Minggu, 01 April 2018

Laporan Lengkap Praktikum Survei Dan Evaluasi Lahan



LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM
SURVEY TANAH DAN EVALUASI LAHAN





 











Oleh :
SATRIA EKA WIJAYA
D1B1 14 071










PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
2017





LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM
SURVEY TANAH DAN EVALUASI LAHAN




  
 










Oleh :
SATRIA EKA WIJAYA
D1B1 14 071








Di Ajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mengikuti Ujian Praktikum Survei Tanah dan Evaluasi Lahan





PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
2017




HALAMAN PENGESAHAN
Judul                 : Laporan Lengkap Survei Tanah dan Evaluasi Lahan
Nama                 : Satria Eka Wijaya
NIM                  : D1B114071
Program studi    : Agroteknologi
Jurusan              : Agroteknologi

Kendari,     Mei 2017

Menyetujui,

Koordinator Mata Kuliah Survei Tanah
dan Evaluasi Lahan                                                               Asisten


Dr. Hasbullah Syaf, S. P, M. Si                                            La Mpia, S. P, M. P
  NIP.19610608 198602 1 001



Tanggal/Pengesahan :

I.         PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Kebutuhan lahan yang semakin meningkat, langkanya lahan pertanian yang subur dan potensial, serta adanya persaingan penggunaan lahan antara sektor pertanian dan non-pertanian, memerlukan teknologi tepat guna dalam upaya mengoptimalkan penggunaan lahan secara berkelanjutan. Untuk dapat memanfaatkan sumber daya lahan secara terarah dan efisien diperlukan tersedianya data dan informasi yang lengkap mengenai keadaan iklim, tanah dan sifat lingkungan fisik lainnya, serta persyaratan tumbuh tanaman yang diusahakan, terutama tanaman-tanaman yang mempunyai peluang pasar dan arti ekonomi cukup baik. Data iklim, tanah, dan sifat fisik lingkungan lainnya yang berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman serta terhadap aspek manajemennya perlu diidentifikasi melalui kegiatan survei dan pemetaan sumber daya lahan. Data sumber daya lahan ini diperlukan terutama untuk kepentingan perencanaan pembangunan dan pengembangan pertanian. Data yang dihasilkan dari kegiatan survei dan pemetaan sumber daya lahan masih sulit untuk dapat dipakai oleh pengguna (users) untuk suatu perencanaan tanpa dilakukan interpretasi bagi keperluan tertentu.
Lahan sebagai sumber daya alam terdiri atas tanah dan kondisi lingkungannya, mempunyai keterbatasan dalam pemamfaatanya, sehingga diperlukan suatu perencanaan yang matang dalam penggunaanya agar dapat dimamfaatkan secara tepat dan berkesinambungan (Ashraf dan Normohammadan, 2011; Lehman dan Stahr, 2010). Menurut Masganti et al. (2013), untuk menjaga lahan dari degradasi maka salah satu strategi yang harus dilakukan adalah menggunakan atau memamfaatkan lahan sesuai dengan kemampuan dan kesesuaiannya.
Penentuan kesesuaian lahan dengan persyaratan tumbuhnya tanaman sangat diperlukan terutama dalam perencanaan pengembangan komoditas pertanian (Boix dan Zinck, 2008; Tjokrokusumo, 2002. Hal ini penting karena untuk mengetahui potensi pengembang tanaman sangat diperlukan pewilayahan komoditas berdasarkan kelas kekesuaian lahan sehingga tanaman tersebut mampu tumbuh selaras dengan iklim dan kondisi lahan yang ada (makaborang et al., 2009).
Babalola et al. (2011) menyatakan bahwa untuk pengembangan suatu      komoditas diperlukan beberapa persyaratan seperti adanya  kesesuaian  dalam  pemilih an komoditas unggulan pada suatu wilayah pengembangannya, adanya potensi sumberdaya  wilayah  berupa  lahan, agroklimat, tenaga kerja, sarana maupun prasarana sosial ekonomi serta kondisi sosial ekonomi dan budaya masyarakat.
Berdasarkan hal tersebut, untuk dapat memanfaatkan lahan Kebun Percobaan II Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo secara tepat dan berkesinambungan serta untuk menghindari resiko penurunan produktifitas lahan akibat penggunaan yang tidak sesuai, maka diperlukan praktikum survei dan evaluasi lahan.
B.       Tujuan
Tujuan praktikum ini adalah mengevaluasi kesesuaian lahan untuk pengembangan tanaman serai wangi, akar wangi, jahe, kencur dan kunyit  di Kebun Percobaan II Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo.
C.      Manfaat
Manfaat praktikum ini yaitu mahasiswa dapat mengetahui cara penggunaan alat-alat survei serta mempraktekannya dilapangan, mahasiswa dapat mengetahuai cara menginterpretasikan data dan mengevaluasi kesesuaian lahan pada beberapa jenis tanaman.

