kj
= 1 liter / menit x 25.
000 m2
Ø ________________________
Ø 1.250 liter x 2 m
Ø
Ø T
detik = 250 × 30 detik
Ø Volume
rata-rata kalibrasi (ml)
Ø =
250 ml × 30 detik
Ø 576 ml
Ø = 39 detik.
B.
Pembahasan
Peraturan menteri Pertanian Nomor : 07
/Permentan /SR. 140 /2 /2007 mendefinisikan bahwa pestisida adalah zat kimia
atau bahan lain dan jasad renik
serta
virus yang digunakan untuk: 1) memberantas atau mencegah hama-hama tanaman,
bagian-bagian tanaman atau hasil-hasil pertanian, 2) Memberantas rerumputan, 3)
Mematikan daun dan mencegah pertumbuhan tanaman yang tidak
diinginkan,
4) Mengatur atau merangsang pertumbuhan tanaman atau bagian-bagian tanaman, tidak termasuk pupuk, 5) Memberantas
atau mencegah hama-hama luar pada
hewan-hewan piaraan dan ternak, 6) Memberantas dan mencegah hama-hama air, 7) Memberantas atau mencegah
binatang-binatang dan jasad-jasad renik dalam rumah tangga, bangunan dan
alat-alat pengangkutan,dan 8) Memberantas atau mencegah binatang-binatang yang
dapat menyebabkan penyakit pada manusia atau binatang yang perlu dilindungi
dengan penggunaan pada tanaman, tanah atau air.
Bahan terpenting dalam pestisida yang bekerja aktif terhadap hama
sasaran disebut bahan aktif. Dalam pembuatan pestisida di pabrik, bahan aktif
tersebut tidak dibuat secara murni (100%) tetapi bercampur sedikit dengan
bahan-bahan pembawa lainnya. Produk jadi yang merupakan campuran fisik antara
bahan aktif dan bahan tambahan yang tidak aktif dinamakan formulasi.
Formulasi sangat menentukan
bagaimana pestisida dengan bentuk dan komposisi tertentu harus digunakan,
berapa dosis atau takaran yang harus digunakan, berapa frekuensi dan interval
penggunaan, serta terhadap jasad sasaran apa pestisida dengan formulasi
tersebut dapat digunakan secara efektif.
Formulasi Padat
·
Wettable
Powder (WP), merupakan sediaan
bentuk tepung (ukuran partikel beberapa mikron) dengan kadar bahan aktif
relatif tinggi (50 – 80%), yang jika dicampur dengan air akan membentuk
suspensi. Pengaplikasian WP dengan cara disemprotkan.
·
Soluble
Powder (SP), merupakan formulasi
berbentuk tepung yang jika dicampur air akan membentuk larutan homogen.
Digunakan dengan cara disemprotkan.
·
Butiran,
umumnya merupakan sediaan siap pakai dengan konsentrasi bahan aktif rendah
(sekitar 2%). Ukuran butiran bervariasi antara 0,7 – 1 mm. Pestisida butiran
umumnya digunakan dengan cara ditaburkan di lapangan (baik secara manual maupun
dengan mesin penabur).
·
Water
Dispersible Granule (WG atau
WDG), berbentuk butiran tetapi penggunaannya sangat berbeda. Formulasi WDG
harus diencerkan terlebih dahulu dengan air dan digunakan dengan cara
disemprotkan.
·
Soluble Granule
(SG), mirip dengan WDG yang
juga harus diencerkan dalam air dan digunakan dengan cara disemprotkan.
Bedanya, jika dicampur dengan air, SG akan membentuk larutan sempurna.
·
Tepung
Hembus, merupakan sediaan siap pakai (tidak perlu dicampur dengan air)
berbentuk tepung (ukuran partikel 10 – 30 mikron) dengan konsentrasi bahan
aktif rendah (2%) digunakan dengan cara dihembuskan (dusting).
·
Formulasi
Cair
·
Emulsifiable
Concentrate atau Emulsible
Concentrate (EC), merupakan sediaan berbentuk pekatan (konsentrat) cair
dengan kandungan bahan aktif yang cukup tinggi. Oleh karena menggunakan solvent
berbasis minyak, konsentrat ini jika dicampur dengan air akan membentuk
emulsi (butiran benda cair yang melayang dalam media cair lainnya). Bersama
formulasi WP, formulasi EC merupakan formulasi klasik yang paling banyak
digunakan saat ini.
·
Water
Soluble Concentrate (WCS),
merupakan formulasi yang mirip dengan EC, tetapi karena menggunakan sistem solvent
berbasis air maka konsentrat ini jika dicampur air tidak membentuk emulsi,
melainkan akan membentuk larutan homogen. Umumnya formulasi ini digunakan
dengan cara disemprotkan.
·
Aquaeous
Solution (AS), merupakan pekatan yang
bisa dilarutkan dalam air. Pestisida yang diformulasi dalam bentuk AS umumnya
berupa pestisida yang memiliki kelarutan tinggi dalam air. Pestisida yang
diformulasi dalam bentuk ini digunakan dengan cara
·
disemprotkan.
·
Soluble
Liquid (SL), merupakan pekatan
cair. Jika dicampur air, pekatan cair ini akan membentuk larutan. Pestisida ini
juga digunakan dengan cara disemprotkan.
