SURVEY TANAH DAN EVALUASI LAHAN
Oleh
:
SATRIA EKA WIJAYA
D1B1 14 071
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
2017
LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM
SURVEY TANAH DAN EVALUASI LAHAN
Oleh
:
SATRIA EKA WIJAYA
D1B1 14 071
Di Ajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mengikuti Ujian
Praktikum Survei Tanah dan Evaluasi Lahan
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
2017
HALAMAN
PENGESAHAN
Judul : Laporan Lengkap Survei Tanah dan Evaluasi Lahan
Nama :
Satria Eka Wijaya
NIM :
D1B114071
Program studi : Agroteknologi
Jurusan : Agroteknologi
Kendari, Mei 2017
Menyetujui,
Koordinator Mata Kuliah Survei Tanah
dan
Evaluasi Lahan Asisten
Dr. Hasbullah Syaf, S. P, M. Si La
Mpia, S. P, M. P
NIP.19610608 198602 1 001
Tanggal/Pengesahan :
I.
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Kebutuhan lahan yang semakin meningkat, langkanya
lahan pertanian yang subur dan potensial, serta adanya persaingan penggunaan
lahan antara sektor pertanian dan non-pertanian, memerlukan teknologi tepat
guna dalam upaya mengoptimalkan penggunaan lahan secara berkelanjutan. Untuk
dapat memanfaatkan sumber daya lahan secara terarah dan efisien diperlukan
tersedianya data dan informasi yang lengkap mengenai keadaan iklim, tanah dan
sifat lingkungan fisik lainnya, serta persyaratan tumbuh tanaman yang
diusahakan, terutama tanaman-tanaman yang mempunyai peluang pasar dan arti
ekonomi cukup baik. Data iklim, tanah, dan sifat fisik lingkungan lainnya yang
berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman serta terhadap aspek manajemennya
perlu diidentifikasi melalui kegiatan survei dan pemetaan sumber daya lahan.
Data sumber daya lahan ini diperlukan terutama untuk kepentingan perencanaan
pembangunan dan pengembangan pertanian. Data yang dihasilkan dari kegiatan
survei dan pemetaan sumber daya lahan masih sulit untuk dapat dipakai oleh
pengguna (users) untuk suatu perencanaan tanpa dilakukan interpretasi bagi
keperluan tertentu.
Lahan sebagai sumber
daya alam terdiri atas tanah dan kondisi lingkungannya, mempunyai keterbatasan
dalam pemamfaatanya, sehingga diperlukan suatu perencanaan yang matang dalam
penggunaanya agar dapat dimamfaatkan secara tepat dan berkesinambungan (Ashraf
dan Normohammadan, 2011; Lehman dan Stahr, 2010). Menurut Masganti et al. (2013), untuk menjaga lahan dari
degradasi maka salah satu strategi yang harus dilakukan adalah menggunakan atau
memamfaatkan lahan sesuai dengan kemampuan dan kesesuaiannya.
Penentuan kesesuaian
lahan dengan persyaratan tumbuhnya tanaman sangat diperlukan terutama dalam
perencanaan pengembangan komoditas pertanian (Boix dan Zinck, 2008;
Tjokrokusumo, 2002. Hal ini penting karena untuk mengetahui potensi pengembang
tanaman sangat diperlukan pewilayahan komoditas berdasarkan kelas kekesuaian
lahan sehingga tanaman tersebut mampu tumbuh selaras dengan iklim dan kondisi
lahan yang ada (makaborang et al., 2009).
Babalola et al. (2011)
menyatakan bahwa
untuk pengembangan suatu
komoditas
diperlukan beberapa persyaratan seperti
adanya kesesuaian
dalam pemilih an komoditas unggulan pada suatu wilayah
pengembangannya,
adanya potensi sumberdaya
wilayah berupa
lahan,
agroklimat, tenaga
kerja,
sarana maupun
prasarana sosial ekonomi serta kondisi sosial
ekonomi dan budaya masyarakat.
Berdasarkan
hal tersebut, untuk dapat memanfaatkan lahan Kebun Percobaan II Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo secara tepat dan berkesinambungan serta untuk menghindari
resiko penurunan
produktifitas lahan akibat penggunaan yang tidak
sesuai, maka
diperlukan praktikum survei
dan evaluasi lahan.
B.
Tujuan
Tujuan
praktikum ini adalah mengevaluasi kesesuaian lahan
untuk
pengembangan tanaman serai wangi, akar wangi, jahe, kencur
dan kunyit di Kebun Percobaan II Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo.
C. Manfaat
Manfaat praktikum ini yaitu mahasiswa dapat
mengetahui cara penggunaan alat-alat survei serta mempraktekannya dilapangan,
mahasiswa dapat mengetahuai cara menginterpretasikan data dan mengevaluasi
kesesuaian lahan pada beberapa jenis tanaman.
II. TINJAUAN
PUSTAKA
A.
Sumber Daya Lahan
Pemanfaatan
lahan sebagai sumberdaya alam, khusunya dalam pengembangan suatu komoditas
pertanian perlu mempertimbangkan aspek-aspek kelestarian lingkungan dan harus
sesuai dengan tingkat kesesuaian dan potensi lahan tersebut (Cothing dan Kidd,
2010; Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2007).
Berdasarkan hasil evaluasi karakteristik sumber daya lahan dan iklim
peta skala 1:1.000.000, dari luas daratan Indonesia sekitar 188,20 juta ha,
lahan yang sesuai untuk pengembangan pertanian mencapai 100,80 juta ha (Pusat
Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat 2001; Adimihardja et al. 2005).
B.
Survei Tanah
Survey merupakan pekerjaan pengumpulan data
fisika, kimia di lapangan maupun data analisis di laboratorium dengan tujuan
pendugaan penggunaan lahan tepat secara umum maupun khusus. Suatu tanah
memiliki kegunaan jika tepat pemetaannya, tepat mencari lokasi yang di survey
dan didukung oleh peta dasar yang baik, tepat dalam mendeskripsikan profil
dalam menetapkan sifat morfologinya, teliti dalam pengambilan contoh tanah dan
benar dalam menganalisa dilaboratorium (Abdullah, 2003).
Survei tanah adalah pengamatan yang di lakukan
secara sistematis, disertai dengan mendeskripsikan, mengklasifikasikan dan
memetakan tanah di suatu daerah tertentu (Brady and Weil, 2004).
C.
Evaluasi Lahan
Evaluasi lahan (land
evaluation atau land assessment) adalah menentukan nilai potensi suatu lahan
untuk tujuan tertentu. Usaha ini dapat dikatakan melalui usaha klasifikasi
teknis bagi suatu daerah. Kesesuaian lahan (Land suitability) adalah potensi
lahan yang didasarkan atas kesesesuaian lahan untuk penggunaan pertanian secara
lebih khusus seperti padi sawah dengan irigasi dan pemumpukan lengkap, kedelai
dengan mekanisasi, karet dengan teknologi tinggi, dan sebagainya.