II.      TINJAUAN PUSTAKA
A.      Sumber Daya Lahan
Pemanfaatan lahan sebagai sumberdaya alam, khusunya dalam pengembangan suatu komoditas pertanian perlu mempertimbangkan aspek-aspek kelestarian lingkungan dan harus sesuai dengan tingkat kesesuaian dan potensi lahan tersebut (Cothing dan Kidd, 2010; Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2007).
Berdasarkan hasil evaluasi karakteristik sumber daya lahan dan iklim peta skala 1:1.000.000, dari luas daratan Indonesia sekitar 188,20 juta ha, lahan yang sesuai untuk pengembangan pertanian mencapai 100,80 juta ha (Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat 2001; Adimihardja et al. 2005).
B.       Survei Tanah
Survey merupakan pekerjaan pengumpulan data fisika, kimia di lapangan maupun data analisis di laboratorium dengan tujuan pendugaan penggunaan lahan tepat secara umum maupun khusus. Suatu tanah memiliki kegunaan jika tepat pemetaannya, tepat mencari lokasi yang di survey dan didukung oleh peta dasar yang baik, tepat dalam mendeskripsikan profil dalam menetapkan sifat morfologinya, teliti dalam pengambilan contoh tanah dan benar dalam menganalisa dilaboratorium (Abdullah, 2003).
Survei tanah adalah pengamatan yang di lakukan secara sistematis, disertai dengan mendeskripsikan, mengklasifikasikan dan memetakan tanah di suatu daerah tertentu (Brady and Weil, 2004).
C.      Evaluasi Lahan
Evaluasi lahan (land evaluation atau land assessment) adalah menentukan nilai potensi suatu lahan untuk tujuan tertentu. Usaha ini dapat dikatakan melalui usaha klasifikasi teknis bagi suatu daerah. Kesesuaian lahan (Land suitability) adalah potensi lahan yang didasarkan atas kesesesuaian lahan untuk penggunaan pertanian secara lebih khusus seperti padi sawah dengan irigasi dan pemumpukan lengkap, kedelai dengan mekanisasi, karet dengan teknologi tinggi, dan sebagainya. (Hardjowigeno, 2007)
Dalam kesesuaian lahan dikenal kesesuaian lahan aktual yaitu kesesuaian lahan yang dilakukan pada kondisi penggunaan lahan sekarang tanpa masukan perbaikan dan kesesuaian lahan potensial yaitu kesesuaian lahan yang dilakukan pada kondisi setelah diberikan masukan perbaikan seperti : penambahan pupuk, pengairan atau terasering; tergantung dari jenis faktor pembatasnya. Penilaian kesesuaian lahan dilakukan dengan mencocokkan (matching) antara kualitas lahan dan karakteristik lahan (sifat fisik dan kimia lahan) sebagai parameter dengan kriteria kelas kesesuaian lahan yang telah disusun berdasarkan persyaratan penggunaan atau persyaratan tumbuh tanaman atau komoditas pertanian yang dievaluasi (Djaenudin et al. 2003) Evaluasi kesesuaian lahan dilakukan dengan cara membandingkan persyaratan penggunaan
lahan dengan kualitas (karakteristik) lahannya.Bila semua persyaratan penggunaan lahan dapat dipenuhi oleh kualitas (karakteristik) lahan yang ada maka lahan tersebut masuk kelas sesuai untuk penggunaan lahan yang dimaksud. Sebaliknya bila ada salah satu kualitas atau karakterisik yang tidak sesuai, maka lahan tersebut termasuk dalam kelas tidak sesuai (Hardjowigeno, 2007) Kelas kesesuaian lahan merupakan pembagian lebih lanjut dari ordo dan menggambarkan tingkat kesesuaian dari suatu ordo. Tingkat dalam kelas ditunjukkan oleh angka (nomor urut) yang ditulis di belakang simbol ordo.
Pembagian dan definisi kualitatif masing-masing kelas jika menggunakan 3 kelas untuk ordo sesuai dan 2 kelas untuk ordo tidak sesuai, adalah sebagai berikut :
Kelas S1 (sangat sesuai), yaitu lahan yang tidak mempunyai pembatas yang berat untuk penggunaan secara lestari atau hanya mempunyai pembatas tidak berarti.
 Kelas S2 (cukup sesuai) yaitu lahan yang mempunyai pembatas agak berat untuk mempertahankan tingkat pengelolaan yang harus dilakukan.
Kelas S3 (sesuai marginal) yaitu lahan yang mempunyai pembatas yang sangat berat untuk mempertahankan tingkat pengelolaan yang harus dilakukan.
Kelas N1 (tidak sesuai saat ini) yaitu lahan yang mempunyai pembatas yang lebih berat, tapi masih mungkin diatasi, tetapi tidak dapat diperbaiki dengan tingkat pengetahuan sekarang ini dengan biaya yang rasional.Kelas N2 (tidak sesuai selamanya) yaitu lahan yang mempunyai pembatas yang sangat berat, sehingga tidak mungkin digunakan bagi suatu penggunaan yang lestari (Rayes, 2006)
D.      Karakteristik Lahan dan Kualitas Lahan
Kualitas lahan adalah sifat-sifat pengenal atau attribute yang bersifat kompleks dari sebidang lahan. Setiap kualitas lahan mempunyai keragaan (performance) yang berpengaruh terhadap kesesuaiannya bagi penggunaan tertentu dan biasanya terdiri atas satu atau lebih karakteristik lahan (land characteristics). Kualitas lahan ada yang bisa diestimasi atau diukur secara langsung di lapangan, tetapi pada umumnya ditetapkan berdasarkan karakteristik
Karakteristik lahan yang erat kaitannya untuk keperluan evaluasi lahan dapat dikelompokkan ke dalam 3 faktor utama, yaitu topografi, tanah dan iklim. Karakteristik lahan tersebut (terutama topografi dan tanah) merupakan unsur pembentuk satuan peta tanah. Karakteristik lahan adalah sifat lahan yang dapat diukur atau diestimasi. Dari beberapa pustaka menunjukkan bahwa penggunaan karakteristik lahan untuk keperluan evaluasi lahan bervariasi. Sebagai gambaran Tabel 1 menunjukkan variasi dari karakteristik lahan yang digunakan sebagai parameter dalam evaluasi kesesuaian lahan oleh beberapa sumber (Staf PPT, 1983; Bunting, 1981; Sys et al., 1993; CSR/FAO, 1983; dan Driessen, 1971).
Tabel 1. Karakteristik lahan yang digunakan sebagai parameter dalam evaluasi lahan.
Staf PPT (1983)
Bunting (1981)
Sys et al. (1993)
CSR/FAO (1983)
Driessen (1971)
Tipe hujan (Oldeman et al.)
Periode pertumbuhan tanaman
Temperatur rerata (°C) atau elevasi
Temperatur rerata (°C) atau elevasi
Lereng
Kelas drainase
Temperatur rerata pada periode pertumbuhan
Curah hujan (mm)
Curah hujan (mm)
Mikrorelief
Sebaran besar butir (lapisan atas)
Curah hujan tahunan
Lamanya masa kering (bulan)
Lamanya masa kering (bulan)
Keadaan batu
Kedalaman efektif
Kelas drainase
Kelembaban udara
Kelembaban udara
Kelas drainase
Ketebalan gambut
Tekstur tanah
Kelas Drainase
Kelas drainase
Regim kelembaban
Dekomposisi gambut/jenis gambut
Kedalaman perakaran
Tekstur/Struktur
Tekstur
Salinitas/ alkalinitas
KTK
Reaksi tanah (pH)
Bahan kasar
Bahan kasar
Kejenuhan basa
Kejenuhan basa
Salinitas/ DHL
Kedalaman tanah
Kedalaman tanah
Reaksi tanah (pH)
Reaksi tanah (pH)
Pengambilan hara (N, P, K) oleh tanaman
KTK liat
Ketebalan gambut
Kadar pirit
C-organik
Pengurasan hara (N, P, K) dari tanah
Kejenuhan basa
Kematangan gambut
Kadar bahan organic
P-tersedia

