Rabu, 04 April 2018

Laporan Praktikum Pengenalan Bentuk Fisik Pestisida dan Formulasi Pestisida



LAPORAN PRAKTIKUM
PESTISIDA DAN TEKNIK APLIKASINYA
Pengenalan Bentuk Fisik Pestisida dan Formulasi Pestisida








OLEH :
              NAMA                  :     SATRIA EKA WIJAYA
              STAMBUK          :     D1B1 14 071
              KELAS                :     C



PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
2016

I.       PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Pestisida adalah substansi kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus yang digunakan untuk mengendalikan berbagai hama. Yang dimaksud hama di sini adalah sangat luas, yaitu serangga, tungau, tumbuhan pengganggu, penyakit tanaman yang disebabkan oleh fungi (jamur), bakteria dan virus, kemudian nematoda (bentuknya seperti cacing dengan ukuran mikroskopis), siput, tikus, burung dan hewan lain yang dianggap merugikan. Pestisida juga diartikan sebagai substansi kimia dan bahan lain yang mengatur dan atau menstimulir pertumbuhan tanaman atau bagian-bagian tanaman
Sesuai konsep Pengendalian Hama Terpadu (PHT), penggunaan pestisida ditujukan bukan untuk memberantas atau membunuh hama, namun lebih dititik beratkan untuk mengendalikan hama sedemikian rupa hingga berada dibawah batas ambang ekonomi atau ambang kendali. Selama ini, kita mengetahui bahwa pestisida sangat berguna dalam membantu petani merawat pertaniannya. Pestisida dapat mencegah lahan pertanian dari serangan hama. Hal ini berarti jika para petani menggunakan pestisida, hasil pertaniannya akan meningkat dan akan membuat hidup para petani menjadi semakin sejahtera. Dengan adanya pemahaman tersebut, pestisida sudah digunakan di hampir setiap lahan pertanian. Namun sekarang ini banyak pemahaman yang salah tentang penggunaan dosis dari pestisida ini. Para petani tidak mengindahkan anjuran pemakaian yang telah diterapkan oleh pemerintah.
 Penggunaan pestisida sintetik oleh sebagian besar petani Indonesia cenderung  pada satu jenis tertentu saja dan takaran dosisnya berlebih, sehingga selain berdampak pencemaran lingkungan juga berakibat terjadinya kekebalan dari hama atau penyakit tanaman yang ada. Penyemprotan pestisida sintetik juga menyebabkan matinya musuh alami hama maupun mikrobia antagonis sehingga akan mempermudah terjadinya ledakan hama ataupun penyakit tertentu dan juga
dipercepat oleh pemusnahan musuh alami oleh insektisida yang sebelumnya manahan spesies-spesies pada tingkat terkendali. Petani selama ini tergantung pada penggunaan pestisida kimia untuk mengendalikan hama dan penyakit tanaman. Selain yang harganya mahal, pestisida kimia juga banyak memiliki dampak buruk bagi lingkungan dan kesehatan manusia. Dampak negatif dari penggunaan pestisida kimia antara lain adalah: (1) hama menjadi kebal (resisten); (2) peledakan hama baru (resurjensi); (3) penumpukan residu bahan kimia di dalam hasil panen;  (4) terbunuhnya musuh alami; (5) pencemaran lingkungan oleh residu bahan kimia
Dari Uraian diatas maka perlu adanya praktikum mengenai cara kalibrasi pestisida, agar pengamplikasiannya tidak melebihi dari dosis yang telah ditentukan

B.       Tujuan dan Kegunaan                                                 
            Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui bentuk fisik pestisida serta mengetahui formulasi pestisida.
            Kegunaan dari praktikum ini adalah praktikan mengetahui bentuk fisik pestisida serta mengetahui formulasi pestisida.