(Hardjowigeno, 2007)
Dalam kesesuaian
lahan dikenal kesesuaian lahan aktual yaitu kesesuaian lahan yang dilakukan
pada kondisi penggunaan lahan sekarang tanpa masukan perbaikan dan kesesuaian
lahan potensial yaitu kesesuaian lahan yang dilakukan pada kondisi setelah
diberikan masukan perbaikan seperti : penambahan pupuk, pengairan atau
terasering; tergantung dari jenis faktor pembatasnya. Penilaian kesesuaian
lahan dilakukan dengan mencocokkan (matching) antara kualitas lahan dan
karakteristik lahan (sifat fisik dan kimia lahan) sebagai parameter dengan
kriteria kelas kesesuaian lahan yang telah disusun berdasarkan persyaratan
penggunaan atau persyaratan tumbuh tanaman atau komoditas pertanian yang
dievaluasi (Djaenudin et al. 2003) Evaluasi kesesuaian lahan dilakukan dengan cara
membandingkan persyaratan penggunaan
lahan dengan
kualitas (karakteristik) lahannya.Bila semua persyaratan penggunaan lahan dapat
dipenuhi oleh kualitas (karakteristik) lahan yang ada maka lahan tersebut masuk
kelas sesuai untuk penggunaan lahan yang dimaksud. Sebaliknya bila ada salah
satu kualitas atau karakterisik yang tidak sesuai, maka lahan tersebut termasuk
dalam kelas tidak sesuai (Hardjowigeno, 2007) Kelas kesesuaian lahan merupakan
pembagian lebih lanjut dari ordo dan menggambarkan tingkat kesesuaian dari
suatu ordo. Tingkat dalam kelas ditunjukkan oleh angka (nomor urut) yang
ditulis di belakang simbol ordo.
Pembagian dan
definisi kualitatif masing-masing kelas jika menggunakan 3 kelas untuk ordo
sesuai dan 2 kelas untuk ordo tidak sesuai, adalah sebagai berikut :
Kelas S1 (sangat
sesuai), yaitu lahan yang tidak mempunyai pembatas yang berat untuk penggunaan
secara lestari atau hanya mempunyai pembatas tidak berarti.
Kelas S2 (cukup sesuai) yaitu lahan yang
mempunyai pembatas agak berat untuk mempertahankan tingkat pengelolaan yang
harus dilakukan.
Kelas S3 (sesuai
marginal) yaitu lahan yang mempunyai pembatas yang sangat berat untuk
mempertahankan tingkat pengelolaan yang harus dilakukan.
Kelas N1 (tidak
sesuai saat ini) yaitu lahan yang mempunyai pembatas yang lebih berat, tapi
masih mungkin diatasi, tetapi tidak dapat diperbaiki dengan tingkat pengetahuan
sekarang ini dengan biaya yang rasional.Kelas N2 (tidak sesuai selamanya) yaitu
lahan yang mempunyai pembatas yang sangat berat, sehingga tidak mungkin
digunakan bagi suatu penggunaan yang lestari (Rayes, 2006)
D.
Karakteristik Lahan dan Kualitas Lahan
Kualitas lahan adalah sifat-sifat pengenal atau attribute yang bersifat kompleks dari sebidang
lahan. Setiap kualitas lahan mempunyai keragaan (performance) yang berpengaruh terhadap kesesuaiannya bagi
penggunaan tertentu dan biasanya terdiri atas satu atau lebih karakteristik
lahan (land characteristics).
Kualitas lahan ada yang bisa diestimasi atau diukur secara langsung di
lapangan, tetapi pada umumnya ditetapkan berdasarkan karakteristik
Karakteristik lahan yang erat kaitannya untuk keperluan
evaluasi lahan dapat dikelompokkan ke dalam 3 faktor utama, yaitu topografi,
tanah dan iklim. Karakteristik lahan tersebut (terutama topografi dan tanah)
merupakan unsur pembentuk satuan peta tanah. Karakteristik lahan adalah sifat
lahan yang dapat diukur atau diestimasi. Dari beberapa pustaka menunjukkan
bahwa penggunaan karakteristik lahan untuk keperluan evaluasi lahan bervariasi.
Sebagai gambaran Tabel 1 menunjukkan variasi dari karakteristik lahan yang
digunakan sebagai parameter dalam evaluasi kesesuaian lahan oleh beberapa
sumber (Staf PPT, 1983; Bunting, 1981; Sys et al., 1993; CSR/FAO, 1983; dan
Driessen, 1971).
Tabel 1. Karakteristik lahan yang digunakan sebagai
parameter dalam evaluasi lahan.
Staf PPT (1983)
|
Bunting (1981)
|
Sys et al. (1993)
|
CSR/FAO (1983)
|
Driessen (1971)
|
Tipe hujan (Oldeman et al.)
|
Periode pertumbuhan tanaman
|
Temperatur rerata (°C) atau
elevasi
|
Temperatur rerata (°C) atau
elevasi
|
Lereng
|
Kelas drainase
|
Temperatur rerata pada periode
pertumbuhan
|
Curah hujan (mm)
|
Curah hujan (mm)
|
Mikrorelief
|
Sebaran besar butir (lapisan atas)
|
Curah hujan tahunan
|
Lamanya masa kering (bulan)
|
Lamanya masa kering (bulan)
|
Keadaan batu
|
Kedalaman efektif
|
Kelas drainase
|
Kelembaban udara
|
Kelembaban udara
|
Kelas drainase
|
Ketebalan gambut
|
Tekstur tanah
|
Kelas Drainase
|
Kelas drainase
|
Regim kelembaban
|
Dekomposisi gambut/jenis gambut
|
Kedalaman perakaran
|
Tekstur/Struktur
|
Tekstur
|
Salinitas/ alkalinitas
|
KTK
|
Reaksi tanah (pH)
|
Bahan kasar
|
Bahan kasar
|
Kejenuhan basa
|
Kejenuhan basa
|
Salinitas/ DHL
|
Kedalaman tanah
|
Kedalaman tanah
|
Reaksi tanah (pH)
|
Reaksi tanah (pH)
|
Pengambilan hara (N, P, K) oleh
tanaman
|
KTK liat
|
Ketebalan gambut
|
Kadar pirit
|
C-organik
|
Pengurasan hara (N, P, K) dari
tanah
|
Kejenuhan basa
|
Kematangan gambut
|
Kadar bahan organic
|
P-tersedia
|
Reaksi tanah (pH)
|
KTK liat
|
Tebal bahan organic
|
|
Salinitas/DHL
|
C-organik
|
Kejenuhan basa
|
Tekstur
|
|
Kedalaman pirit
|
Aluminium
|
Reaksi tanah (pH)
|
Struktur, porositas, dan tingkatan
|
|
Lereng (%)/mikrorelief
|
Salinitas/DHL
|
C-organik
|
Macam liat
|
|
Erosi
|
Alkalinitas
|
Aluminium
|
Bahan induk/ cadangan mineral
|
|
Kerusakan karena banjir
|
Lereng
|
Salinitas/DHL
|
Kedalaman efektif
|
|
Batu dan kerikil, penghambat
pengolahan tanah
|
Genangan
|
Alkalinitas
|
||
Pori air tersedia
|
Batuan di permukaan
|
Kadar pirit
|
||
Penghambat pertumbuhan karena
kekurangan air
|
CaCO3
|
Lereng
|
||
Kesuburan tanah
|
Gypsum
|
Bahaya erosi
|
||
Permeabilitas lapisan atas
|
Jumlah basa total
|
Genangan
|
||
Batuan di permukaan
|
||||
Singkapan batuan
|
Karakteristik
lahan yang digunakan pada Juknis ini adalah: temperatur udara, curah hujan,
lamanya masa kering, kelembaban udara, drainase, tekstur, bahan kasar,
kedalaman tanah, ketebalan gambut, kematangan gambut, kapasitas tukar kation
liat, kejenuhan basa, pH H2O, C-organik, salinitas, alkalinitas, kedalaman
bahan sulfidik, lereng, bahaya erosi, genangan, batuan di permukaan, dan
singkapan batuan. Setiap satuan peta lahan/tanah yang dihasilkan dari kegiatan
survei dan/atau pemetaan sumber daya lahan, karakteristik lahan dapat dirinci
dan diuraikan yang mencakup keadaan fisik lingkungan dan tanahnya. Data
tersebut digunakan untuk keperluan interpretasi dan evaluasi lahan bagi komoditas tertentu.