Reaksi tanah (pH)
KTK liat
Tebal bahan organic
Salinitas/DHL

C-organik
Kejenuhan basa
Tekstur
Kedalaman pirit

Aluminium
Reaksi tanah (pH)
Struktur, porositas, dan tingkatan
Lereng (%)/mikrorelief

Salinitas/DHL
C-organik
Macam liat
Erosi

Alkalinitas
Aluminium
Bahan induk/ cadangan mineral
Kerusakan karena banjir

Lereng
Salinitas/DHL
Kedalaman efektif
Batu dan kerikil, penghambat pengolahan tanah

Genangan
Alkalinitas

Pori air tersedia

Batuan di permukaan
Kadar pirit

Penghambat pertumbuhan karena kekurangan air

CaCO3
Lereng

Kesuburan tanah

Gypsum
Bahaya erosi

Permeabilitas lapisan atas

Jumlah basa total
Genangan




Batuan di permukaan




Singkapan batuan


Karakteristik lahan yang digunakan pada Juknis ini adalah: temperatur udara, curah hujan, lamanya masa kering, kelembaban udara, drainase, tekstur, bahan kasar, kedalaman tanah, ketebalan gambut, kematangan gambut, kapasitas tukar kation liat, kejenuhan basa, pH H2O, C-organik, salinitas, alkalinitas, kedalaman bahan sulfidik, lereng, bahaya erosi, genangan, batuan di permukaan, dan singkapan batuan. Setiap satuan peta lahan/tanah yang dihasilkan dari kegiatan survei dan/atau pemetaan sumber daya lahan, karakteristik lahan dapat dirinci dan diuraikan yang mencakup keadaan fisik lingkungan dan tanahnya. Data tersebut digunakan untuk keperluan interpretasi dan evaluasi lahan bagi komoditas tertentu. Setiap karakteristik lahan yang digunakan secara langsung dalam evaluasi ada yang sifatnya tunggal dan ada yang sifatnya lebih dari satu karena mempunyai interaksi satu sama lainnya. Karenanya dalam interpretasi perlu mempertimbangkan atau memperbandingkan lahan dengan penggunaannya dalam pengertian kualitas lahan. Sebagai contoh ketersediaan air sebagai kualitas lahan ditentukan dari bulan kering dan curah hujan rata-rata tahunan, tetapi air yang dapat diserap tanaman tentu tergantung pula pada kualitas lahan lainnya, seperti kondisi atau media perakaran, antara lain tekstur tanah dan kedalaman zone perakaran tanaman yang bersangkutan.

III.   METODOLOGI PRAKTIKUM
A. Tempat dan Waktu
Praktikum ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo pada bulan Maret sampai dengan April 2015.
B. Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu air, dan sampel tanah. Sedangkan alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu bor, kompas tembak, patok, parang, tali raffia, jarum pentul, meteran rol, kertas label, kertas karton, kertas karkil, mistar, buku munsel, alat tulis menulis, dan kamera.
C. Prosedur Praktikum
Prosedur praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Tahap Persiapan
Tahapan persiapan merupakan tahap awal yang dilakukan dalam kegiatan survei dan evaluasi lahan, hal yang dilakukan yaitu menyiapkan semua bahan dan alat yang akan digunakan. Setelah itu menentukan titik awal, kemudian menetukan titik koordinat menggunakan kompas tembak, dengan melakukan hal ini maka kita akan mengetahui besar derajat dari sebuah titik, setelah itu menarik garis lurus menggunakan meteran dari titik koordinat satu ke titik koordinat yang lainnya, kemudian membuat patokan di setiap titik yang telah ditentukan. Hal yang sama terus dilakukan sampai dengan titik akhir. Kemudian membuat peta kerja berdasarkan data yang telah diperoleh. Peta dibuat dengan menggunakan skala 1 : 2000.
2. Tahap Operasi Lapangan
            Tahap operasi lapangan dibagi menjadi beberapa tahap sebagai berikut:
a.    Pengamatan Pemboran
            Pengamatan pemboran dilakukan dengan metode grid, setelah itu dilakukan pemboran sesuai dengan titik yang telah ditentukan. Pemboran dilakukan dengan mengguanakan alat bor yang telah disediakan dengan kedalaman awal yaitu 15 cm sesuai dengan panjang mata bor yang digunakan, kemudian pengambilan sampel tanah dilakukan sampai mendapat batuan induk atau sampai dengan kedalaman alat bor yang digunakan.
b. Pembuatan SPT
Pembuatan SPT dibuat dengan melihat peta wilayah/lereng, peta drainase tanah, peta kedalaman tanah, peta tekstur tanah, peta warna (lapisan atas 0-30 cm, dan lapisan bawah 30-50 cm), dan peta sikapan batuan. Dengan SPT yang terbetuk 16 satuan peta tanah (SPT). Selanjutnya adalah melakukan pemboran terhadap 16 SPT dan mengamati tekstur, kedalam perakaran, permeabilitas, C-organik, salnitas, pH tanah, drainase, bahaya banjir dan sikapan batuan.
D. Analisis Data
            Data dianalisis dengan menggunakan metode matching. Metode matching atau pencocokan merupakan metode pencocokan antara karakteristik serta kualitas lahan dengan kriteria kelas kemampuan lahan.  Pencocokan tiap parameter didasari atas klasifikasi parameter kemampuan lahan. Kelas kemampuan lahan dari tiap unit pemetaan yang dalam hal ini berupa satuan lahan didapat berdasar penyimpulan seluruh kelas kemampuan lahan dari parameter-parameter yang digunakan. Selanjutnya dilakukan evaluasi keseuaian lahan dengan berbagai jenis tanaman.