II.    TINJAUAN PUSTAKA
Pestisida merupakan bahan kimia yang digunakan untuk membunuh hama, baik insekta, jamur maupun gulma. Pestisida telah secara luas digunakan untuk tujuan memberantas hama dan penyakit tanaman dalam bidang pertanian. Pestisida juga digunakan dirumah tangga untuk memberantas nyamuk, kecoa dan berbagai serangga penganggu lainnya. Dilain pihak pestisida ini secara nyata banyak menimbulkan keracunan pada orang (Kementan, 2007).
Pestisida merupakan bahan kimia yang digunakan untuk membunuh hama, baik insekta, jamur maupun gulma. Pestisida telah secara luas digunakan untuk tujuan memberantas hama dan penyakit tanaman dalam bidang pertanian. Pestisida juga digunakan dirumah tangga untuk memberantas nyamuk, kecoa dan berbagai serangga penganggu lainnya. Dilain pihak pestisida ini secara nyata banyak menimbulkan keracunan pada orang (Kementan, 2007).
Menurut Butarbutar (2009), pestisida dalam bentuk teknis (technical grade) sebelum digunakan perlu diformulasikan dahulu. Formulasi pestisida merupakan pengolahan (processing) yang ditujukan untuk meningkatkan sifat-sifat yang berhubungan dengan keamanan, penyimpanan, penanganan (handling), penggunaan, dan keefektifan pestisida. Pestisida yang dijual telah diformulasikan sehingga untuk penggunaannya pemakai tinggal mengikuti petunjuk-petunjuk yang diberikan dalam manual. Yang dimaksud dengan formulasi (formulated product), ialah komposisi dan bentuk pestisida yang dipasarkan. Pestisida yang terdapat dipasaran umumnya tidaklah merupakan bahan aktif 100%, karena selain zat pengisi atau bahan tambahan yang tidak aktif 100%, karena selain zat pengisi atau bahan tambahn yang tidak aktif (inert ingridient) juga da yang berisi campuran dari 2 atau lebih pestisida.
Menurut Djojosumarto dalam Runia (2008), produk jadi yang merupakan campuran fisik antara bahan aktif dan bahan tambahan yang tidak aktif dinamakan formulasi. Formulasi sangat menentukan bagaimana pestisida dengan bentuk dan komposisi tertentu harus digunakan, berapa dosis atau takaran yang harus digunakan, berapa frekuensi dan interval penggunaan, serta terhadap jasad sasaran apa pestisida dengan formulasi tersebut dapat digunakan secara efektif. \
Formulasi sangat menentukan bagaimana pestisida dengan bentuk dan komposisi tertentu harus digunakan, berapa dosis atau takaran yang harus digunakan, berapa frekuensi dan interval penggunaan, serta terhadap jasad sasaran apa pestisida dengan formulasi tersebut dapat digunakan secara efektif. Selain itu, formulasi pestisida juga menentukan aspek keamanan penggunaan pestisida dibuat dan diedarkan dalam banyak macam formulasi, yaitu Formulasi Padat seperti Wettable Powder (WP), Soluble Powder (SP), Butiran, Water Dispersible Granule (WG atau WDG), Soluble Granule (SG) dan Tepung Hembus. Dan Formulasi Cair seperti Emulsifiable Concentrate atau Emulsible Concentrate (EC), Water Soluble Concentrate (WCS), Aquaeous Solution (AS), Soluble Liquid (SL) dan Ultra Low Volume (ULV) (Djojosumarto, 2008).
            Pestisida adalah semua zat atau campuran zat yg khusus digunakan untuk mengendalikan,mencegah,atau menangkis gangguan serangga,binatang mengerat,nematoda,gulma,virus,bakteri,jasad  renik yg dianggap hama. Dalam peraturan menteri pertanian nomor : 07 /permentan /sr. 140 /2 /2007 mendefinisikan bahwa pestisida adalah zat kimia atau bahan lain dan jasad renik
serta virus yang digunakan untuk:
·         Memberantas atau mencegah hama-hama  tanaman, bagian-bagian tanaman atau hasil-hasil pertanian,
·         Memberantas  rerumputan,
·         Mematikan daun dan mencegah pertumbuhan tanaman yang tidak  diinginkan,
