LAPORAN PRAKTIKUM
PESTISIDA DAN TEKNIK APLIKASINYA
“Pengenalan Bentuk Fisik Pestisida dan
Formulasi Pestisida”
OLEH :
NAMA : SATRIA EKA WIJAYA
STAMBUK : D1B1 14 071
KELAS : C
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
2016
I.
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Pestisida adalah substansi kimia dan bahan lain serta jasad
renik dan virus yang digunakan untuk mengendalikan berbagai hama. Yang dimaksud
hama di sini adalah sangat luas, yaitu serangga, tungau, tumbuhan pengganggu,
penyakit tanaman yang disebabkan oleh fungi (jamur), bakteria dan virus,
kemudian nematoda (bentuknya seperti cacing dengan ukuran mikroskopis), siput,
tikus, burung dan hewan lain yang dianggap merugikan. Pestisida juga diartikan
sebagai substansi kimia dan bahan lain yang mengatur dan atau menstimulir
pertumbuhan tanaman atau bagian-bagian tanaman
Sesuai
konsep Pengendalian Hama Terpadu (PHT), penggunaan pestisida ditujukan bukan
untuk memberantas atau membunuh hama, namun lebih dititik beratkan untuk
mengendalikan hama sedemikian rupa hingga berada dibawah batas ambang ekonomi
atau ambang kendali. Selama ini, kita mengetahui bahwa pestisida sangat berguna
dalam membantu petani merawat pertaniannya. Pestisida dapat mencegah lahan
pertanian dari serangan hama. Hal ini berarti jika para petani menggunakan
pestisida, hasil pertaniannya akan meningkat dan akan membuat hidup para petani
menjadi semakin sejahtera. Dengan adanya pemahaman tersebut, pestisida sudah
digunakan di hampir setiap lahan pertanian. Namun sekarang ini banyak pemahaman
yang salah tentang penggunaan dosis dari pestisida ini. Para petani tidak
mengindahkan anjuran pemakaian yang telah diterapkan oleh pemerintah.
Penggunaan pestisida sintetik oleh sebagian besar petani Indonesia
cenderung pada satu jenis tertentu saja
dan takaran dosisnya berlebih, sehingga selain berdampak pencemaran lingkungan
juga berakibat terjadinya kekebalan dari hama atau penyakit tanaman yang ada.
Penyemprotan pestisida sintetik juga menyebabkan matinya musuh alami hama
maupun mikrobia antagonis sehingga akan mempermudah terjadinya ledakan hama
ataupun penyakit tertentu dan juga
dipercepat oleh pemusnahan musuh alami oleh insektisida yang
sebelumnya manahan spesies-spesies pada tingkat terkendali. Petani selama ini
tergantung pada penggunaan pestisida kimia untuk mengendalikan hama dan
penyakit tanaman. Selain yang harganya mahal, pestisida kimia juga banyak
memiliki dampak buruk bagi lingkungan dan kesehatan manusia. Dampak negatif
dari penggunaan pestisida kimia antara lain adalah: (1) hama menjadi kebal
(resisten); (2) peledakan hama baru (resurjensi); (3) penumpukan residu bahan
kimia di dalam hasil panen; (4)
terbunuhnya musuh alami; (5) pencemaran lingkungan oleh residu bahan kimia
Dari
Uraian diatas maka perlu adanya praktikum mengenai cara kalibrasi pestisida,
agar pengamplikasiannya tidak melebihi dari dosis yang telah ditentukan
B.
Tujuan
dan Kegunaan
Tujuan
dari praktikum ini adalah untuk mengetahui bentuk fisik pestisida serta
mengetahui formulasi pestisida.
Kegunaan
dari praktikum ini adalah praktikan mengetahui bentuk fisik pestisida serta
mengetahui formulasi pestisida.
II.
TINJAUAN
PUSTAKA
Pestisida merupakan bahan kimia yang
digunakan untuk membunuh hama, baik insekta, jamur maupun gulma. Pestisida
telah secara luas digunakan untuk tujuan memberantas hama dan penyakit tanaman
dalam bidang pertanian. Pestisida juga digunakan dirumah tangga untuk
memberantas nyamuk, kecoa dan berbagai serangga penganggu lainnya. Dilain pihak
pestisida ini secara nyata banyak menimbulkan keracunan pada orang (Kementan,
2007).