Secara sederhana dapat di lihat pada bagan alir sebagai berikut:













 













IV.         HASIL DAN PEMBAHASAN
A.      Hasil Pengamatan
1.       Gambaran Umum Wilayah
a.      Keadaan Geografi
            Praktikum terletak dalam lingkungan kampus Universitas Halu Oleo Kelurahan Kambu Kecamatan Kambu Kota Kendari. Secara  administratif kebun percobaan II FP-UHO berbatasan :
ü  Di sebelah Utara dengan Asrama Bidikmisi
ü  Di sebelah Timur dengan perumahan dosen
ü  Di sebelah Selatan dengan Kebun Raya
ü  Di sebelah Barat dengan Laboratorium Lapangan Peternakan
            Letak kebun percobaan ini berada dalam lingkungan kampus Universitas Halu Oleo.
b.  Keadaan Iklim
            Seperti halnya daerah lain sebagian besar wilayah Indonesia, daerah praktikum dikenal dua musim yaitu kemarau dan musim hujan. Menurut data yang ada bahwa di Kecamatan Kambu tahun 2016 terjadi curah hujan 1.560 mm/tahun dan kelembaban udara rata-rata 83,08 % dengan suhu 28,890C.
c.    Keadaan Topografi dan Bentuk Wilayah
            Berdasarkan hasil survei lapangan, fisiografi lokasi praktikum yang secara umum berupa dataran rendah, Bentuk wilayah lahan II secara umum yaitu cembung lurus,
d.   Keadaan Vegetasi dan Penggunaan Lahan
            Komoditas yang ada dilahan Kebun Percobaan II FP-UHO yaitu komoditas pangan (Padi Gogo, Jagung, Ubi Kayu), komoditas perkebunan (Jeruk, Durian) dan komoditas hortikultura (cabai, kacang panjang, buah naga), komoditas kehutanan (pohon mahoni) dan vegetasi gulma yang didominasi gulma teki-tekian. Penggunaan lahan dilokasi praktikum terdiri atas untuk kebun campuran, karena terdiri berbagai tanaman yang ada dalam satu lahan.
2.        Kondisi Iklim di Kebun Percobaan II FP-UHO
a.        Indeks kekeringan menurut Marthone

Tabel 2. Indeks kekeringan di Kebun Percobaan II FP-UHO menurut Marthone
Tahun
Indeks Kekeringan
2007
81,19
2008
85,01
2009
34,86
2010
137,18
2011
61,97
2012
46,61
2013
101,00
2014
73,44
2015
48,29
2016
81,31

75,09


            Berdasarkan hasil perhitungan menurut marthone bahwa kategori iklim agak basah karena indeks kekeringan > 30.






Grafik 1. Indeks Indeks kekeringan di Kebun Percobaan II FP-UHO menurut Marthone
b.        Klasifikasi iklim Thronthwaite
     Klasifikasi iklim kota kendari berdasarkan Thronthwaite
Tabel 3. Klasifikasi iklim di Kebun Percobaan II FP-UHO menurut Thronthwaite
Tahun
Evapotranspirasi (EP)
2007
213,1847
2008
201,425
2009
206,7699
2010
205,7922
2011
201,8875
2012
202,1864
2013
206,6819
2014
203,5355
2015
204,4365
2016
212,568
            Termasuk klasifikasi iklim hutan hujan tropik
c.         Klasifikasi Iklim Smith ferguson
     Klasifikasi iklim kota kendari berdasarkan Smith ferguson.
Tabel 4. Klasifikasi iklim di Kebun Percobaan II FP-UHO menurut Smith ferguson.
Tahun
Bulan basah
Bulan kering
Bulan lembab
2007
9
2
1
2008
9
1
2
2009
6
5
1
2010
12
0
0
2011
8
1
3
2012
7
3
2
2013
9
3
0
2014
6
3
3
2015
7
5
0
2016
8
2
2
Rerata
8,1
2,5
1,4

Q
30,87


Tipe iklim B
Agak basah
d.        Klasifikasi iklim Koppen
            Tipe iklim pada kota kendari menurut Koppen termasuk tipe iklim A karena memiliki suhu bulanan >180C dan termasuk  iklim basah tipe f karena memiliki > 66 mm/bulan sehingga  termasuk tipe iklim Af yaitu iklim hujan tropika.
e.         Klasifikasi Iklim Mohr
     Klasifikasi iklim kota kendari berdasarkan Mohr.
Tabel 5. Klasifikasi iklim di Kebun Percobaan II FP-UHO menurut Mohr.
Kriteria
Jumlah
Bulan basah
8
Bulan lembab
3
Bulan kering
1
Tipe Iklim B1 termasuk agak basah

f.         Klasifikasi Iklim Oldeman
     Klasifikasi iklim kota kendari berdasarkan Oldeman
Tabel 6. Klasifikasi iklim di Kebun Percobaan II FP-UHO menurut Mohr.
Jumlah bulan berturut-turut
Jumlah
Bulan basah
3
Bulan lembab
1
Bulan kering
4


            Hasil perhitungan bulan basah dan bulan kering bahwa klasfikasi iklim di kota kendari dari BMKG mata termasuk kategori iklim D3 karena bulan basah berturut 3 kali dan bulan kering berturut 4 kali. Hal ini menunjukkan bahwa dengan budidaya tanaman padi sekali dan palawija sekali tergantung persediaan air.
3.    Kesesuaian Lahan
Kesesuaian lahan aktual dan potensial untuk tanaman serai wangi, akar wangi, jahe, kencur dan kunyit.


Tabel 7.  Kesesuaian Lahan Aktual Tanaman Serai Wangi
NO
SPT
KESESUAIAN LAHAN AKTUAL
LUAS LAHAN

Ha
%
1
1,4,6,10,11,14,18,21,25,26
Nrc
2,54
41,0
2
2,3,7,9,13,15,16,17,19,20,
22,23,24,27
S3tc, S3wa, S3nr
2,79
45,0
3
12
S3tc, S3wa
0,15
2,5
4
8
S3tc, S3wa, S3o, S3nr
0,44
7,1
5
5
S3tc, S3wa, S3rc,
S3nr, S3wa
0,27
4,4
Keterangan :   S1 (sangat sesuai), S2 (cukup sesuai), S3 (sesuai marginal), N (tidak sesuai), tc
                         (temperatur), wa (ketersediaan air), oa (ketersediaan oksigen), rc (media perakaran),
                         eh (bahaya erosi).
Tabel 8.  Kesesuaian Lahan Aktual Tanaman Akar Wangi
NO
SPT
KESESUAIAN LAHAN AKTUAL
LUAS LAHAN
Ha
%
1
2,7,9,13,15,16,19,20,22,
23,24,27
S3tc, S3wa, S3nr
1,66
26,8
2
11,14
S3tc, S3wa, S3rc,
0,48
7,8
3
10,12
S3tc, S3wa,
0,47
7,5
4
1,6,18,21,25,26
S3tc, S3wa, S3rc, S3nr
1,39
22,5
5
3,5,17
S3tc, S3wa, S3nr, S3eh
1,40
22,6
6
4
S3tc, S3wa, S3rc, S3eh
0,36
5,7
8
8
S3tc, S3wa, S3o, S3nr
0,44
7,1
Keterangan :   S1 (sangat sesuai), S2 (cukup sesuai), S3 (sesuai marginal), N (tidak sesuai), tc
                         (temperatur), wa (ketersediaan air), oa (ketersediaan oksigen), rc (media perakaran),
                         eh (bahaya erosi).
Tabel 9.  Kesesuaian Lahan Aktual Tanaman Jahe
NO
SPT
KESESUAIAN LAHAN AKTUAL
LUAS LAHAN
Ha
%
1
2,3,7,8,9,12,13,15,16,17,
19,20,22,23,24,27
Nwa
3,38
54,6
2
1,4,6,10,11,14,18,
21,25,26
Nwa, Nrc
2,54
41,0
3
5
Nwa, Neh
0,27
4,4
Keterangan :   S1 (sangat sesuai), S2 (cukup sesuai), S3 (sesuai marginal), N (tidak sesuai), tc
                         (temperatur), wa (ketersediaan air), oa (ketersediaan oksigen), rc (media perakaran),
                         eh (bahaya erosi).