Setiap karakteristik lahan yang digunakan secara langsung dalam evaluasi ada
yang sifatnya tunggal dan ada yang sifatnya lebih dari satu karena mempunyai
interaksi satu sama lainnya. Karenanya dalam interpretasi perlu mempertimbangkan
atau memperbandingkan lahan dengan penggunaannya dalam pengertian kualitas
lahan. Sebagai contoh ketersediaan air sebagai kualitas lahan ditentukan dari
bulan kering dan curah hujan rata-rata tahunan, tetapi air yang dapat diserap
tanaman tentu tergantung pula pada kualitas lahan lainnya, seperti kondisi atau
media perakaran, antara lain tekstur tanah dan kedalaman zone perakaran tanaman
yang bersangkutan.
III. METODOLOGI PRAKTIKUM
A. Tempat dan Waktu
Praktikum ini dilaksanakan di Kebun
Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo pada bulan Maret sampai
dengan April 2015.
B. Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan pada praktikum ini
yaitu air, dan sampel tanah. Sedangkan alat yang digunakan pada praktikum ini
yaitu bor, kompas tembak, patok, parang, tali raffia, jarum pentul, meteran
rol, kertas label, kertas karton, kertas karkil, mistar, buku munsel, alat
tulis menulis, dan kamera.
C. Prosedur Praktikum
Prosedur praktikum ini adalah sebagai
berikut:
1. Tahap Persiapan
Tahapan persiapan merupakan tahap awal yang
dilakukan dalam kegiatan survei dan evaluasi lahan, hal yang dilakukan yaitu
menyiapkan semua bahan dan alat yang akan digunakan. Setelah itu menentukan
titik awal, kemudian menetukan titik koordinat menggunakan kompas tembak,
dengan melakukan hal ini maka kita akan mengetahui besar derajat dari sebuah
titik, setelah itu menarik garis lurus menggunakan meteran dari titik koordinat
satu ke titik koordinat yang lainnya, kemudian membuat patokan di setiap titik
yang telah ditentukan. Hal yang sama terus dilakukan sampai dengan titik akhir.
Kemudian membuat peta kerja berdasarkan data yang telah diperoleh. Peta dibuat
dengan menggunakan skala 1 : 2000.
2. Tahap Operasi
Lapangan
Tahap
operasi lapangan dibagi menjadi beberapa tahap sebagai berikut:
a.
Pengamatan Pemboran
Pengamatan
pemboran dilakukan dengan metode grid, setelah itu dilakukan pemboran sesuai
dengan titik yang telah ditentukan. Pemboran dilakukan dengan mengguanakan alat
bor yang telah disediakan dengan kedalaman awal yaitu 15 cm sesuai dengan
panjang mata bor yang digunakan, kemudian pengambilan sampel tanah dilakukan
sampai mendapat batuan induk atau sampai dengan kedalaman alat bor yang
digunakan.
b. Pembuatan SPT
Pembuatan SPT dibuat dengan melihat peta
wilayah/lereng, peta drainase tanah, peta kedalaman tanah, peta tekstur tanah,
peta warna (lapisan atas 0-30 cm, dan lapisan bawah 30-50 cm), dan peta sikapan
batuan. Dengan SPT yang terbetuk 16 satuan peta tanah (SPT). Selanjutnya adalah
melakukan pemboran terhadap 16 SPT dan mengamati tekstur, kedalam perakaran,
permeabilitas, C-organik, salnitas, pH tanah, drainase, bahaya banjir dan sikapan
batuan.
D. Analisis Data
Data dianalisis dengan menggunakan metode matching.
Metode matching atau pencocokan merupakan metode pencocokan antara
karakteristik serta kualitas lahan dengan kriteria kelas kemampuan lahan. Pencocokan tiap parameter didasari atas
klasifikasi parameter kemampuan lahan. Kelas kemampuan lahan dari tiap unit
pemetaan yang dalam hal ini berupa satuan lahan didapat berdasar penyimpulan
seluruh kelas kemampuan lahan dari parameter-parameter yang digunakan.
Selanjutnya dilakukan evaluasi keseuaian lahan dengan berbagai jenis tanaman.
Secara sederhana dapat
di lihat pada bagan alir sebagai berikut:
IV.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
1. Gambaran Umum Wilayah
a.
Keadaan Geografi
Praktikum terletak dalam lingkungan
kampus Universitas Halu Oleo Kelurahan Kambu Kecamatan Kambu Kota Kendari.
Secara administratif kebun percobaan II
FP-UHO berbatasan :
ü Di
sebelah Utara dengan Asrama Bidikmisi
ü Di
sebelah Timur dengan perumahan dosen
ü Di
sebelah Selatan dengan Kebun Raya
ü Di
sebelah Barat dengan Laboratorium Lapangan Peternakan
Letak kebun percobaan ini berada
dalam lingkungan kampus Universitas Halu Oleo.
b. Keadaan Iklim
Seperti halnya daerah lain sebagian
besar wilayah Indonesia, daerah praktikum dikenal dua musim yaitu kemarau dan
musim hujan. Menurut data yang ada bahwa di Kecamatan Kambu tahun 2016 terjadi
curah hujan 1.560 mm/tahun dan kelembaban udara rata-rata 83,08 % dengan suhu
28,890C.
c. Keadaan
Topografi dan Bentuk Wilayah
Berdasarkan hasil survei lapangan,
fisiografi lokasi praktikum yang secara umum berupa dataran rendah, Bentuk
wilayah lahan II secara umum yaitu cembung lurus,
d. Keadaan
Vegetasi dan Penggunaan Lahan
Komoditas yang ada dilahan Kebun
Percobaan II FP-UHO yaitu komoditas pangan (Padi Gogo, Jagung, Ubi Kayu),
komoditas perkebunan (Jeruk, Durian) dan komoditas hortikultura (cabai, kacang
panjang, buah naga), komoditas kehutanan (pohon mahoni) dan vegetasi gulma yang
didominasi gulma teki-tekian. Penggunaan lahan dilokasi praktikum terdiri atas
untuk kebun campuran, karena terdiri berbagai tanaman yang ada dalam satu
lahan.