·         Mengatur atau merangsang pertumbuhan tanaman atau bagian-bagian  tanaman, tidak termasuk pupuk,
·         Memberantas atau mencegah hama-hama luar  pada hewan-hewan piaraan dan ternak,
·         Memberantas dan mencegah hama-hama air,
·         Memberantas atau mencegah binatang-binatang dan jasad-jasad renik dalam
·         rumah tangga, bangunan dan alat-alat pengangkutan,dan
·         Memberantas atau  mencegah binatang-binatang yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia atau binatang yang perlu dilindungi dengan penggunaan pada tanaman, tanah atau air (Djojosumarto, 2008).
Beberapa studi menunjukkan bukti kontribusi pajanan pestisida terhadap terjadinya beberapa gangguan kesehatan dan penyakit. Studi mengenai pajanan pestisida yang dilakukan dipakistan menunjukkan fungsi hati yang lebih buruk terjadi pada kelompok pekerja yang terpajan pestisida dibandingkan kelompok pekerja  yang tidak terpajan pestisida, sedangkan kadar  kolinesterase pada kelompok pekerja yang terpajan pestisida menunjukkan angka yang lebih rendah dibandingkan kelompok pekerja yang tidak terpajann pestisida. Pajanan bahan toksik seperti pestisida, yang berlangsung terus menerus dalam jangka waktu yang lama maupun gangguan fungsi hati yang kronis dapat meningkatkan risiko kejadian sirosis hati (budiawan, 2000). Gangguan terhadap fungsi hati dan penyakit hati seperti sirosis hati, akan mengganggu tugas hati dalam melakukan biotransformasi dan detoksifikasi. Tidak optimalnya biotransformasi dan detoksifikasi mengakibatkan makin besarnya efek buruk yang diakibatkan oleh bahan toksik seperti pestisida. Pajanan  bahan toksik seperti pestisida, yang berlangsung terus menerus dalam jangka waktu yang lama juga dapat meningkatkan risiko kejadian penyakit kanker, diantaranya kanker hati (cross, 2008).
                 Keracunan kronis lebih sulit dideteksi karena tidak segera terasa dan tidak menimbulkan gejala serta tanda yang spesifik. Namun, Keracunan kronis dalam jangka waktu yang lama bisa menimbulkan gangguan kesehatan. Beberapa gangguan kesehatan yang sering dihubungkan dengan penggunaan pestisida diantaranya iritasi mata dan kulit, kanker, keguguran, cacat pada bayi, serta gangguan saraf, hati, ginjal dan pernapasan. Berdasarkan studi litelatur bahwa dampak dari paparan pestisida dapat menyebabkan Multiple myeloma, sarkoma, kanker prostat dan pankreas, kanker rahim,  pankreas serta Hodgkin (Rich, 2006). Pemakaian pestisida mempunyai risiko meningkatnya penyakit diabetis millitus gestasional pada istri pemakai pestisida ditrisemester pertama.(Saldana, 2007)
            Dampak negatif dari penggunaan pestisida oleh petani tidak menyurutkan petani untuk mengurangi penggunaan pestisida hal ini dapat diketahui dari beberapa hasil penelitian  Nafees (2008) adanya peningkatan penggunaan pestisida khususnya endosulfan dan cypermethrin, hal ini dapat berdampak pada bahaya kesehatan serta berbahaya pada lebah madu, ikan, burung serta pengembangbiakan insektisida. Perlu adanya perhatian dalam pencampuran dalam menggunakan pestisida serta kesadaran dan pencegahan. 19 % petani di Vietnam masih menggunakan pestisida kelas I yang berbahaya bagi kesehatan petani, konsumen serta organisme lain. (Van Hoi, 2009). Penggunaan pestisida yang berlebihan akan meningkatkan biaya pengendalian,  mempertinggi kematian organisme non target serta dapat menurunkan kualitas lingkungan. (Laba, 2010). Perubahan iklim yang terjadi dapat meningkatkan penggunaan bahan aktif pestisida diprediksi sekitar 60% hingga tahun 2100. (Koleva, 2009).


