Tabel 10.  Kesesuaian Lahan Aktual Tanaman Kencur
NO
SPT
KESESUAIAN LAHAN AKTUAL 
LUAS LAHAN

Ha
%
1
1,4,6,10,11,14,18,21,25,26
Nrc
2,54
41,0
2
2,3,7,13,16,17,23,24,27
S3eh
2,30
37,2
3
5
Neh
0,27
4,4
4
9,12,15,19,20,22
S2tc, S2nr, S2eh
0,64
10,3
5
8
S3o
0,44
7,1
Keterangan :   S1 (sangat sesuai), S2 (cukup sesuai), S3 (sesuai marginal), N (tidak sesuai), tc
                         (temperatur), wa (ketersediaan air), oa (ketersediaan oksigen), rc (media perakaran),
                         eh (bahaya erosi).

Tabel 11.  Kesesuaian Lahan Aktual Tanaman Kunyit
NO
SPT
KESESUAIAN LAHAN AKTUAL
LUAS LAHAN
Ha
%
1
1,4,6,10,11,14,18,21,25,26
Nrc
2,54
41,0
2
2,3,7,13,16,17,23,24,27
S3eh
2,30
37,2
3
5
Neh
0,27
4,4
4
8
S3o
0,44
7,1
5
9,12,15,19,20,22
S2tc, S2nr, S2eh
0,64
10,3
Keterangan :   S1 (sangat sesuai), S2 (cukup sesuai), S3 (sesuai marginal), N (tidak sesuai), tc
                         (temperatur), wa (ketersediaan air), oa (ketersediaan oksigen), rc (media perakaran),
                         eh (bahaya erosi).

Tabel 12.  Kesesuaian Lahan Potensial Tanaman Serai Wangi
NO
SPT
KESESUAIAN LAHAN POTENSIAL
LUAS LAHAN
Ha
%
1
1,4,6,10,11,14,18,21,25,26
Nrc
2,54
41,0
2
3,12
S3tc
1,02
16,5
3
2,7,8,9,13,15,16,17,19,20,
22,23,24,27
S3tc, S3nr
2,36
38,1
4
5
S3tc, S3rc, S3nr, S3eh
0,27
4,4
Keterangan :   S1 (sangat sesuai), S2 (cukup sesuai), S3 (sesuai marginal), N (tidak sesuai), tc
                         (temperatur), wa (ketersediaan air), oa (ketersediaan oksigen), rc (media perakaran),
                         eh (bahaya erosi).

Tabel 13.  Kesesuaian Lahan Potensial Tanaman Akar Wangi
NO
SPT
KESESUAIAN LAHAN POTENSIAL
LUAS LAHAN
Ha
%
1
1
S3rc
0,36
5,8
2
2,7,8,9,13,15,16,17,19,20,
22,23,24,27
S3tc, S3nr
2,36
38,1
3
12
S3tc
0,15
2,5
4
3
S3eh
0,87
14,0
5
4
S3tc, S3rc, S3eh
0,36
5,7
6
5
S3tc,  S3nr, S3eh
0,27
4,4
7
6,10,18,21,25,26
S3tc, S3rc, S3nr
1,34
21,7
8
11,14
S3tc, S3rc
0,48
7,8
Keterangan :   S1 (sangat sesuai), S2 (cukup sesuai), S3 (sesuai marginal), N (tidak sesuai), tc
                         (temperatur), wa (ketersediaan air), oa (ketersediaan oksigen), rc (media perakaran),
                         eh (bahaya erosi).

Tabel 14.  Kesesuaian Lahan Potensial Tanaman Jahe
NO
SPT
KESESUAIAN LAHAN POTENSIAL
LUAS LAHAN
Ha
%
1
1,4,6,10,11,14,18,21,25,26
Nrc
2,54
41,0
2
2,8,9,13,15,16,17,19,20,
22,23,24,27
S3nr
2,02
32,5
3
3
S2wa, S2nr, S2eh
0,87
14,0
4
7
S3nr, S3eh
0,34
5,5
5
12
S2wa, S2nr
0,15
2,5
6
5
Neh
0,27
4,4
Keterangan :   S1 (sangat sesuai), S2 (cukup sesuai), S3 (sesuai marginal), N (tidak sesuai), tc
                         (temperatur), wa (ketersediaan air), oa (ketersediaan oksigen), rc (media perakaran),
                         eh (bahaya erosi).

Tabel 15.  Kesesuaian Lahan Potensial Tanaman Kencur
NO
SPT
KESESUAIAN LAHAN POTENSIAL
LUAS LAHAN
Ha
%
1
1,4,6,10,11,14,18,21,25,26
Nrc
2,54
41,0
2
2,13,16,17,24,27
S2tc, S2nr, S2eh
0,98
15,9
3
3,23
S2tc,S2eh
0,98
15,8
4
5
Neh
0,27
4,4
5
8,9,15,19,20,22
S2tc, S2nr
0,92
14,9
6
12
S2tc
0,15
2,5
7
7
S3eh
0,34
5,5
Keterangan :   S1 (sangat sesuai), S2 (cukup sesuai), S3 (sesuai marginal), N (tidak sesuai), tc
                         (temperatur), wa (ketersediaan air), oa (ketersediaan oksigen), rc (media perakaran),
                         eh (bahaya erosi).