2.
Kondisi Iklim di Kebun Percobaan II
FP-UHO
a.
Indeks kekeringan menurut Marthone
Tabel
2. Indeks kekeringan di Kebun Percobaan II FP-UHO menurut Marthone
Tahun
|
Indeks Kekeringan
|
2007
|
81,19
|
2008
|
85,01
|
2009
|
34,86
|
2010
|
137,18
|
2011
|
61,97
|
2012
|
46,61
|
2013
|
101,00
|
2014
|
73,44
|
2015
|
48,29
|
2016
|
81,31
|
75,09
|
|
Berdasarkan hasil perhitungan menurut marthone bahwa
kategori iklim agak basah karena indeks kekeringan > 30.
Grafik
1. Indeks Indeks kekeringan di Kebun Percobaan II FP-UHO menurut Marthone
b.
Klasifikasi iklim Thronthwaite
Klasifikasi
iklim kota kendari berdasarkan Thronthwaite
Tabel
3. Klasifikasi iklim di Kebun Percobaan II FP-UHO menurut Thronthwaite
Tahun
|
Evapotranspirasi (EP)
|
2007
|
213,1847
|
2008
|
201,425
|
2009
|
206,7699
|
2010
|
205,7922
|
2011
|
201,8875
|
2012
|
202,1864
|
2013
|
206,6819
|
2014
|
203,5355
|
2015
|
204,4365
|
2016
|
212,568
|
Termasuk klasifikasi iklim hutan hujan tropik
c.
Klasifikasi Iklim Smith ferguson
Klasifikasi
iklim kota kendari berdasarkan Smith ferguson.
Tabel
4. Klasifikasi iklim di Kebun Percobaan II FP-UHO menurut Smith ferguson.
Tahun
|
Bulan basah
|
Bulan kering
|
Bulan lembab
|
2007
|
9
|
2
|
1
|
2008
|
9
|
1
|
2
|
2009
|
6
|
5
|
1
|
2010
|
12
|
0
|
0
|
2011
|
8
|
1
|
3
|
2012
|
7
|
3
|
2
|
2013
|
9
|
3
|
0
|
2014
|
6
|
3
|
3
|
2015
|
7
|
5
|
0
|
2016
|
8
|
2
|
2
|
Rerata
|
8,1
|
2,5
|
1,4
|
Q
|
30,87
|
||
Tipe iklim B
|
Agak basah
|
d.
Klasifikasi iklim Koppen
Tipe iklim pada kota kendari menurut
Koppen termasuk tipe iklim A karena memiliki suhu bulanan >180C
dan termasuk iklim basah tipe f karena
memiliki > 66 mm/bulan sehingga
termasuk tipe iklim Af yaitu iklim hujan tropika.
e.
Klasifikasi Iklim Mohr
Klasifikasi
iklim kota kendari berdasarkan Mohr.
Tabel 5. Klasifikasi iklim di Kebun Percobaan II
FP-UHO menurut Mohr.
Kriteria
|
Jumlah
|
Bulan basah
|
8
|
Bulan lembab
|
3
|
Bulan kering
|
1
|
Tipe Iklim B1 termasuk agak basah
|
f.
Klasifikasi
Iklim Oldeman
Klasifikasi
iklim kota kendari berdasarkan Oldeman
Tabel 6. Klasifikasi iklim di Kebun Percobaan II
FP-UHO menurut Mohr.
Jumlah bulan berturut-turut
|
Jumlah
|
Bulan basah
|
3
|
Bulan lembab
|
1
|
Bulan kering
|
4
|
Hasil perhitungan bulan basah dan
bulan kering bahwa klasfikasi iklim di kota kendari dari BMKG mata termasuk
kategori iklim D3 karena bulan basah berturut 3 kali dan bulan kering berturut
4 kali. Hal ini menunjukkan bahwa dengan budidaya tanaman padi sekali dan
palawija sekali tergantung persediaan air.
3. Kesesuaian Lahan
Kesesuaian lahan aktual dan
potensial untuk tanaman serai wangi, akar wangi, jahe, kencur dan kunyit.
Tabel 7. Kesesuaian Lahan Aktual Tanaman Serai Wangi
NO
|
SPT
|
KESESUAIAN LAHAN AKTUAL
|
LUAS LAHAN
|
|
Ha
|
%
|
|||
1
|
1,4,6,10,11,14,18,21,25,26
|
Nrc
|
2,54
|
41,0
|
2
|
2,3,7,9,13,15,16,17,19,20,
22,23,24,27
|
S3tc,
S3wa, S3nr
|
2,79
|
45,0
|
3
|
12
|
S3tc, S3wa
|
0,15
|
2,5
|
4
|
8
|
S3tc, S3wa, S3o, S3nr
|
0,44
|
7,1
|
5
|
5
|
S3tc, S3wa, S3rc,
S3nr, S3wa
|
0,27
|
4,4
|
Keterangan : S1 (sangat sesuai), S2 (cukup sesuai), S3
(sesuai marginal), N (tidak sesuai), tc
(temperatur), wa (ketersediaan air),
oa (ketersediaan oksigen), rc (media perakaran),
eh (bahaya erosi).
Tabel 8. Kesesuaian Lahan Aktual Tanaman Akar Wangi
NO
|
SPT
|
KESESUAIAN LAHAN AKTUAL
|
LUAS LAHAN
|
|
Ha
|
%
|
|||
1
|
2,7,9,13,15,16,19,20,22,
23,24,27
|
S3tc, S3wa, S3nr
|
1,66
|
26,8
|
2
|
11,14
|
S3tc, S3wa, S3rc,
|
0,48
|
7,8
|
3
|
10,12
|
S3tc, S3wa,
|
0,47
|
7,5
|
4
|
1,6,18,21,25,26
|
S3tc, S3wa, S3rc, S3nr
|
1,39
|
22,5
|
5
|
3,5,17
|
S3tc, S3wa, S3nr, S3eh
|
1,40
|
22,6
|
6
|
4
|
S3tc, S3wa, S3rc, S3eh
|
0,36
|
5,7
|
8
|
8
|
S3tc, S3wa, S3o, S3nr
|
0,44
|
7,1
|
Keterangan : S1 (sangat sesuai), S2 (cukup sesuai), S3
(sesuai marginal), N (tidak sesuai), tc
(temperatur),
wa (ketersediaan air), oa (ketersediaan oksigen), rc (media perakaran),
eh (bahaya erosi).