Pestisida merupakan bahan
kimia yang digunakan untuk membunuh hama, baik insekta, jamur maupun gulma.
Pestisida telah secara luas digunakan untuk tujuan memberantas hama dan
penyakit tanaman dalam bidang pertanian. Pestisida juga digunakan dirumah
tangga untuk memberantas nyamuk, kecoa dan berbagai serangga penganggu lainnya.
Dilain pihak pestisida ini secara nyata banyak menimbulkan keracunan pada orang
(Kementan, 2007).
Menurut Butarbutar (2009), pestisida
dalam bentuk teknis (technical grade) sebelum digunakan perlu diformulasikan
dahulu. Formulasi pestisida merupakan pengolahan (processing) yang ditujukan
untuk meningkatkan sifat-sifat yang berhubungan dengan keamanan, penyimpanan,
penanganan (handling), penggunaan, dan keefektifan pestisida. Pestisida yang
dijual telah diformulasikan sehingga untuk penggunaannya pemakai tinggal mengikuti
petunjuk-petunjuk yang diberikan dalam manual. Yang dimaksud dengan formulasi
(formulated product), ialah komposisi dan bentuk pestisida yang dipasarkan.
Pestisida yang terdapat dipasaran umumnya tidaklah merupakan bahan aktif 100%,
karena selain zat pengisi atau bahan tambahan yang tidak aktif 100%, karena
selain zat pengisi atau bahan tambahn yang tidak aktif (inert ingridient) juga
da yang berisi campuran dari 2 atau lebih pestisida.
Menurut Djojosumarto dalam Runia (2008), produk jadi yang
merupakan campuran fisik antara bahan aktif dan bahan tambahan yang tidak aktif
dinamakan formulasi. Formulasi sangat menentukan bagaimana pestisida dengan
bentuk dan komposisi tertentu harus digunakan, berapa dosis atau takaran yang
harus digunakan, berapa frekuensi dan interval penggunaan, serta terhadap jasad
sasaran apa pestisida dengan formulasi tersebut dapat digunakan secara efektif.
\
Formulasi sangat menentukan
bagaimana pestisida dengan bentuk dan komposisi tertentu harus digunakan,
berapa dosis atau takaran yang harus digunakan, berapa frekuensi dan interval
penggunaan, serta terhadap jasad sasaran apa pestisida dengan formulasi tersebut
dapat digunakan secara efektif. Selain itu, formulasi pestisida juga menentukan
aspek keamanan penggunaan pestisida dibuat dan diedarkan dalam banyak macam
formulasi, yaitu Formulasi Padat seperti Wettable Powder (WP), Soluble
Powder (SP), Butiran, Water Dispersible Granule (WG atau WDG), Soluble
Granule (SG) dan Tepung Hembus. Dan Formulasi Cair seperti Emulsifiable Concentrate atau
Emulsible Concentrate (EC), Water
Soluble Concentrate (WCS), Aquaeous
Solution (AS), Soluble Liquid (SL) dan Ultra Low Volume (ULV)
(Djojosumarto,
2008).
Pestisida adalah semua zat atau campuran zat yg khusus digunakan untuk mengendalikan,mencegah,atau
menangkis gangguan serangga,binatang
mengerat,nematoda,gulma,virus,bakteri,jasad renik yg dianggap hama. Dalam peraturan
menteri pertanian nomor : 07 /permentan /sr. 140 /2 /2007 mendefinisikan bahwa
pestisida adalah zat kimia atau bahan lain dan jasad renik
serta
virus yang digunakan untuk:
·
Memberantas atau
mencegah hama-hama tanaman,
bagian-bagian tanaman atau hasil-hasil pertanian,
·
Memberantas rerumputan,
·
Mematikan daun dan
mencegah pertumbuhan tanaman yang tidak
diinginkan,
·
Mengatur atau
merangsang pertumbuhan tanaman atau bagian-bagian tanaman, tidak termasuk pupuk,
·
Memberantas atau
mencegah hama-hama luar pada hewan-hewan
piaraan dan ternak,
·
Memberantas dan
mencegah hama-hama air,
·
Memberantas atau
mencegah binatang-binatang dan jasad-jasad renik dalam
·
rumah tangga, bangunan
dan alat-alat pengangkutan,dan
·
Memberantas atau mencegah binatang-binatang yang dapat
menyebabkan penyakit pada manusia atau binatang yang perlu dilindungi dengan
penggunaan pada tanaman, tanah atau air (Djojosumarto, 2008).