Tabel 16.  Kesesuaian Lahan Potensial Tanaman Kunyit
NO
SPT
KESESUAIAN LAHAN POTENSIAL
LUAS LAHAN
Ha
%
1
1,4,6,10,11,14,18,21,25,26
Nrc
2,54
41,0
2
2,13,16,17,24,27
S2tc, S2nr, S2eh
0,98
15,9
3
3,23
S2tc,S2eh
0,98
15,8
4
5
Neh
0,27
4,4
5
8,9,15,19,20,22
S2tc, S2nr
0,92
14,9
6
12
S2tc
0,15
2,5
7
7
S3eh
0,34
5,5
Keterangan :   S1 (sangat sesuai), S2 (cukup sesuai), S3 (sesuai marginal), N (tidak sesuai) tc
                         (temperatur), wa (ketersediaan air), oa (ketersediaan oksigen), rc (media perakaran),
                         eh (bahaya erosi).
B.    Pembahasan
Serai wangi, berdasarkan hasil evaluasi kesesuaian tanaman serai wangi pada Laboratorium Lapangan II FP-UHO sebagaimana disajikan pada Tabel 7 diperoleh bahwa, secara aktual tanaman serai wangi Sesuai marginal (S3) untuk dikembangkan pada SPT 2,3,7,9,13,15,16,17,19,20,22,23,24 dan 27 dengan luas lahan 2,79 atau 45% dari total luas lahan dengan faktor pembatas S3tc, S3wa, S3nr (temperatur tinggi, Curah Hujan tinggi dan kejenuhan basa tinggi). Sesuai marginal (S3) pada SPT 12 dengan luas lahan 0,15 ha atau 2,5% dari total luas lahan dengan faktor pembatas S3tc, S3wa (temperatur tinggi dan curah hujan tinggi). Sesuai marginal (S3) pada SPT 8 dengan luas lahan 0,44 ha atau 7,1% dari total luas lahan dengan faktor pembatas S3tc, S3wa, S3o, S3nr (temperatur tinggi, curah hujan tinggi, drainase buruk dan kejenuhan basa tinggi). Sesuai marginal (S3) pada SPT 5 dengan luas lahan 0,27 ha atau 4,4% dari total luas lahan dengan faktor pembatas S3tc, S3wa, S3rc, S3nr, (temperatur tinggi, curah hujan tinggi, tekstur kasar, kejenuhan basa tinggi). tidak sesuai (N) bila dikembangkan pada SPT 1,4,6,10,11,14,18,21,25 dan 26 dengan luas lahan 2,54 ha atau 41% dari total luas lahan dengan faktor pembatas Nrc (tekstur kasar).
Secara potensial apabila dilakukan usaha perbaikan seperti curah hujan yang tinggi fengan cara  pengairan atau pembuatan saluran irigasi dan drainase buruk dengan cara pembuatan saluran drainase akan meningkatkan kelas kesesuaian menjadi cukup sesuai (S2). pada Tabel 12 maka tanaman serai wangi sesuai marginal (S3) untuk dikembangkan pada SPT 3 dan 12 dengan luas lahan 1,02 ha atau 41% dari total luas lahan. Sesuai marginal (S3) pada SPT 2,7,8,9,13,15,16,17,19,20, 22,23,24 dan 27 dengan luas lahan 2,36 ha atau 38,1% dari total luas lahan. Sesuai marginal (S3) untuk pengembangan serai wangi pada SPT 5 dengan luas lahan 2,54 ha atau 41% dari total luas lahan. tidak sesuai (N) pada SPT 1,4,6,10,11,14,18,21,25 dan 26 dengan luas lahan 2,54 ha atau 41% dari total luas lahan.
Akar wangi, berdasarkan hasil evaluasi kesesuaian tanaman akar wangi Laboratorium Lapangan II FP-UHO sebagaimana disajikan pada Tabel 8 diperoleh bahwa, secara aktual tanaman akar wangi sesuai marginal (S3) untuk dikembangkan pada SPT 10 dan 12 dengan luas lahan 0,47 ha atau 7,5% dari total luas lahan dengan faktor pembatas S3tc, S3wa (temperatur tinggi dan curah hujan tinggi). sesuai marginal (S3) pada SPT 2,7,9,13,15,16,19,20,22,23,24 dan 27 dengan luas lahan  1,66 ha atau  26,8% dari total luas lahan dengan faktor pembatas S3tc, S3wa, S3nr (temperatur tinggi, curah hujan tinggi dan kejenuhan basa tinggi). sesuai marginal (S3) pada SPT  11 dan 14 dengan luas lahan 0,48 ha atau 7,8% dari total luas lahan dengan faktor penghambat S3tc, S3wa dan S3rc (temperatur tinggi, curah hujan tinggi dan tekstur kasar). sesuai marginal (S3)  pada SPT 1,6,18,21,25 dan 26 dengan luas lahan 1,39 ha atau 22,5% dari total luas lahan dengan faktor pembatas S3tc, S3wa, S3rc dan S3nr (temperatur tinggi, curah hujan tinggi, tekstur kasar dan kejenuhan basa tinggi). sesuai marginal (S3)  pada SPT 3,5 dan 17 dengan luas lahan 1,40 ha atau 22,6% dari total luas lahan dengan faktor pembatas S3tc, S3wa, S3nr, S3eh (temperatur tinggi, curah hujan tinggi, tekstur kasar dan kejenuhan basa tinggi). sesuai marginal (S3)  pada SPT 4  dengan luas lahan 0,36 ha atau 5,7% dari total luas lahan dengan faktor pembatas S3tc, S3wa, S3rc, S3eh (temperatur tinggi, curah hujan tinggi, tekstur kasar dan lereng agak curam). sesuai marginal (S3)  pada SPT 8  dengan luas lahan 0,44 ha atau 7,1% dari total luas lahan dengan faktor pembatas S3tc, S3wa, S3o, S3nr (temperatur tinggi, curah hujan tinggi, drainase buruk dan kejenuhan basa tinggi).
Secara potensial apabila dilakukan usaha perbaikan seperti curah hujan tinggi dengan cara pengiran atau pembuatan saluran irigasi, lereng agak curam dengan cara terasering dan drainase buruk dengan cara pembuatan saluran drainase, hal tersebut akan meningkatkan kelas kesesuaian lahan menjadi cukup sesuai (S2). pada Tabel 13 maka tanaman akar wangi sesuai marginal (S3) untuk dikembangkan pada SPT 1 dengan luas lahan 0,36 ha atau 5,8% dari total luas lahan. Sesuai marginal (S3) pada SPT 2,7,8,9,13,15, 16,17,19,20, 22,23,24 dan 27 dengan luas lahan 2,36 ha atau 38,1% dari total luas lahan. Sesuai marginal (S3) untuk pengembangan akar wangi pada SPT 12 dengan luas lahan 0,15 ha atau 2,5% dari total luas lahan. Sesuai marginal (S3) pada SPT 3 dengan luas lahan 0,87 ha atau 14% dari total luas lahan. Sesuai marginal (S3) pada SPT 4 dengan luas lahan 0,36 ha atau 5,7% dari total luas lahan. Sesuai marginal (S3) pada SPT 5 dengan luas lahan 0,27 ha atau 4,4% dari total luas lahan. Sesuai marginal (S3) pada SPT 6,10,18,21,25 dan 26 dengan luas lahan 1,34 ha atau 21,7% dari total luas lahan. Sesuai marginal (S3) pada SPT 11 dan 14 dengan luas lahan 0,48 ha atau 7,8% dari total luas lahan.