III.   METODE PRAKTIKUM
A.      Tempat dan Waktu
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Kamis pukul 10.00 - Selesai, tanggal 25 Mei 2017 di Desa Alebo, Kel. Konda, Kab. Konawe Selatan dan pada hari Selasa pukul 3.30 – Selesai, tanggal 30 Mei 2017 di Laboratorium Unit Fitopatologi.
B.       Bahan dan Alat
            Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah buku penuntun, alat tulis menulis dan camera.
            Bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu beberapa jenis pestisida  seperti Insektisida, Rodentisida, Herbitisida, Insektisida biologi, Insektisida sintetik dan Insektisida.
C.      Prosedur Kerja
            Prosedur kerja pada praktikum pengenalan bentuk fisik pestisida adalah sebagai berikut:
  • Mengidentifikasi semua jenis pestisida yang menjadi bahan praktikum.
  • Mencatat jenis pestisida, formulasi, nama dagang, bahan aktif, komposisi dan organisme sasaran setiap pestisida yang menjadi bahan praktikum.
  • Mengambil foto pestisida melalu camera sebagai dokumentasi.










IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Adapun hasil dari praktikum pengenalan bentuk fisik pestisida  seperti pada  Tabel berikut.
Tabel 1. Hasil Praktikum Pengambilan Contoh Benih.
No
Gambar
Keterangan
1.
Jenis : Insektisida/Nematisida
Formulasi : Padat/ butiran
Nama dagang : Furadan 3 gr
Bahan aktif : Karbofuran
Kandungan bahan aktif : Karbofuran 3%
Organisme target : penggerek batang, lalat buah, wereng hijau, ganjur, penggerek pucuk, nematoda bintil akar dan lundi/ uret.
Konsentrasi aplikasi :
2.
Jenis : Fungisida
Formulasi : Padat
Nama dagang : Victory Mix 8/64 WT
Bahan aktif : Simoksanil dan Mankozeb
Kandungan bahan aktif : Simoksanil 8%  dan   Mankozeb 64 %
Organisme target : penyakit busuk daun  (Phytoptora infestans), hawar daun dan penyakit blas pada padi.
Konsentrasi aplikasi : kentang (2-4 g/l), tomat (2-4 g/l) dan padi (0,5-1 g/l)
3.
Jenis : insektisida
Formulasi : padat
Nama dagang : sevin
Bahan aktif : karbaril
Kandungan bahan aktif : karbaril 85 %
Organisme target : belalang (Locusta migratoria), ulat grayat (Spodoptera litura), perusak daun (Plusiaa chalcites, Stomopteryx subsecivella, Empoasca sp.), penggerek buah (Earias sp.), perusak daun (Plusia chalcites), penggerek polong (Etiella zinckenella), penggulung daun (Lamproserna indicate) dan seterusnya.
Konsentrasi aplikasi : jagung (1-1,5 kg/ha), kacang tanah (1-1,5 kg/ha), kapas (1-2 kg/ha, kedelai (1-1,5 kg/ha) dan kelapa (1-2 kg/ha) dan seterusnya.
4.
Jenis : insektisida biologi
Formulasi : padat
Nama dagang : turex
Bahan aktif : Delta endotoksin pada Bacillus thuringiensis, Var. aizawai strain
Kandungan bahan aktif : Delta endotoksin pada Bacillus thuringiensis, Var. aizawai strain GC-91 :3,8 % 25.000IU/mg