Beberapa studi menunjukkan
bukti kontribusi pajanan pestisida terhadap terjadinya beberapa gangguan
kesehatan dan penyakit. Studi mengenai pajanan pestisida yang dilakukan
dipakistan menunjukkan fungsi hati yang lebih buruk terjadi pada kelompok
pekerja yang terpajan pestisida dibandingkan kelompok pekerja yang tidak terpajan pestisida, sedangkan
kadar kolinesterase pada kelompok
pekerja yang terpajan pestisida menunjukkan angka yang lebih rendah
dibandingkan kelompok pekerja yang tidak terpajann pestisida. Pajanan bahan
toksik seperti pestisida, yang berlangsung terus menerus dalam jangka waktu
yang lama maupun gangguan fungsi hati yang kronis dapat meningkatkan risiko
kejadian sirosis hati (budiawan, 2000). Gangguan terhadap fungsi hati dan
penyakit hati seperti sirosis hati, akan mengganggu tugas hati dalam melakukan
biotransformasi dan detoksifikasi. Tidak optimalnya biotransformasi dan
detoksifikasi mengakibatkan makin besarnya efek buruk yang diakibatkan oleh
bahan toksik seperti pestisida. Pajanan
bahan toksik seperti pestisida, yang berlangsung terus menerus dalam
jangka waktu yang lama juga dapat meningkatkan risiko kejadian penyakit kanker,
diantaranya kanker hati (cross, 2008).
Keracunan kronis lebih sulit dideteksi karena tidak segera terasa
dan tidak menimbulkan gejala serta tanda yang spesifik. Namun, Keracunan kronis
dalam jangka waktu yang lama bisa menimbulkan gangguan kesehatan. Beberapa
gangguan kesehatan yang sering dihubungkan dengan penggunaan pestisida
diantaranya iritasi mata dan kulit, kanker, keguguran, cacat pada bayi, serta
gangguan saraf, hati, ginjal dan pernapasan. Berdasarkan studi litelatur bahwa
dampak dari paparan pestisida dapat menyebabkan Multiple myeloma, sarkoma,
kanker prostat dan pankreas, kanker rahim,
pankreas serta Hodgkin (Rich, 2006). Pemakaian pestisida mempunyai
risiko meningkatnya penyakit diabetis millitus gestasional pada istri pemakai
pestisida ditrisemester pertama.(Saldana, 2007)
Dampak negatif dari penggunaan pestisida
oleh petani tidak menyurutkan petani untuk mengurangi penggunaan pestisida hal ini
dapat diketahui dari beberapa hasil penelitian
Nafees (2008) adanya peningkatan penggunaan pestisida khususnya
endosulfan dan cypermethrin, hal ini dapat berdampak pada bahaya kesehatan
serta berbahaya pada lebah madu, ikan, burung serta pengembangbiakan
insektisida. Perlu adanya perhatian dalam pencampuran dalam menggunakan
pestisida serta kesadaran dan pencegahan. 19 % petani di Vietnam masih
menggunakan pestisida kelas I yang berbahaya bagi kesehatan petani, konsumen
serta organisme lain. (Van Hoi, 2009). Penggunaan pestisida yang berlebihan
akan meningkatkan biaya pengendalian, mempertinggi
kematian organisme non target serta dapat menurunkan kualitas lingkungan.
(Laba, 2010). Perubahan iklim yang terjadi dapat meningkatkan penggunaan bahan
aktif pestisida diprediksi sekitar 60% hingga tahun 2100. (Koleva, 2009).
III.
METODE PRAKTIKUM
A.