Jahe, berdasarkan hasil evaluasi kesesuaian tanaman jahe pada Laboratorium Lapangan II FP-UHO sebagaimana disajikan pada Tabel 9 diperoleh bahwa, secara aktual tanaman jahe tidak sesuai (N) untuk dikembangkan pada SPT 1,4,6,10,11,14,18,21,25,26 dengan luas lahan 2,54 ha atau 41% dari total luas lahan dengan faktor pembatas Nwa, Nrc (curah hujan tinggi dan tekstur kasar). Tidak sesuai (N) pada SPT 2,3,7,8,9,12,13,15,16,17,19,20,22,23,24 dan 27 dengan luas lahan  3,38 ha atau  54,6% dari total luas lahan dengan faktor pembatas Nwa (curah hujan tinggi). Tidak sesuai (N) pada SPT  5 dengan luas lahan 0,27 ha atau 4,4% dari total luas lahan dengan faktor penghambat Nwa, Neh (curah hujan tinggi dan lereng agak curam).
Secara potensial apabila dilakukan usaha perbaikan seperti curah hujan tinggi dengan cara pengiran atau pembuatan saluran irigasi dan lereng agak curam dengan cara terasering, hal tersebut akan meningkatkan kelas kesesuaian lahan menjadi sesuai marginal (S3). pada Tabel 14 maka tanaman jahe cukup sesuai (S2) untuk dikembangkan pada SPT 3 dengan luas lahan 0,87 ha atau 14% dari total luas lahan. Cukup sesuai (S2) pada SPT 12 dengan luas lahan 0,15 ha atau 2,5% dari total luas lahan. Sesuai marginal (S3) untuk pengembangan jahe pada SPT 2,8,9,13,15,16,17,19,20,22,23,24 dan 27 dengan luas lahan 2,02 ha atau 32,5% dari total luas lahan. Sesuai marginal (S3) pada SPT 7 dengan luas lahan 0,34 ha atau 5,5% dari total luas lahan. Tidak sesuai (N) pada SPT 1,4,6,10,11,14,18,21,25 dan 26 dengan luas lahan 2,54 ha atau 41 % dari total luas lahan. Tidak sesuai (N) pada SPT 5 dengan luas lahan 0,27 ha atau 4,4 % dari total luas lahan.
Kencur, berdasarkan hasil evaluasi kesesuaian tanaman kencur pada Laboratorium Lapangan II FP-UHO sebagaimana disajikan pada Tabel 10 diperoleh bahwa, secara aktual tanaman kencur cukup sesuai (S2) untuk dikembangkan pada SPT 9,12,15,19,20 dan 22 dengan luas lahan 0,64 ha atau 10,3% dari total luas lahan dengan faktor pembatas S2tc, S2nr, S2eh (temperatur sedang, kejenuhan basa sedang dan kelerengan landai). Sesuai marginal (S3) pada SPT 2,3,7,13,16,17,23,24 dan 27 dengan luas lahan  2,30 ha atau  37,2% dari total luas lahan dengan faktor pembatas S3eh (kelerengan agak curam). Sesuai marginal (S3) pada SPT  8 dengan luas lahan 0,44 ha atau 7,1% dari total luas lahan dengan faktor penghambat S3o (drainase buruk). Tidak sesuai (N) pada SPT  1,4,6,10,11,14,18,21,25 dan 26 dengan luas lahan 2,54 ha atau 41 % dari total luas lahan dengan faktor penghambat Nrc (tekstur kasar). Tidak sesuai (N) pada SPT 5 dengan luas lahan 0,27 ha atau 4,4 % dari total luas lahan dengan faktor penghambat Neh (kelerengan sangat curam).
Secara potensial apabila dilakukan usaha perbaikan seperti lereng agak curam dengan cara terasering dan drainase buruk dengan cara pembuatan saluran drainase, hal tersebut akan meningkatkan kelas kesesuaian lahan menjadi cukup sesuai (S2). pada Tabel 15 maka tanaman kencur cukup sesuai (S2) untuk dikembangkan pada SPT 3 dan 23 dengan luas lahan 0,98 ha atau 15,8% dari total luas lahan. Cukup sesuai (S2) pada SPT 12 dengan luas lahan 0,15 ha atau 2,5% dari total luas lahan. Cukup sesuai (S2) pada SPT 2,13,16,17,24 dan 27 dengan luas lahan 0,98 ha atau 15,9% dari total luas lahan. Cukup sesuai (S2) pada SPT 8,9,15,19,20 dan 22 dengan luas lahan 0,92 ha atau 14,9% dari total luas lahan. Sesuai marginal (S3) pada SPT 7 dengan luas lahan 0,34 ha atau 5,5% dari total luas lahan. Tidak sesuai (N) pada SPT 1,4,6,10,11,14,18,21,25 dan 26 dengan luas lahan 2,54 ha atau 41% dari total luas lahan. Tidak sesuai (N) pada SPT 5 dengan luas lahan 0,27 ha atau 4,4% dari total luas lahan.
Kunyit, berdasarkan hasil evaluasi kesesuaian tanaman kencur pada Laboratorium Lapangan II FP-UHO sebagaimana disajikan pada Tabel 11 diperoleh bahwa, secara aktual tanaman kunyit cukup sesuai (S2) untuk dikembangkan pada SPT 9,12,15,19,20 dan 22 dengan luas lahan 0,64 ha atau 10,3% dari total luas lahan dengan faktor pembatas S2tc, S2nr, S2eh (temperatur sedang, kejenuhan basa sedang dan kelerengan landai). Sesuai marginal (S3) pada SPT 2,3,7,13,16,17,23,24 dan 27 dengan luas lahan  2,30 ha atau  37,2% dari total luas lahan dengan faktor pembatas S3eh (kelerengan agak curam). Sesuai marginal (S3) pada SPT  8 dengan luas lahan 0,44 ha atau 7,1% dari total luas lahan dengan faktor penghambat S3o (drainase buruk). Tidak sesuai (N) pada SPT  1,4,6,10,11,14,18,21,25 dan 26 dengan luas lahan 2,54 ha atau 41 % dari total luas lahan dengan faktor penghambat Nrc (tekstur kasar). Tidak sesuai (N) pada SPT 5 dengan luas lahan 0,27 ha atau 4,4 % dari total luas lahan dengan faktor penghambat Neh (kelerengan sangat curam).
Secara potensial apabila dilakukan usaha perbaikan seperti lereng agak curam dengan cara terasering dan drainase buruk dengan cara pembuatan saluran drainase, hal tersebut akan meningkatkan kelas kesesuaian lahan menjadi cukup sesuai (S2). pada Tabel 16 maka tanaman kunyit cukup sesuai (S2) untuk dikembangkan pada SPT 3 dan 23 dengan luas lahan 0,98 ha atau 15,8% dari total luas lahan. Cukup sesuai (S2) pada SPT 12 dengan luas lahan 0,15 ha atau 2,5% dari total luas lahan. Cukup sesuai (S2) pada SPT 2,13,16,17,24 dan 27 dengan luas lahan 0,98 ha atau 15,9% dari total luas lahan. Cukup sesuai (S2) pada SPT 8,9,15,19,20 dan 22 dengan luas lahan 0,92 ha atau 14,9% dari total luas lahan. Sesuai marginal (S3) pada SPT 7 dengan luas lahan 0,34 ha atau 5,5% dari total luas lahan. Tidak sesuai (N) pada SPT 1,4,6,10,11,14,18,21,25 dan 26 dengan luas lahan 2,54 ha atau 41% dari total luas lahan. Tidak sesuai (N) pada SPT 5 dengan luas lahan 0,27 ha atau 4,4% dari total luas lahan.