Organisme target : perusak daun (Plutella xylostella, Crocidolomia pavonana), penggerek buah (Heliothis armigera), ulat grayat (Spodoptera litura), ulat grayat (Spodoptera litura) dan penggerek pucuk (Helicoverpa armigera).
Konsentrasi aplikasi : kubis (0,75-1 g/l atau 1,5-2 g/l), tomat (1-2 g/l), kedelai (1-2 g/l) dan tembakau (0,5-1 g/l)
5.
Jenis : rodentisida
Formulasi : padat
Nama dagang : kresnakum
Bahan aktif : Brodifakum
Kandungan bahan aktif : Brodifakum 0,005 %
Organisme target : semua jenis hama tikus
Konsentrasi aplikasi : pengumpan siap pakai
6.
Jenis : fungisida
Formulasi : padat
Nama dagang : copcide 77 WP
Bahan aktif : tembaga hidroksida
Kandungan bahan aktif : tembaga hidroksida 77%
Organisme target : bercak daun, penyakit antranoksa dan penyakit busuk buah.
Konsentrasi aplikasi : cabai (2 g/l untuk volume semprot 500 liter air/Ha) dan kakao (8 g/l untuk volume semprot 500 liter air/Ha)
7.
Jenis : insektisisda
Formulasi : cair / EC
Nama dagang : Decis
Bahan aktif : Deltametri
Kandungan bahan aktif : Deltametri 25 g//l
Organisme target : hama pada tanaman anggrek, apel, bawang merah, belimbing, cabai, jagung, jeruk, jarak, kacang panjang, kacang hijau, kakao, kapas, kedelai, kelapa sawit, kentang, kubis, ketimun, lada, mangga, melon, semangka, teh, tmbakau dan tomat.
Konsentrasi aplikasi :
8.
Jenis : insektisida sistemik
Formulasi : cair
Nama dagang : trisula
Bahan aktif : monosultap
Kandungan bahan aktif : monosultap 450 gr/l
Organisme target : thrips palmi, Bemisia tabaci (kutu kebul), penggerek daun, Spodoptera exigua (ulat grayat), wereng coklat dan pengggerek batang daun
Konsentrasi aplikasi :  bawang merah (1,5-2 ml/l, kentang (0,25-0,5 ml/l), padi (0,5-1 ml/l dan 0,75-1,5 ml/l)
9.
Jenis : herbisida
Formulasi : cair
Nama dagang : gramaxon
Bahan aktif : parakuat diklorida
Kandungan bahan aktif : parakuat diklorida 276 g/l
Organisme target : gulma berdaun lebar, gulam berdaun sempit, teki, anakan sawit, lahan tanp tanaman.
Konsentrasi aplikasi :
10.
Jenis : insektisida
Formulasi : cair
Nama dagang : sergap
Bahan aktif : klorpirilos
Kandungan bahan aktif : klorpirilos 410 g/l
Organisme target : ulat grayat (Spodoptera exigua) dan kutu daun (Aphis sp.).
Konsentrasi aplikasi : bawang daun (ulat grayat 1,5-2 ml/l dan kutu daun 1,5-2 ml/l)
11.
Jenis : insektisida
Formulasi : cair
Nama dagang : sidazinon
Bahan aktif : diazinon
Kandungan bahan aktif : 600 g/l
Organisme target : lalat karet, ulat kentang, perusak daun dan ulat crop (jeruk, kedelai kelapa sawit, kubis dan sawi).
Konsentrasi aplikasi :
12.
Jenis : herbisida buatan
Formulasi : cair
Nama dagang : round up
Bahan aktif : isopropilamina glifosfat
Kandungan bahan aktif : 4,86 g/l
Organisme target : gulma pada tanaman cengkeh, kakao, karet, the, akasia, kopi, jagung, kedelai, padi gogo, kelapa sawit, kelapa dan tanpa olah tanah.
Konsentrasi aplikasi :