Tabel 9. Kesesuaian Lahan Aktual Tanaman Jahe
NO
|
SPT
|
KESESUAIAN LAHAN AKTUAL
|
LUAS LAHAN
|
|
Ha
|
%
|
|||
1
|
2,3,7,8,9,12,13,15,16,17,
19,20,22,23,24,27
|
Nwa
|
3,38
|
54,6
|
2
|
1,4,6,10,11,14,18,
21,25,26
|
Nwa, Nrc
|
2,54
|
41,0
|
3
|
5
|
Nwa, Neh
|
0,27
|
4,4
|
Keterangan : S1 (sangat sesuai), S2 (cukup sesuai), S3
(sesuai marginal), N (tidak sesuai), tc
(temperatur),
wa (ketersediaan air), oa (ketersediaan oksigen), rc (media perakaran),
eh
(bahaya erosi).
Tabel 10. Kesesuaian Lahan Aktual Tanaman Kencur
NO
|
SPT
|
KESESUAIAN LAHAN AKTUAL
|
LUAS LAHAN
|
|
Ha
|
%
|
|||
1
|
1,4,6,10,11,14,18,21,25,26
|
Nrc
|
2,54
|
41,0
|
2
|
2,3,7,13,16,17,23,24,27
|
S3eh
|
2,30
|
37,2
|
3
|
5
|
Neh
|
0,27
|
4,4
|
4
|
9,12,15,19,20,22
|
S2tc, S2nr, S2eh
|
0,64
|
10,3
|
5
|
8
|
S3o
|
0,44
|
7,1
|
Keterangan : S1
(sangat sesuai), S2 (cukup sesuai), S3 (sesuai marginal), N (tidak sesuai), tc
(temperatur),
wa (ketersediaan air), oa (ketersediaan oksigen), rc (media perakaran),
eh
(bahaya erosi).
Tabel 11. Kesesuaian Lahan Aktual Tanaman Kunyit
NO
|
SPT
|
KESESUAIAN LAHAN AKTUAL
|
LUAS LAHAN
|
|
Ha
|
%
|
|||
1
|
1,4,6,10,11,14,18,21,25,26
|
Nrc
|
2,54
|
41,0
|
2
|
2,3,7,13,16,17,23,24,27
|
S3eh
|
2,30
|
37,2
|
3
|
5
|
Neh
|
0,27
|
4,4
|
4
|
8
|
S3o
|
0,44
|
7,1
|
5
|
9,12,15,19,20,22
|
S2tc, S2nr, S2eh
|
0,64
|
10,3
|
Keterangan : S1
(sangat sesuai), S2 (cukup sesuai), S3 (sesuai marginal), N (tidak sesuai), tc
(temperatur),
wa (ketersediaan air), oa (ketersediaan oksigen), rc (media perakaran),
eh (bahaya erosi).
Tabel 12. Kesesuaian Lahan Potensial Tanaman Serai
Wangi
NO
|
SPT
|
KESESUAIAN LAHAN POTENSIAL
|
LUAS LAHAN
|
|
Ha
|
%
|
|||
1
|
1,4,6,10,11,14,18,21,25,26
|
Nrc
|
2,54
|
41,0
|
2
|
3,12
|
S3tc
|
1,02
|
16,5
|
3
|
2,7,8,9,13,15,16,17,19,20,
22,23,24,27
|
S3tc, S3nr
|
2,36
|
38,1
|
4
|
5
|
S3tc, S3rc, S3nr, S3eh
|
0,27
|
4,4
|
Keterangan : S1
(sangat sesuai), S2 (cukup sesuai), S3 (sesuai marginal), N (tidak sesuai), tc
(temperatur),
wa (ketersediaan air), oa (ketersediaan oksigen), rc (media perakaran),
eh
(bahaya erosi).
Tabel 13. Kesesuaian Lahan Potensial Tanaman Akar Wangi
NO
|
SPT
|
KESESUAIAN LAHAN POTENSIAL
|
LUAS LAHAN
|
|
Ha
|
%
|
|||
1
|
1
|
S3rc
|
0,36
|
5,8
|
2
|
2,7,8,9,13,15,16,17,19,20,
22,23,24,27
|
S3tc, S3nr
|
2,36
|
38,1
|
3
|
12
|
S3tc
|
0,15
|
2,5
|
4
|
3
|
S3eh
|
0,87
|
14,0
|
5
|
4
|
S3tc, S3rc, S3eh
|
0,36
|
5,7
|
6
|
5
|
S3tc, S3nr, S3eh
|
0,27
|
4,4
|
7
|
6,10,18,21,25,26
|
S3tc, S3rc, S3nr
|
1,34
|
21,7
|
8
|
11,14
|
S3tc, S3rc
|
0,48
|
7,8
|
Keterangan : S1
(sangat sesuai), S2 (cukup sesuai), S3 (sesuai marginal), N (tidak sesuai), tc
(temperatur),
wa (ketersediaan air), oa (ketersediaan oksigen), rc (media perakaran),
eh (bahaya erosi).
Tabel 14. Kesesuaian Lahan Potensial Tanaman Jahe
NO
|
SPT
|
KESESUAIAN LAHAN POTENSIAL
|
LUAS LAHAN
|
|
Ha
|
%
|
|||
1
|
1,4,6,10,11,14,18,21,25,26
|
Nrc
|
2,54
|
41,0
|
2
|
2,8,9,13,15,16,17,19,20,
22,23,24,27
|
S3nr
|
2,02
|
32,5
|
3
|
3
|
S2wa, S2nr, S2eh
|
0,87
|
14,0
|
4
|
7
|
S3nr, S3eh
|
0,34
|
5,5
|
5
|
12
|
S2wa, S2nr
|
0,15
|
2,5
|
6
|
5
|
Neh
|
0,27
|
4,4
|
Keterangan : S1
(sangat sesuai), S2 (cukup sesuai), S3 (sesuai marginal), N (tidak sesuai), tc
(temperatur),
wa (ketersediaan air), oa (ketersediaan oksigen), rc (media perakaran),
eh (bahaya erosi).
Tabel 15. Kesesuaian Lahan Potensial Tanaman Kencur
NO
|
SPT
|
KESESUAIAN LAHAN POTENSIAL
|
LUAS LAHAN
|
|
Ha
|
%
|
|||
1
|
1,4,6,10,11,14,18,21,25,26
|
Nrc
|
2,54
|
41,0
|
2
|
2,13,16,17,24,27
|
S2tc, S2nr, S2eh
|
0,98
|
15,9
|
3
|
3,23
|
S2tc,S2eh
|
0,98
|
15,8
|
4
|
5
|
Neh
|
0,27
|
4,4
|
5
|
8,9,15,19,20,22
|
S2tc, S2nr
|
0,92
|
14,9
|
6
|
12
|
S2tc
|
0,15
|
2,5
|
7
|
7
|
S3eh
|
0,34
|
5,5
|
Keterangan : S1
(sangat sesuai), S2 (cukup sesuai), S3 (sesuai marginal), N (tidak sesuai), tc
(temperatur),
wa (ketersediaan air), oa (ketersediaan oksigen), rc (media perakaran),
eh (bahaya erosi).