Tempat
dan Waktu
Praktikum ini
dilaksanakan pada hari Kamis pukul 10.00 -
Selesai, tanggal 25 Mei 2017 di Desa Alebo, Kel. Konda, Kab. Konawe Selatan dan
pada hari Selasa pukul 3.30 – Selesai, tanggal 30 Mei 2017 di Laboratorium Unit
Fitopatologi.
B.
Bahan
dan Alat
Alat
yang digunakan pada praktikum ini adalah buku penuntun, alat tulis menulis dan
camera.
Bahan
yang digunakan pada praktikum ini yaitu beberapa jenis pestisida seperti Insektisida, Rodentisida,
Herbitisida, Insektisida biologi, Insektisida sintetik dan Insektisida.
C.
Prosedur
Kerja
Prosedur kerja pada
praktikum pengenalan bentuk fisik pestisida adalah sebagai berikut:
- Mengidentifikasi semua jenis pestisida yang menjadi bahan praktikum.
- Mencatat jenis pestisida, formulasi, nama dagang, bahan aktif, komposisi dan organisme sasaran setiap pestisida yang menjadi bahan praktikum.
- Mengambil foto pestisida melalu camera sebagai dokumentasi.
IV.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Adapun hasil
dari praktikum pengenalan bentuk fisik pestisida seperti pada Tabel berikut.
Tabel 1. Hasil Praktikum Pengambilan
Contoh Benih.
No
|
Gambar
|
Keterangan
|
1.
|
Jenis : Insektisida/Nematisida
Formulasi : Padat/ butiran
Nama dagang : Furadan 3 gr
Bahan aktif : Karbofuran
Kandungan bahan aktif : Karbofuran 3%
Organisme target : penggerek batang,
lalat buah, wereng hijau, ganjur, penggerek pucuk, nematoda bintil akar dan
lundi/ uret.
Konsentrasi aplikasi
:
|
|
2.
|
Jenis : Fungisida
Formulasi : Padat
Nama dagang : Victory Mix 8/64 WT
Bahan aktif : Simoksanil dan Mankozeb
Kandungan bahan aktif : Simoksanil
8% dan Mankozeb 64 %
Organisme target : penyakit busuk
daun (Phytoptora infestans), hawar daun dan penyakit blas pada padi.
Konsentrasi aplikasi : kentang (2-4
g/l), tomat (2-4 g/l) dan padi (0,5-1 g/l)
|
|
3.
|
Jenis : insektisida
Formulasi : padat
Nama dagang : sevin
Bahan aktif : karbaril
Kandungan bahan aktif
: karbaril 85 %
Organisme target : belalang (Locusta migratoria), ulat grayat (Spodoptera litura), perusak daun (Plusiaa chalcites, Stomopteryx
subsecivella, Empoasca sp.), penggerek buah (Earias sp.), perusak daun (Plusia
chalcites), penggerek polong (Etiella
zinckenella), penggulung daun
(Lamproserna indicate) dan seterusnya.
Konsentrasi aplikasi : jagung (1-1,5
kg/ha), kacang tanah (1-1,5 kg/ha), kapas (1-2 kg/ha, kedelai (1-1,5 kg/ha)
dan kelapa (1-2 kg/ha) dan seterusnya.
|
|
4.
|
Jenis : insektisida biologi
Formulasi : padat
Nama dagang : turex
Bahan aktif : Delta endotoksin pada Bacillus thuringiensis, Var. aizawai
strain
Kandungan bahan aktif : Delta
endotoksin pada Bacillus thuringiensis,
Var. aizawai strain GC-91 :3,8 % 25.000IU/mg
Organisme target : perusak daun (Plutella xylostella, Crocidolomia
pavonana), penggerek buah (Heliothis
armigera), ulat grayat (Spodoptera
litura), ulat grayat (Spodoptera
litura) dan penggerek pucuk (Helicoverpa
armigera).
Konsentrasi aplikasi : kubis (0,75-1
g/l atau 1,5-2 g/l), tomat (1-2 g/l), kedelai (1-2 g/l) dan tembakau (0,5-1
g/l)
|
|
5.
|
Jenis : rodentisida
Formulasi : padat
Nama dagang : kresnakum
Bahan aktif : Brodifakum
Kandungan bahan aktif : Brodifakum
0,005 %
Organisme target :
semua jenis hama tikus
Konsentrasi aplikasi
: pengumpan siap pakai
|
|
6.
|
Jenis : fungisida
Formulasi : padat
Nama dagang : copcide 77 WP
Bahan aktif : tembaga hidroksida
Kandungan bahan aktif : tembaga
hidroksida 77%
Organisme target : bercak daun,
penyakit antranoksa dan penyakit busuk buah.