V.       PENUTUP
A.      Kesimpulan
Berdasarkan hasil evaluasi Laboratorium Lapangan II FP-UHO yang telah di lakukan maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1.      Tanaman serai wangi, sesuai marginal (S3) pada SPT 2, 3, 5, 7, 8, 9, 12, 13, 15, 16, 17, 19, 20, 22, 23, 25 dan 27, tidak sesuai (N) pada SPT 1, 4, 6, 10, 11, 14, 18, 21, 25 dan 26.
2.      Tanaman akar wangi, sesuai marginal (S3) untuk 27 SPT.
3.       Tanaman jahe, cukup sesuai (S2) pada SPT 3 dan12, sesuai marginal (S3) pada SPT 2, 7, 8, 9, 13, 15, 16, 17, 19, 20, 22, 23, 24 dan 27 serta  tidak sesuai (N) pada SPT 1, 4, 5, 6, 10, 11, 14, 18, 21, 25 dan 26.
4.      Tanaman Kencur dan Kunyit, cukup sesuai (S2) pada SPT 2, 3, 8, 9, 12, 13, 15, 16, 17, 19, 20, 22, 23, 23, 24 dan 27, sesuai marginal (S3) pada SPT 7 dan tidak sesuai (N) pada SPT 1, 4, 5, 6, 10, 11, 14, 18, 21, 25 dan 26.
5.      Tindakan pengelolaan yang dapat dilakukan untuk mengatasi faktor pembatas meliputi penerapan teknik konservasi tanah dan air dan pembuatan saluran irigasi
 DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Faisal. 2003. Manajemen Perbankan. Edisi Revisi. Penerbit UMM
Adimihardja, A., A. Mulyani, G. Irianto, dan N. Heryani. 2005. Analisis potensi sumber daya lahan dan air dalam mendukung pemantapan ketahanan pangan. hlm. 245−264. Dalam Prosiding Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII, Jakarta, 17−19 Mei 2004.. Jakarta. 599 hlm.
Ashraf S, Normohammadan B. 2011. Qualitative evaluation of land suitability for wheat in Northeast-Iran using FAO methods. Indian Journal  of  Science  and  Technology, 4(6):703-707.
Babalola  TS,  Oso  T,  Fasina  AS,  Godonu  K.  2011. Land evaluation studies of two wetland soils in Nigeria. International Research Journal of Agricultural Science and Soil Science, 1(6):193-204.
Boix LR, Zinck JA. 2008. Land-Use planning in the Chaco Plain (Burruyacu´, Argentina). Part 1: Evaluating land-use options to support crop diversification in  an agricultural frontier area using physical land evaluation. Environmental Management, 42:1043-1063.
Brady, N. C. And R. R. Weil, 2004. Elements of the Nature and Propertis of Soils. Prentice-Hall, Inc., NJ.
Cotching  WE,  Kidd  DB.  2010.  Soil  quality evaluation  and  the  interaction  with  land  use and soil order in Tasmania, Australia. Agriculture,    Ecosystems    and    Environment, 137:358-366.
Djaenudin, D., Marwan., Subagjo., dan A. Hidayat. 2003. Petunjuk Teknis Evaluasi Lahan untuk Komoditas Pertanian. Balai Penelitian Tanah, Puslitbangtanak, Bogor.
Hardjowigeno S, Widiatmaka. 2007. Kesesuaian Lahan dan Perencanaan Tata Guna Lahan. Gadjahmada University Press. Yogyakarta.
Hardjowigeno, S. 2007. Ilmu Tanah. Akademi Pressindo, Jakarta.
Lehmann A,  Stahr  K.  2010.  The  potential of  soil functions and planner-oriented soil evaluation to achieve sustainable land use. J Soils Sediments, 10:1092-1102.
Makaborang    M,    Goenadi    S,    Hadi    P.    2009. Optimalisasi penggunaan lahan berdasarkan kelas kesesuaian lahan untuk pengembangan tanaman perkebunan (Studi Kasus : Kabupaten Sumba Timur Provinsi Nusa Tenggara Timur). Jurnal Agritech, 29(4):188-197.
Masganti J, Barus, Hafif B. 2013. Zoning rural area for the development of annual plants. International Journal on Advanced Science Engineering Information Technology, 3(1):33-37.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat. 2001. Atlas Arahan Tata Ruang Pertanian Indonesia Skala 1:1.000.000. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat, Bogor. 37 hlm.
Rayes, M.L.2007. Metode Inventarisasi Sumber Daya Lahan. Penebit Andi. Yogyakarta.
Tjokrokusumo SW. 2002. Kelas kesesuaian lahan sebagai dasar pengembangan pertanian ramah lingkungan di daerah aliran sungai. Jurnal Teknologi Lingkungan, 3(2):36-143.