Tabel 16. Kesesuaian Lahan Potensial Tanaman Kunyit
NO
|
SPT
|
KESESUAIAN LAHAN POTENSIAL
|
LUAS LAHAN
|
|
Ha
|
%
|
|||
1
|
1,4,6,10,11,14,18,21,25,26
|
Nrc
|
2,54
|
41,0
|
2
|
2,13,16,17,24,27
|
S2tc, S2nr, S2eh
|
0,98
|
15,9
|
3
|
3,23
|
S2tc,S2eh
|
0,98
|
15,8
|
4
|
5
|
Neh
|
0,27
|
4,4
|
5
|
8,9,15,19,20,22
|
S2tc, S2nr
|
0,92
|
14,9
|
6
|
12
|
S2tc
|
0,15
|
2,5
|
7
|
7
|
S3eh
|
0,34
|
5,5
|
Keterangan : S1
(sangat sesuai), S2 (cukup sesuai), S3 (sesuai marginal), N (tidak sesuai) tc
(temperatur),
wa (ketersediaan air), oa (ketersediaan oksigen), rc (media perakaran),
eh (bahaya erosi).
B. Pembahasan
Serai
wangi, berdasarkan hasil evaluasi kesesuaian tanaman
serai wangi pada Laboratorium Lapangan II FP-UHO sebagaimana
disajikan pada Tabel 7 diperoleh bahwa, secara aktual tanaman serai wangi Sesuai
marginal (S3) untuk dikembangkan pada SPT 2,3,7,9,13,15,16,17,19,20,22,23,24
dan 27 dengan luas lahan 2,79 atau 45% dari total luas lahan dengan faktor
pembatas S3tc, S3wa, S3nr (temperatur tinggi, Curah Hujan
tinggi dan kejenuhan basa tinggi). Sesuai marginal
(S3) pada SPT 12 dengan luas lahan 0,15 ha atau 2,5% dari total luas lahan
dengan faktor pembatas S3tc, S3wa (temperatur tinggi dan curah hujan tinggi). Sesuai
marginal (S3) pada SPT 8
dengan luas lahan 0,44 ha atau 7,1% dari total luas lahan dengan faktor
pembatas S3tc, S3wa, S3o, S3nr (temperatur
tinggi, curah hujan tinggi, drainase buruk dan kejenuhan basa tinggi). Sesuai
marginal (S3) pada SPT 5
dengan luas lahan 0,27 ha atau 4,4% dari total luas lahan dengan faktor
pembatas S3tc, S3wa, S3rc, S3nr, (temperatur
tinggi, curah hujan tinggi, tekstur kasar, kejenuhan basa tinggi). tidak
sesuai (N) bila dikembangkan pada SPT 1,4,6,10,11,14,18,21,25
dan 26 dengan luas lahan 2,54 ha atau 41% dari total luas lahan dengan faktor
pembatas Nrc (tekstur kasar).
Secara
potensial apabila dilakukan usaha perbaikan seperti curah hujan yang tinggi
fengan cara pengairan atau pembuatan
saluran irigasi dan drainase buruk dengan cara pembuatan saluran drainase akan
meningkatkan kelas kesesuaian menjadi cukup sesuai (S2). pada Tabel 12 maka
tanaman serai wangi sesuai marginal (S3) untuk dikembangkan pada SPT 3 dan 12 dengan luas lahan 1,02 ha atau 41% dari total luas lahan. Sesuai
marginal (S3) pada SPT 2,7,8,9,13,15,16,17,19,20,
22,23,24 dan 27 dengan luas lahan 2,36 ha atau 38,1% dari total luas lahan. Sesuai marginal (S3) untuk pengembangan serai wangi pada SPT 5 dengan
luas lahan 2,54 ha atau 41% dari total luas lahan. tidak sesuai (N) pada SPT 1,4,6,10,11,14,18,21,25
dan 26 dengan luas lahan 2,54 ha atau 41% dari total luas lahan.
Akar wangi, berdasarkan hasil
evaluasi kesesuaian tanaman akar wangi Laboratorium Lapangan II
FP-UHO sebagaimana
disajikan pada Tabel 8 diperoleh bahwa, secara aktual tanaman akar wangi sesuai
marginal (S3) untuk dikembangkan pada SPT 10 dan 12
dengan luas lahan 0,47 ha atau 7,5% dari total luas lahan dengan faktor
pembatas S3tc, S3wa (temperatur
tinggi dan curah hujan tinggi). sesuai marginal (S3) pada SPT
2,7,9,13,15,16,19,20,22,23,24 dan 27 dengan luas lahan 1,66 ha atau
26,8% dari total luas lahan dengan faktor pembatas S3tc, S3wa, S3nr (temperatur tinggi,
curah hujan tinggi dan kejenuhan basa tinggi). sesuai marginal
(S3) pada SPT 11 dan 14 dengan luas
lahan 0,48 ha atau 7,8% dari total luas lahan dengan faktor penghambat S3tc, S3wa dan S3rc (temperatur tinggi, curah
hujan tinggi dan tekstur kasar). sesuai marginal (S3) pada
SPT 1,6,18,21,25 dan 26 dengan luas lahan 1,39 ha atau 22,5% dari total
luas lahan dengan faktor pembatas S3tc,
S3wa, S3rc dan S3nr (temperatur tinggi, curah hujan tinggi, tekstur kasar dan
kejenuhan basa tinggi). sesuai marginal (S3) pada
SPT 3,5 dan 17 dengan luas lahan 1,40 ha atau 22,6% dari total luas
lahan dengan faktor pembatas S3tc,
S3wa, S3nr, S3eh (temperatur tinggi, curah hujan tinggi, tekstur kasar dan
kejenuhan basa tinggi). sesuai marginal (S3) pada
SPT 4 dengan luas lahan 0,36 ha
atau 5,7% dari total luas lahan dengan faktor pembatas S3tc, S3wa, S3rc, S3eh (temperatur tinggi, curah hujan tinggi, tekstur
kasar dan lereng agak curam). sesuai marginal (S3) pada
SPT 8 dengan luas lahan 0,44 ha
atau 7,1% dari total luas lahan dengan faktor pembatas S3tc, S3wa, S3o, S3nr (temperatur tinggi, curah hujan tinggi, drainase
buruk dan kejenuhan basa tinggi).