Konsentrasi aplikasi : cabai (2 g/l
untuk volume semprot 500 liter air/Ha) dan kakao (8 g/l untuk volume semprot
500 liter air/Ha)
|
|
7.
|
Jenis : insektisisda
Formulasi : cair / EC
Nama dagang : Decis
Bahan aktif : Deltametri
Kandungan bahan aktif
: Deltametri 25 g//l
Organisme target : hama pada tanaman
anggrek, apel, bawang merah, belimbing, cabai, jagung, jeruk, jarak, kacang
panjang, kacang hijau, kakao, kapas, kedelai, kelapa sawit, kentang, kubis,
ketimun, lada, mangga, melon, semangka, teh, tmbakau dan tomat.
Konsentrasi aplikasi
:
|
|
8.
|
Jenis : insektisida sistemik
Formulasi : cair
Nama dagang : trisula
Bahan aktif : monosultap
Kandungan bahan aktif
: monosultap 450 gr/l
Organisme target : thrips palmi, Bemisia tabaci (kutu kebul), penggerek
daun, Spodoptera exigua (ulat
grayat), wereng coklat dan pengggerek batang daun
Konsentrasi aplikasi : bawang merah (1,5-2 ml/l, kentang (0,25-0,5
ml/l), padi (0,5-1 ml/l dan 0,75-1,5 ml/l)
|
|
9.
|
Jenis : herbisida
Formulasi : cair
Nama dagang : gramaxon
Bahan aktif : parakuat diklorida
Kandungan bahan aktif : parakuat
diklorida 276 g/l
Organisme target : gulma berdaun
lebar, gulam berdaun sempit, teki, anakan sawit, lahan tanp tanaman.
Konsentrasi aplikasi
:
|
|
10.
|
Jenis : insektisida
Formulasi : cair
Nama dagang : sergap
Bahan aktif : klorpirilos
Kandungan bahan aktif : klorpirilos
410 g/l
Organisme target : ulat grayat (Spodoptera exigua) dan kutu daun (Aphis sp.).
Konsentrasi aplikasi : bawang daun
(ulat grayat 1,5-2 ml/l dan kutu daun 1,5-2 ml/l)
|
|
11.
|
Jenis : insektisida
Formulasi : cair
Nama dagang : sidazinon
Bahan aktif : diazinon
Kandungan bahan aktif : 600 g/l
Organisme target : lalat karet, ulat
kentang, perusak daun dan ulat crop (jeruk, kedelai kelapa sawit, kubis dan
sawi).
Konsentrasi aplikasi
:
|
|
12.
|
Jenis : herbisida buatan
Formulasi : cair
Nama dagang : round up
Bahan aktif : isopropilamina glifosfat
Kandungan bahan aktif : 4,86 g/l
Organisme target : gulma pada tanaman
cengkeh, kakao, karet, the, akasia, kopi, jagung, kedelai, padi gogo, kelapa
sawit, kelapa dan tanpa olah tanah.
Konsentrasi aplikasi
:
|
|
4.2
Pembahasan
Pestisida adalah subtansi
yang digunakan untuk membunuh atau mengendalikan berbagai hama. Kata pestisida
berasal dari kata pest yang berarti hama dan cida yang berarti
pembunuh. Jadi secara sederhana pestisida diartikan sebagai pembunuh hama yaitu
tungau, tumbuhan pengganggu, penyakit tanaman yang disebabkan oleh fungi,
bakteri, virus, nematode, siput, tikus, burung dan hewan lain yang dianggap
merugikan.