4.2 Pembahasan
Pestisida adalah subtansi yang digunakan untuk membunuh atau mengendalikan berbagai hama. Kata pestisida berasal dari kata pest yang berarti hama dan cida yang berarti pembunuh. Jadi secara sederhana pestisida diartikan sebagai pembunuh hama yaitu tungau, tumbuhan pengganggu, penyakit tanaman yang disebabkan oleh fungi, bakteri, virus, nematode, siput, tikus, burung dan hewan lain yang dianggap merugikan.
Peraturan menteri Pertanian Nomor : 07 /Permentan /SR. 140 /2 /2007 mendefinisikan bahwa pestisida adalah zat kimia atau bahan lain dan jasad renik
serta virus yang digunakan untuk: 1) memberantas atau mencegah hama-hama tanaman, bagian-bagian tanaman atau hasil-hasil pertanian, 2) Memberantas rerumputan, 3) Mematikan daun dan mencegah pertumbuhan tanaman yang tidak
diinginkan, 4) Mengatur atau merangsang pertumbuhan tanaman atau bagian-bagian  tanaman, tidak termasuk pupuk, 5) Memberantas atau mencegah hama-hama luar  pada hewan-hewan piaraan dan ternak, 6) Memberantas dan mencegah hama-hama  air, 7) Memberantas atau mencegah binatang-binatang dan jasad-jasad renik dalam rumah tangga, bangunan dan alat-alat pengangkutan,dan 8) Memberantas atau mencegah binatang-binatang yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia atau binatang yang perlu dilindungi dengan penggunaan pada tanaman, tanah atau air.  
            Bahan terpenting dalam pestisida yang bekerja aktif terhadap hama sasaran disebut bahan aktif. Dalam pembuatan pestisida di pabrik, bahan aktif tersebut tidak dibuat secara murni (100%) tetapi bercampur sedikit dengan bahan-bahan pembawa lainnya. Produk jadi yang merupakan campuran fisik antara bahan aktif dan bahan tambahan yang tidak aktif dinamakan formulasi.
Formulasi sangat menentukan bagaimana pestisida dengan bentuk dan komposisi tertentu harus digunakan, berapa dosis atau takaran yang harus digunakan, berapa frekuensi dan interval penggunaan, serta terhadap jasad sasaran apa pestisida dengan formulasi tersebut dapat digunakan secara efektif. Selain itu, formulasi pestisida juga menentukan aspek keamanan penggunaan pestisida dibuat dan diedarkan dalam banyak macam formulasi, sebagai berikut :
Formulasi Padat
·         Wettable Powder (WP), merupakan sediaan bentuk tepung (ukuran partikel beberapa mikron) dengan kadar bahan aktif relatif tinggi (50 – 80%), yang jika dicampur dengan air akan membentuk suspensi. Pengaplikasian WP dengan cara disemprotkan.
·         Soluble Powder (SP), merupakan formulasi berbentuk tepung yang jika dicampur air akan membentuk larutan homogen. Digunakan dengan cara disemprotkan.
·         Butiran, umumnya merupakan sediaan siap pakai dengan konsentrasi bahan aktif rendah (sekitar 2%). Ukuran butiran bervariasi antara 0,7 – 1 mm. Pestisida butiran umumnya digunakan dengan cara ditaburkan di lapangan (baik secara manual maupun dengan mesin penabur).
·         Water Dispersible Granule (WG atau WDG), berbentuk butiran tetapi penggunaannya sangat berbeda. Formulasi WDG harus diencerkan terlebih dahulu dengan air dan digunakan dengan cara disemprotkan. 
·         Soluble Granule (SG), mirip dengan WDG yang juga harus diencerkan dalam air dan digunakan dengan cara disemprotkan. Bedanya, jika dicampur dengan air, SG akan membentuk larutan sempurna.
·         Tepung Hembus, merupakan sediaan siap pakai (tidak perlu dicampur dengan air) berbentuk tepung (ukuran partikel 10 – 30 mikron) dengan konsentrasi bahan aktif rendah (2%) digunakan dengan cara dihembuskan (dusting).
·         Formulasi Cair
·         Emulsifiable Concentrate atau Emulsible Concentrate (EC), merupakan sediaan berbentuk pekatan (konsentrat) cair dengan kandungan bahan aktif yang cukup tinggi. Oleh karena menggunakan solvent berbasis minyak, konsentrat ini jika dicampur dengan air akan membentuk emulsi (butiran benda cair yang melayang dalam media cair lainnya). Bersama formulasi WP, formulasi EC merupakan formulasi klasik yang paling banyak digunakan saat ini.
·         Water Soluble Concentrate (WCS), merupakan formulasi yang mirip dengan EC, tetapi karena menggunakan sistem solvent berbasis air maka konsentrat ini jika dicampur air tidak membentuk emulsi, melainkan akan membentuk larutan homogen. Umumnya formulasi ini digunakan dengan cara disemprotkan.
·         Aquaeous Solution (AS), merupakan pekatan yang bisa dilarutkan dalam air. Pestisida yang diformulasi dalam bentuk AS umumnya berupa pestisida yang memiliki kelarutan tinggi dalam air. Pestisida yang diformulasi dalam bentuk ini digunakan dengan cara
·         disemprotkan.
·         Soluble Liquid (SL), merupakan pekatan cair. Jika dicampur air, pekatan cair ini akan membentuk larutan. Pestisida ini juga digunakan dengan cara disemprotkan.
·         dengan volume ultra rendah, yaitu volume semprot antara 1 – 5 liter/hektar. Formulasi ULV umumnya berbasis minyak karena untuk penyemprotan dengan volume ultra rendah digunakan butiran semprot yang sangat halus.






