Secara
potensial apabila dilakukan usaha perbaikan seperti curah hujan tinggi dengan
cara pengiran atau pembuatan saluran irigasi, lereng agak curam dengan cara
terasering dan drainase buruk dengan cara pembuatan saluran drainase, hal
tersebut akan meningkatkan kelas kesesuaian lahan menjadi cukup sesuai (S2). pada
Tabel 13 maka tanaman akar wangi sesuai marginal (S3) untuk dikembangkan pada
SPT 1 dengan luas lahan 0,36 ha atau 5,8% dari total luas lahan. Sesuai
marginal (S3) pada SPT 2,7,8,9,13,15,
16,17,19,20, 22,23,24 dan 27 dengan luas lahan 2,36 ha atau 38,1% dari total
luas lahan. Sesuai marginal (S3) untuk pengembangan akar wangi pada SPT 12 dengan luas lahan 0,15 ha atau 2,5% dari total luas lahan. Sesuai marginal (S3) pada SPT 3 dengan luas lahan 0,87 ha atau 14% dari total luas lahan. Sesuai marginal (S3) pada SPT 4 dengan luas lahan 0,36 ha atau 5,7% dari total luas lahan. Sesuai marginal (S3) pada SPT 5 dengan luas lahan 0,27 ha atau 4,4% dari total luas lahan. Sesuai marginal (S3) pada SPT 6,10,18,21,25 dan 26 dengan luas lahan 1,34 ha atau 21,7% dari total luas
lahan. Sesuai marginal (S3) pada SPT 11 dan 14 dengan luas lahan 0,48 ha atau 7,8% dari total luas lahan.
Jahe, berdasarkan hasil evaluasi
kesesuaian tanaman jahe pada Laboratorium Lapangan II FP-UHO sebagaimana
disajikan pada Tabel 9 diperoleh bahwa, secara aktual tanaman jahe tidak sesuai
(N) untuk dikembangkan pada SPT 1,4,6,10,11,14,18,21,25,26 dengan
luas lahan 2,54 ha atau 41% dari total luas lahan dengan faktor pembatas Nwa, Nrc (curah hujan tinggi dan
tekstur kasar). Tidak sesuai (N) pada SPT 2,3,7,8,9,12,13,15,16,17,19,20,22,23,24
dan 27 dengan luas lahan 3,38 ha
atau 54,6% dari total luas lahan dengan
faktor pembatas Nwa (curah hujan tinggi). Tidak sesuai (N) pada SPT 5 dengan
luas lahan 0,27 ha atau 4,4% dari total luas lahan dengan faktor penghambat Nwa, Neh (curah hujan tinggi dan lereng agak
curam).
Secara
potensial apabila dilakukan usaha perbaikan seperti curah hujan tinggi dengan
cara pengiran atau pembuatan saluran irigasi dan lereng agak curam dengan cara
terasering, hal tersebut akan meningkatkan kelas kesesuaian lahan menjadi
sesuai marginal (S3). pada Tabel 14 maka tanaman jahe cukup sesuai (S2) untuk
dikembangkan pada SPT 3 dengan luas lahan 0,87 ha atau 14% dari
total luas lahan. Cukup sesuai (S2) pada SPT 12 dengan luas lahan 0,15 ha atau 2,5% dari total luas lahan. Sesuai marginal (S3) untuk pengembangan jahe pada SPT 2,8,9,13,15,16,17,19,20,22,23,24 dan 27 dengan luas lahan 2,02 ha
atau 32,5% dari total luas
lahan. Sesuai marginal (S3)
pada SPT 7 dengan luas lahan 0,34 ha atau 5,5% dari
total luas lahan. Tidak sesuai (N) pada
SPT 1,4,6,10,11,14,18,21,25 dan 26 dengan luas lahan 2,54 ha atau 41 %
dari total luas lahan. Tidak sesuai (N)
pada SPT 5 dengan luas lahan 0,27 ha atau 4,4 % dari total luas lahan.
Kencur, berdasarkan hasil
evaluasi kesesuaian tanaman kencur pada Laboratorium Lapangan II
FP-UHO sebagaimana
disajikan pada Tabel 10 diperoleh bahwa, secara aktual tanaman kencur cukup
sesuai (S2) untuk dikembangkan pada SPT 9,12,15,19,20 dan 22 dengan luas
lahan 0,64 ha atau 10,3% dari total luas lahan dengan faktor pembatas S2tc, S2nr, S2eh (temperatur sedang,
kejenuhan basa sedang dan kelerengan landai). Sesuai marginal (S3) pada SPT 2,3,7,13,16,17,23,24
dan 27 dengan luas lahan 2,30 ha
atau 37,2% dari total luas lahan dengan
faktor pembatas S3eh (kelerengan
agak curam). Sesuai marginal (S3) pada SPT 8 dengan luas lahan 0,44 ha atau 7,1% dari
total luas lahan dengan faktor penghambat S3o (drainase buruk). Tidak sesuai (N) pada SPT 1,4,6,10,11,14,18,21,25 dan 26 dengan luas
lahan 2,54 ha atau 41 % dari total luas lahan dengan faktor penghambat Nrc (tekstur kasar). Tidak sesuai (N)
pada SPT 5 dengan luas lahan 0,27 ha atau 4,4 % dari total luas lahan dengan faktor
penghambat Neh (kelerengan sangat curam).
Secara
potensial apabila dilakukan usaha perbaikan seperti lereng agak curam dengan
cara terasering dan drainase buruk dengan cara pembuatan saluran drainase, hal
tersebut akan meningkatkan kelas kesesuaian lahan menjadi cukup sesuai (S2).
pada Tabel 15 maka tanaman kencur cukup sesuai (S2) untuk dikembangkan pada SPT
3 dan 23 dengan luas lahan 0,98 ha atau 15,8% dari total luas lahan. Cukup
sesuai (S2) pada SPT 12 dengan luas lahan 0,15 ha atau 2,5% dari total
luas lahan. Cukup sesuai (S2) pada SPT 2,13,16,17,24 dan 27 dengan luas lahan 0,98
ha atau 15,9% dari total luas lahan. Cukup sesuai (S2) pada SPT 8,9,15,19,20 dan 22 dengan luas lahan 0,92 ha
atau 14,9% dari total luas lahan. Sesuai marginal (S3) pada SPT 7 dengan luas lahan 0,34 ha atau 5,5% dari
total luas lahan. Tidak sesuai (N) pada SPT 1,4,6,10,11,14,18,21,25 dan 26 dengan luas lahan 2,54 ha atau 41%
dari total luas lahan. Tidak sesuai (N) pada SPT 5 dengan luas lahan 0,27 ha atau 4,4% dari total luas lahan.