Peraturan menteri Pertanian Nomor : 07
/Permentan /SR. 140 /2 /2007 mendefinisikan bahwa pestisida adalah zat kimia
atau bahan lain dan jasad renik
serta
virus yang digunakan untuk: 1) memberantas atau mencegah hama-hama tanaman,
bagian-bagian tanaman atau hasil-hasil pertanian, 2) Memberantas rerumputan, 3)
Mematikan daun dan mencegah pertumbuhan tanaman yang tidak
diinginkan,
4) Mengatur atau merangsang pertumbuhan tanaman atau bagian-bagian tanaman, tidak termasuk pupuk, 5) Memberantas
atau mencegah hama-hama luar pada
hewan-hewan piaraan dan ternak, 6) Memberantas dan mencegah hama-hama air, 7) Memberantas atau mencegah
binatang-binatang dan jasad-jasad renik dalam rumah tangga, bangunan dan
alat-alat pengangkutan,dan 8) Memberantas atau mencegah binatang-binatang yang
dapat menyebabkan penyakit pada manusia atau binatang yang perlu dilindungi
dengan penggunaan pada tanaman, tanah atau air.
Bahan terpenting dalam pestisida yang bekerja aktif terhadap hama
sasaran disebut bahan aktif. Dalam pembuatan pestisida di pabrik, bahan aktif
tersebut tidak dibuat secara murni (100%) tetapi bercampur sedikit dengan bahan-bahan
pembawa lainnya. Produk jadi yang merupakan campuran fisik antara bahan aktif
dan bahan tambahan yang tidak aktif dinamakan formulasi.
Formulasi sangat menentukan
bagaimana pestisida dengan bentuk dan komposisi tertentu harus digunakan,
berapa dosis atau takaran yang harus digunakan, berapa frekuensi dan interval
penggunaan, serta terhadap jasad sasaran apa pestisida dengan formulasi
tersebut dapat digunakan secara efektif. Selain itu, formulasi pestisida juga
menentukan aspek keamanan penggunaan pestisida dibuat dan diedarkan dalam
banyak macam formulasi, sebagai berikut :
Formulasi Padat
·
Wettable
Powder (WP), merupakan sediaan
bentuk tepung (ukuran partikel beberapa mikron) dengan kadar bahan aktif
relatif tinggi (50 – 80%), yang jika dicampur dengan air akan membentuk
suspensi. Pengaplikasian WP dengan cara disemprotkan.
·
Soluble
Powder (SP), merupakan formulasi
berbentuk tepung yang jika dicampur air akan membentuk larutan homogen.
Digunakan dengan cara disemprotkan.
·
Butiran,
umumnya merupakan sediaan siap pakai dengan konsentrasi bahan aktif rendah
(sekitar 2%). Ukuran butiran bervariasi antara 0,7 – 1 mm. Pestisida butiran
umumnya digunakan dengan cara ditaburkan di lapangan (baik secara manual maupun
dengan mesin penabur).
·
Water
Dispersible Granule (WG atau
WDG), berbentuk butiran tetapi penggunaannya sangat berbeda. Formulasi WDG
harus diencerkan terlebih dahulu dengan air dan digunakan dengan cara
disemprotkan.
·
Soluble
Granule (SG), mirip dengan WDG yang
juga harus diencerkan dalam air dan digunakan dengan cara disemprotkan.
Bedanya, jika dicampur dengan air, SG akan membentuk larutan sempurna.
·
Tepung
Hembus, merupakan sediaan siap pakai (tidak perlu dicampur dengan air)
berbentuk tepung (ukuran partikel 10 – 30 mikron) dengan konsentrasi bahan
aktif rendah (2%) digunakan dengan cara dihembuskan (dusting).
·
Formulasi
Cair
·
Emulsifiable
Concentrate atau Emulsible
Concentrate (EC), merupakan sediaan berbentuk pekatan (konsentrat) cair
dengan kandungan bahan aktif yang cukup tinggi. Oleh karena menggunakan solvent
berbasis minyak, konsentrat ini jika dicampur dengan air akan membentuk
emulsi (butiran benda cair yang melayang dalam media cair lainnya). Bersama
formulasi WP, formulasi EC merupakan formulasi klasik yang paling banyak
digunakan saat ini.
·
Water
Soluble Concentrate (WCS),
merupakan formulasi yang mirip dengan EC, tetapi karena menggunakan sistem solvent
berbasis air maka konsentrat ini jika dicampur air tidak membentuk emulsi,
melainkan akan membentuk larutan homogen. Umumnya formulasi ini digunakan
dengan cara disemprotkan.