V.    PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pestisida adalah subtansi yang digunakan untuk membunuh atau mengendalikan berbagai hama. Kata pestisida berasal dari kata pest yang berarti hama dan cida yang berarti pembunuh. Jadi secara sederhana pestisida diartikan sebagai pembunuh hama yaitu tungau, tumbuhan pengganggu, penyakit tanaman yang disebabkan oleh fungi, bakteri, virus, nematode, siput, tikus, burung dan hewan lain yang dianggap merugikan.
Dampak negatif dari penggunaan pestisida oleh petani tidak menyurutkan petani untuk mengurangi penggunaan pestisida hal ini dapat diketahui dari beberapa hasil penelitian  menunjukkan adanya peningkatan penggunaan pestisida khususnya endosulfan dan cypermethrin, hal ini dapat berdampak pada bahaya kesehatan serta berbahaya pada lebah madu, ikan, burung serta pengembangbiakan insektisida.

5.2  Saran
Adapun saran saya dalam praktikum ini agar lebih mengarah ke cara-cara pengeplikasian suatu pestisida.  

      










DAFTAR PUSTAKA
Budiawan. 2000. Pengembangan Teknik P-Postlabelling untuk Mendeteksi Dini Risiko Kanker.  Risalah Pertemuan Ilmiah Penelitian, dan Pengembangan Teknologi Isotop dan Radiasi.
Butarbutar, J. 2009. Pestisida dan Pengendaliannya. Koperasi Serba Usaha “SUBUR” Provinsi Sumatera Utara. Medan. www.koperasisubur.com. Diakses tanggal 8 bulan 6 tahun 2016.
Cross, Paul. 2008. Comparative assessment of migrant farm workers health in conventional and organic horticultural system in the united kingdom. Science of The Total environment, 391 (1): 55-65.
Djojosumarto, P. 2008. Teknik Aplikasi Pestisida Pertanian. Kanisius: Yogyakarta.
Kementrian Pertanian, 2011. Pedoman Pembinaan Penggunaan Pestisida. Jakarta: Direktorat Jenderal Prasaranan dan Sarana Kementrian Pertanian.
Laba I Wayan, 2010. Analisis Empiris Penggunaan Insektisida Menuju Pertanian Berkelanjutan. Naskah disarikan dari bahan Orasi Profesor Riset di Bogor, Pengembangan Inovasi Pertanian volume 3;pp 120-137.
Nafees Mohammad, Muhammad Rasul Jan, Hisbullah Khan, 2008. Pesticide Use in Swat Valley, Pakistan (Exploring  Remedial Measures to Mitigate Environmental and Socioeconomic Impact, Agriculture Journal, Volume 28 No.3; pp 201-205.
Runia, Y. A. 2008. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Keracunan Pestisida Organofosfat, Karbamat Dan Kejadian Anemia Pada Petani Hortikultura Di Desa Tejosari Kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang. Tesis. Magister Kesehatan Lingkungan. Universitas Diponegoro. Dipublikasikan.
Saldana, T.M.,  Basso, O., Hoppin, J.A., Baird, Donna D., 2007. Pesticide Exposure and Self-Reported Gestational Diabetes Mellitus in the Agricultural Health Study. Medical Sciences—Endocrinology, volume 30, No.3 pp 529534.