·
dengan
volume ultra rendah, yaitu volume semprot antara 1 – 5 liter/hektar. Formulasi
ULV umumnya berbasis minyak karena untuk penyemprotan dengan volume ultra
rendah digunakan butiran semprot yang sangat halus.
Pada praktikum ini terdapat beberapa jenis pestisida
yaitu insektasida, fungisida, rodentisida, inektisida biologi. Decis 25 EC
sasaran serangga, bahan Delta metrin 25g/l dan dosis 1-1,5 kg/ha. Sevin
85 SP merupakan pestisida dengan sasaran serangga, mempunyai bahan aktif Karboril 85% dan penggunaan dosis
1-1,5 kg/ha, Copcide 77 WP merupakan jenis
insektisida sasaran fungi dengan dosisi penggunaan Kakao = 8 g/l Cabai = 2 g/l dan bahan aktif Tembaga hidroksida, Sergap
410 EC merupakan jenis insektisida dengan sasaran serangga, Kovinplus 80 P
merupakan jenis rodentisida dengan sasaran binatang pengerat, Trisula 450 SL
merupakan jenis insektisida dengan sasaran serangga, Furadan 3 Gr merupakan
jenis insektisida dengan sasaran serangga dan nematoda. Victory Mix 8/64
Wp merupakan jenis fungisida dengan
sasaran fungi.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pestisida
adalah subtansi yang digunakan untuk membunuh atau mengendalikan berbagai hama.
Kata pestisida berasal dari kata pest yang berarti hama dan cida
yang berarti pembunuh. Jadi secara sederhana pestisida diartikan sebagai
pembunuh hama yaitu tungau, tumbuhan pengganggu, penyakit tanaman yang
disebabkan oleh fungi, bakteri, virus, nematode, siput, tikus, burung dan hewan
lain yang dianggap merugikan.
Dampak negatif dari
penggunaan pestisida oleh petani tidak menyurutkan petani untuk mengurangi
penggunaan pestisida hal ini dapat diketahui dari beberapa hasil
penelitian menunjukkan adanya
peningkatan penggunaan pestisida khususnya endosulfan dan cypermethrin, hal ini
dapat berdampak pada bahaya kesehatan serta berbahaya pada lebah madu, ikan,
burung serta pengembangbiakan insektisida.
B. Saran
Adapun
saran saya dalam praktikum ini agar lebih mengarah ke cara-cara pengeplikasian suatu
pestisida.
DAFTAR
PUSTAKA
Budiawan. 2000. Pengembangan Teknik P-Postlabelling untuk
Mendeteksi Dini Risiko Kanker. Risalah
Pertemuan Ilmiah Penelitian, dan Pengembangan Teknologi Isotop dan Radiasi.
Butarbutar,
J. 2009. Pestisida dan Pengendaliannya. Koperasi Serba Usaha “SUBUR” Provinsi
Sumatera Utara. Medan. www.koperasisubur.com. Diakses tanggal 8 bulan 6 tahun
2016.
Cross, Paul. 2008. Comparative assessment of migrant farm
workers health in conventional and organic horticultural system in the united
kingdom. Science of The Total environment, 391 (1): 55-65.
Djojosumarto, P. 2008. Teknik Aplikasi Pestisida Pertanian.
Kanisius: Yogyakarta.
Djojosumarto, P. 2008. Teknik Aplikasi Pestisida Pertanian.
Kanisius: Yogyakarta.
Kementrian
Pertanian, 2011. Pedoman Pembinaan Penggunaan Pestisida. Jakarta:
Direktorat Jenderal Prasaranan dan Sarana Kementrian Pertanian.
Laba I Wayan, 2010. Analisis Empiris Penggunaan Insektisida Menuju
Pertanian Berkelanjutan. Naskah disarikan dari bahan Orasi Profesor Riset di
Bogor, Pengembangan Inovasi Pertanian volume 3;pp 120-137.
Nafees Mohammad, Muhammad Rasul Jan, Hisbullah Khan, 2008.
Pesticide Use in Swat Valley, Pakistan (Exploring Remedial Measures to Mitigate Environmental
and Socioeconomic Impact, Agriculture Journal, Volume 28 No.3; pp 201-205.
Runia,
Y. A. 2008. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Keracunan Pestisida
Organofosfat, Karbamat Dan Kejadian Anemia Pada Petani Hortikultura Di Desa
Tejosari Kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang. Tesis. Magister Kesehatan
Lingkungan. Universitas Diponegoro. Dipublikasikan.
Saldana, T.M., Basso, O.,
Hoppin, J.A., Baird, Donna D., 2007. Pesticide Exposure and Self-Reported
Gestational Diabetes Mellitus in the Agricultural Health Study. Medical
Sciences—Endocrinology, volume 30, No.3 pp 529534.
Wibowo A. dan M. Nazif . 2007.
Efektivitas Herbisida Monoamonium Glifosat Untuk Pengendalian
Gulma Di Bawah Tegakan Sengon Di Parung Panjang, Jawa Barat Effectiveness Of
Monoamonium Glifosat Herbicide To Control Weeds Under Albizian Plantation In
Parung Panjang, West Java. Jurnal
Penelitian Hutan Tanaman Vol.4
No.1, Mei 2007, 001 - 067 Pusat Litbang
Hutan Tanaman, Bogor.