·
Aquaeous
Solution (AS), merupakan pekatan yang
bisa dilarutkan dalam air. Pestisida yang diformulasi dalam bentuk AS umumnya
berupa pestisida yang memiliki kelarutan tinggi dalam air. Pestisida yang
diformulasi dalam bentuk ini digunakan dengan cara
·
disemprotkan.
·
Soluble
Liquid (SL), merupakan pekatan
cair. Jika dicampur air, pekatan cair ini akan membentuk larutan. Pestisida ini
juga digunakan dengan cara disemprotkan.
·
dengan
volume ultra rendah, yaitu volume semprot antara 1 – 5 liter/hektar. Formulasi
ULV umumnya berbasis minyak karena untuk penyemprotan dengan volume ultra
rendah digunakan butiran semprot yang sangat halus.
V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pestisida
adalah subtansi yang digunakan untuk membunuh atau mengendalikan berbagai hama.
Kata pestisida berasal dari kata pest yang berarti hama dan cida
yang berarti pembunuh. Jadi secara sederhana pestisida diartikan sebagai
pembunuh hama yaitu tungau, tumbuhan pengganggu, penyakit tanaman yang
disebabkan oleh fungi, bakteri, virus, nematode, siput, tikus, burung dan hewan
lain yang dianggap merugikan.
Dampak negatif dari
penggunaan pestisida oleh petani tidak menyurutkan petani untuk mengurangi penggunaan
pestisida hal ini dapat diketahui dari beberapa hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan penggunaan
pestisida khususnya endosulfan dan cypermethrin, hal ini dapat berdampak pada
bahaya kesehatan serta berbahaya pada lebah madu, ikan, burung serta
pengembangbiakan insektisida.
5.2
Saran
Adapun
saran saya dalam praktikum ini agar lebih mengarah ke cara-cara pengeplikasian suatu
pestisida.
DAFTAR
PUSTAKA
Budiawan. 2000. Pengembangan Teknik P-Postlabelling untuk
Mendeteksi Dini Risiko Kanker. Risalah
Pertemuan Ilmiah Penelitian, dan Pengembangan Teknologi Isotop dan Radiasi.
Butarbutar, J. 2009. Pestisida dan Pengendaliannya. Koperasi Serba
Usaha “SUBUR” Provinsi Sumatera Utara. Medan. www.koperasisubur.com. Diakses tanggal
8 bulan 6 tahun 2016.
Cross, Paul. 2008. Comparative assessment of migrant farm
workers health in conventional and organic horticultural system in the united
kingdom. Science of The Total environment, 391 (1): 55-65.
Djojosumarto,
P. 2008. Teknik Aplikasi Pestisida
Pertanian. Kanisius: Yogyakarta.
Kementrian
Pertanian, 2011. Pedoman Pembinaan Penggunaan Pestisida. Jakarta:
Direktorat Jenderal Prasaranan dan Sarana Kementrian Pertanian.
Laba I Wayan, 2010. Analisis Empiris Penggunaan Insektisida Menuju
Pertanian Berkelanjutan. Naskah disarikan dari bahan Orasi Profesor Riset di
Bogor, Pengembangan Inovasi Pertanian volume 3;pp 120-137.
Nafees Mohammad, Muhammad Rasul Jan, Hisbullah Khan, 2008.
Pesticide Use in Swat Valley, Pakistan (Exploring Remedial Measures to Mitigate Environmental
and Socioeconomic Impact, Agriculture Journal, Volume 28 No.3; pp 201-205.
Runia, Y. A. 2008. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Keracunan
Pestisida Organofosfat, Karbamat Dan Kejadian Anemia Pada Petani Hortikultura
Di Desa Tejosari Kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang. Tesis. Magister
Kesehatan Lingkungan. Universitas Diponegoro. Dipublikasikan.
Saldana, T.M., Basso, O.,
Hoppin, J.A., Baird, Donna D., 2007. Pesticide Exposure and Self-Reported
Gestational Diabetes Mellitus in the Agricultural Health Study. Medical
Sciences—Endocrinology, volume 30, No.3 pp 529534.