Kunyit, berdasarkan hasil
evaluasi kesesuaian tanaman kencur pada Laboratorium Lapangan II
FP-UHO sebagaimana
disajikan pada Tabel 11 diperoleh bahwa, secara aktual tanaman kunyit cukup
sesuai (S2) untuk dikembangkan pada SPT 9,12,15,19,20 dan 22 dengan luas
lahan 0,64 ha atau 10,3% dari total luas lahan dengan faktor pembatas S2tc, S2nr, S2eh (temperatur sedang,
kejenuhan basa sedang dan kelerengan landai). Sesuai marginal (S3) pada SPT
2,3,7,13,16,17,23,24 dan 27 dengan luas lahan
2,30 ha atau 37,2% dari total luas
lahan dengan faktor pembatas S3eh (kelerengan
agak curam). Sesuai marginal (S3) pada SPT 8 dengan luas lahan 0,44 ha atau 7,1% dari
total luas lahan dengan faktor penghambat S3o (drainase buruk). Tidak sesuai (N) pada SPT 1,4,6,10,11,14,18,21,25 dan 26 dengan luas
lahan 2,54 ha atau 41 % dari total luas lahan dengan faktor penghambat Nrc (tekstur kasar). Tidak sesuai (N)
pada SPT 5 dengan luas lahan 0,27 ha atau 4,4 % dari total luas lahan dengan
faktor penghambat Neh (kelerengan
sangat curam).
Secara
potensial apabila dilakukan usaha perbaikan seperti lereng agak curam dengan cara
terasering dan drainase buruk dengan cara pembuatan saluran drainase, hal
tersebut akan meningkatkan kelas kesesuaian lahan menjadi cukup sesuai (S2). pada
Tabel 16 maka tanaman kunyit cukup sesuai (S2) untuk dikembangkan pada SPT 3 dan 23 dengan luas lahan 0,98 ha atau 15,8% dari total luas lahan. Cukup
sesuai (S2) pada SPT 12 dengan luas lahan 0,15 ha atau 2,5% dari
total luas lahan. Cukup sesuai (S2) pada SPT 2,13,16,17,24 dan 27 dengan luas lahan 0,98
ha atau 15,9% dari total luas lahan. Cukup sesuai (S2) pada SPT 8,9,15,19,20 dan 22 dengan luas lahan 0,92 ha
atau 14,9% dari total luas lahan. Sesuai marginal (S3) pada SPT 7 dengan luas lahan 0,34 ha atau 5,5% dari
total luas lahan. Tidak sesuai (N) pada SPT 1,4,6,10,11,14,18,21,25 dan 26 dengan luas lahan 2,54 ha atau 41%
dari total luas lahan. Tidak sesuai (N) pada SPT 5 dengan luas lahan 0,27 ha atau 4,4% dari total luas lahan.
V.
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan
hasil evaluasi Laboratorium Lapangan II FP-UHO yang telah di lakukan maka dapat
disimpulkan sebagai berikut :
1.
Tanaman serai wangi, sesuai marginal
(S3) pada SPT 2, 3, 5, 7, 8, 9, 12, 13, 15, 16, 17, 19, 20, 22, 23, 25 dan 27,
tidak sesuai (N) pada SPT 1, 4, 6, 10, 11, 14, 18, 21, 25 dan 26.
2.
Tanaman akar wangi, sesuai marginal (S3)
untuk 27 SPT.
3.
Tanaman
jahe, cukup sesuai (S2) pada SPT 3 dan12, sesuai marginal (S3) pada SPT 2, 7,
8, 9, 13, 15, 16, 17, 19, 20, 22, 23, 24 dan 27 serta tidak sesuai (N) pada SPT 1, 4, 5, 6, 10, 11,
14, 18, 21, 25 dan 26.
4.
Tanaman Kencur dan Kunyit, cukup sesuai
(S2) pada SPT 2, 3, 8, 9, 12, 13, 15, 16, 17, 19, 20, 22, 23, 23, 24 dan 27,
sesuai marginal (S3) pada SPT 7 dan tidak sesuai (N) pada SPT 1, 4, 5, 6, 10,
11, 14, 18, 21, 25 dan 26.
5.
Tindakan pengelolaan yang dapat
dilakukan untuk mengatasi faktor pembatas meliputi penerapan teknik konservasi
tanah dan air dan pembuatan saluran irigasi
DAFTAR
PUSTAKA
Abdullah, Faisal. 2003. Manajemen Perbankan. Edisi
Revisi. Penerbit UMM
Adimihardja,
A., A. Mulyani, G. Irianto, dan N. Heryani. 2005. Analisis potensi sumber daya
lahan dan air dalam mendukung pemantapan ketahanan pangan. hlm. 245−264. Dalam
Prosiding Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII, Jakarta, 17−19 Mei 2004..
Jakarta. 599 hlm.
Ashraf S, Normohammadan B. 2011. Qualitative
evaluation of land suitability for wheat in
Northeast-Iran
using FAO methods. Indian Journal of Science and Technology, 4(6):703-707.
Babalola TS, Oso T,
Fasina
AS, Godonu
K.
2011. Land evaluation studies of two wetland soils in Nigeria. International
Research Journal of Agricultural Science and Soil Science, 1(6):193-204.
Boix LR, Zinck JA. 2008. Land-Use
planning in the Chaco Plain (Burruyacu´,
Argentina). Part 1: Evaluating land-use options to support crop
diversification in an agricultural frontier area
using physical land evaluation.
Environmental Management, 42:1043-1063.
Brady,
N. C. And R. R. Weil, 2004. Elements of
the Nature and Propertis of Soils. Prentice-Hall, Inc., NJ.
Cotching WE,
Kidd
DB. 2010. Soil
quality
evaluation
and the
interaction with
land
use and soil order in Tasmania, Australia.
Agriculture, Ecosystems
and
Environment, 137:358-366.
Djaenudin,
D., Marwan., Subagjo., dan A. Hidayat. 2003. Petunjuk Teknis Evaluasi Lahan
untuk Komoditas Pertanian. Balai Penelitian Tanah, Puslitbangtanak, Bogor.
Hardjowigeno S, Widiatmaka. 2007. Kesesuaian
Lahan dan Perencanaan Tata Guna Lahan.
Gadjahmada University Press. Yogyakarta.
Hardjowigeno,
S. 2007. Ilmu Tanah. Akademi Pressindo, Jakarta.
Lehmann A, Stahr
K. 2010. The potential of soil
functions and planner-oriented soil evaluation
to achieve sustainable land use. J Soils Sediments, 10:1092-1102.
Makaborang M, Goenadi
S,
Hadi P.
2009. Optimalisasi penggunaan lahan berdasarkan kelas kesesuaian
lahan untuk pengembangan
tanaman perkebunan (Studi
Kasus : Kabupaten
Sumba Timur Provinsi Nusa Tenggara Timur). Jurnal Agritech, 29(4):188-197.
Masganti J, Barus, Hafif B. 2013. Zoning rural area for the development of annual plants.
International Journal on Advanced Science
Engineering Information Technology, 3(1):33-37.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan
Agroklimat. 2001. Atlas Arahan Tata Ruang Pertanian Indonesia Skala
1:1.000.000. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat, Bogor. 37
hlm.
Rayes,
M.L.2007. Metode Inventarisasi Sumber Daya Lahan. Penebit Andi. Yogyakarta.
Tjokrokusumo SW. 2002. Kelas kesesuaian lahan sebagai dasar pengembangan
pertanian ramah lingkungan
di daerah aliran sungai. Jurnal
Teknologi Lingkungan, 3(2):36-143.